Chapter 3: Teman

1 0 0
                                    

8 tahun berlalu semenjak Hans menemukan Aruta dan Juriko. Aruta dan Juriko tumbuh menjadi anak desa yang cukup hebat. Mereka bersekolah dasar di sekolah desa itu. Walau status mereka belum jelas sebagai kakak adik, mereka tetap menganggap satu sama lain sebagai saudara.

Mereka berdua adalah murid yang baik di sekolah. Mereka kurang bergaul dengan teman teman di sekolah. Ketika pulang, Aruta dan Juriko selalu menyempatkan untuk datang ke rumah Paman Kito. Mereka biasanya datang ke rumah Paman Kito untuk bermain game . Aruta lah yang paling bersemangat untuk bermain. Mereka biasa bermain game fighting. Paman Kito selalu menyambut mereka dengan hangat dan kadang kadang memberikan biskuit kepada Aruta dan Juriko.

Di suatu hari di sore hari yang cerah, Aruta dan Juriko seperti biasa berkunjung ke rumah Paman Kito untuk bermain game.
"Ayoo MATILAH!" teriak Aruta yang sangat bersemangat bermain game.

"Ayo, masa udah make combo damage cuma segitu," kata Juriko yang menonton Aruta yang melawan Paman Kito.

"Diam kau!" kata Aruta kepada Juriko.

"Sudahlah, kau tidak akan pernah menang melawanku," ujar Paman Kito dengan santai.

"Tidak! ayo satu ronde lagi," kata Aruta.

"Oi, aku juga ingin bermain," ujar Juriko yang sudah menunggu Aruta yang bermain 6 kali. Dari 6 ronde itu, Aruta tidak memenangkan satu rondepun.

"Ya sudah, jangan ribut ribut," ujar Paman Kito.
"Juriko, ini stiknya. Mainlah bersama Aruta. Paman akan mengambilkan biskuit untuk kalian."

"Wah biskuit? Terima kasih paman," ujar Aruta dan Juriko.

Keesokan harinya, Aruta dan Juriko berangkat sekolah lebih awal karena Aruta dan Juriko yang bangun lebih awal. Ketika Aruta dan Juriko baru sampai di sekolah, Aruta dan Juriko melihat geng dari Jacky sedang melakukan sesuatu di kelas. Aruta dan Juriko memasuki kelas dan melihat teman perempuan sekelasnya Luna sedang berada di tengah anak anak itu. Mereka juga melihat kaca mata Luna yang berada di atas lemari yang cukup tinggi. Geng Jacky tertawa dan pergi meninggalkan Luna.

"Haha rasakan itu perempuan cebol," ujar Jacky meninggalkannya

Di sekolah Aruta dan Juriko, terdapat sekelompok murid murid nakal. Murid murid nakal itu dipimpin oleh Jacky. Jacky adalah murid yang cukup dihindari oleh murid murid sekolah. Guru di sekolah itu sudah memberi banyak hukuman kepada anak anak nakal itu, namun anak anak nakal itu tak kunjung jera. Jacky juga dikenal sebagai pembuli. Aruta dan Juriko lebih memilih tidak memedulikannya..

Aruta dan Juriko lebih memilih membantu Luna daripada berurusan dengan Jacky. Aruta pun melompat dan berhasil mengambil kaca mata Luna.

"Luna ini kaca matamu, apa kau baik baik saja?"

"Hehe terima kasih ya. Aku sudah biasa dibuli oleh mereka," ujar Luna. Aruta dan Juriko pun terdiam.

"Luna, apa boleh kita berangkat ke sekolah bersama besok," ujar Juriko.

Keesokan harinya, Aruta, Juriko, dan Luna pun berangkat bersama menuju sekolah. Setiba di sekolah, mereka menemukan para pembuli itu sudah di depan kelas.

"Wah wah, kau membawa penjaga. Oh tuan putri yang malang," ujar Jacky.

"Tolong jangan ganggu aku," ujar Luna.

"Heh, apa karena kau membawa mereka membuat kami menjadi takut? Tentu saja tidak dasar perempuan murahan," ujar Jacky.

Mendengar perkataan dari Jacky, Aruta dan Juriko maju ke hadapan Jacky dengan muka serius.

"Tolong tarik kembali kata katamu," ujar Aruta.

"Kenapa kalau aku jawab tidak?" ujar Jacky. Jacky hendak memukul Aruta. Sebelum pukulan Jacky mengenai Aruta, Jacky sudah terpukul terlebih dahulu oleh Aruta tepat di mulutnya.

"Eh... bos," ujar murid murid nakal yang menjadi bawahan Jacky. Mereka berkeringat dingin karena Jacky dapat dipukul semudah itu karena Jacky juga jago bertarung.

"Eh dasar. Hah, mungkin kali ini kau kubiarkan lolos terkhususnya anak perempuan itu, Lihat saja lain waktu." Jacky pun membawa anak anak nakal lain pergi.

Aruta, Juriko dan Luna bersekolah di hari itu dengan tenang tanpa gangguan dari murid murid nakal tadi pagi. Ketika jam istirahat tiba, Aruta didatangi oleh seorang murid lain.

"Aruta, apa kau yang memukul Jacky tadi pagi?" ujar seorang murid. Itu adalah Johan, teman sekelas Aruta dan Juriko.

"Ya, itu perbuatanku. Apa yang terjadi?" tanya Aruta.

"Tidak ada apa apa, tapi... sepertinya kau tidak aman. Anak anak nakal itu pendendam. Mereka pasti akan membalas siapapun yang berbuat macam macam kepada mereka," jawab Johan.

"Aku tidak peduli," jawab Aruta sembari memakan bekalnya.
"Jika mereka berbuat macam macam lagi, aku akan melawan mereka."


Jam pulang sekolah berbunyi. Aruta dan Juriko pun bersiap pulang dari sekolah.

"Kakek Hans sedang berada di kota untuk mengirim hasil panen. Kakek Hans akan pulang nanti malam. Kita harus pulang sendiri sekarang," ujar Juriko.

"Sudah, tidak masalah. Rumah kita juga dekat," ujar Aruta kepada Juriko.

Ketika keluar dari sekolah, Aruta dan Juriko mendengar suara anak anak nakal tadi pagi. Aruta dan Juriko yang penasaran pun mendatangi para anak anak nakal itu. Ketika sampai, Aruta dan Juriko melihat para anak anak nakal itu yang mengelilingi Luna.

"Kau yang telah membuatku memiliki luka ini. Kau harus menerima balasannya berkali kali lipat," ujar Jacky.

Aruta dan Juriko melihat itu dan merasa geram kepada anak anak nakal itu.

"Dasar mereka."

Master of LYNKWhere stories live. Discover now