Empat

187 34 4
                                    

Dengan keikhlasan kalian, tolong jangan lupa berikan vote dan komen. Terima kasih 🌻

****

🥝 Selasa, 30 April 2024 🥝

****

Kedua remaja itu berhasil pergi membawa anak laki-laki yang keduanya sendiri tidak tau siapa namanya.

Dua remaja itu terdiam dan membeku melihat suasana di luar stadion.

Bagaimana suasana begitu sunyi dan debu-debu halus dari puing-puing berterbangan. Panasnya siang itu masih tetap terasa. Meski perlahan-lahan menghilang di makan sore.

Kekacauan yang keduanya lihat, tidak membuat langit berubah, seakan-akan bencana yang mereka alami tidak ada apa-apanya.

Keduanya merasakan rasa sesak di dada.

Bagaimana tidak. Di luar begitu kacau, pohon-pohon tumbang, tanah terbelah, semuanya hancur berantakan.

Orang-orang yang hidup hanya menangis kesakitan. Banyak yang terluka di dekat tubuh-tubuh yang sudah tidak lagi bernyawa.

Sisanya berhasil melarikan diri entah kemana. Karena bagaimana pun peringatan tsunami telah berbunyi.

Namun, kedua remaja itu seolah-olah tidak berburu dengan waktu.

Banyak dari mereka yang tetap berada disana, meski mungkin saja sekali lagi sesuatu akan menghancurkan mereka. Semuanya sudah pasrah dan tidak bisa berbuat banyak dengan bencana yang mereka alami.

"Apa ini akhir dunia?" tanya Zayyan.

Suara remaja laki-laki itu parau. Rasanya begitu sesak.

"Tidak. Bahkan kehancuran di depan kita, tidak membuat langit menghitam. Lihatlah langit di atas kita. Itu masih cerah dan bersinar." ucap Hyun Wain.

Remaja laki-laki itu mendongak melihat langit yang tidak berubah sama sekali, ketika kekacauan besar berada di bawahnya.

Gempa besar itu telah meluluhlantakkan semua di dekat keduanya.

"Wain. Sepertinya tidak ada jalan untuk kita pergi." Zayyan memilih duduk. Remaja laki-laki itu tetap menjaga anak di gendongannya tetap tertidur. Meski kehancuran ada di depan mata, anak itu tidak akan mengerti itu.

Wain hanya menghela napas. Remaja laki-laki itu seketika tidak bisa berpikir jernih lagi. Pandangannya berubah.

Remaja laki-laki itu hendak duduk bersama dengan Zayyan. Dirinya hendak menyerahkan nyawanya tersapu oleh tsunami.
Disaat semuanya berlarian melarikan diri, keduanya seakan-akan tidak perduli.

Namun, matanya tidak sengaja melihat bangunan besar yang sebelumnya di lihat oleh Zayyan.

Bahkan setelah guncangan besar yang terjadi, tempat itu terlihat masih kokoh dan menjulang begitu tinggi.

Seketika Wain tersenyum tipis.

Masih ada harapan untuk dirinya dan Zayyan selamat.

"Zayyan-ah."

"Wain. Biarkan aku fokus untuk berdoa, aku harus pergi ke surga." ucap Zayyan.

Sahabat Terbaik || Zayyan ft Wain✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang