[Jilat Ludah Sendiri pt. 2]

366 36 6
                                    

Sesaat kemudian, suara dengkuran halus terdengar. Haechan terlihat telah terlelap. Tatapan mata keempat pemuda disana melembut. Haechan terlihat seperti bayi ketika ia tertidur, sangat menggemaskan.

Renjun menjadi pertama yang tersadar, lalu ia berucap galak dengan suara kecil. "Woi, lu pada mending pergi ke apotek sana, beli kapas, obat merah, plester luka sama perban. Jangan lama!" Ketiganya pergi tanpa protes.

Setelah pintu tertutup rapat, Renjun mengalihkan tatapannya pada bocah lucu di atas kasur. Ia menarik kursi belajar dengan roda yang berada didekat meja, lalu mendudukkan bokongnya di atas kursi tersebut.

Tatapannya begitu dalam menatap si bocah beruang, sosok rupawan  yang begitu ia cintai. Walau kini wajahnya penuh lebam, keindahan tak hilang dari wajah kecil itu. Bulu mata lentik, hidung kecil yang mancung, bibir tebal dan merahnya, dan jangan lupakan kulit kecoklatnya yang eksotis. Siapa yang mampu menolak keindahan seperti ini?

Terlalu asik memandangi wajah sang pujaan hati, ia hampir lupa untuk memesan makanan untuk si beruang lucu yang kini sedang terlelap. Ia ambil benda pipih yang ia taruh disaku celananya, membuka aplikasi untuk pesanan online, memesan nasi goreng special sebanyak 5 porsi dari salah satu restoran yang cukup ternama.

Walau masih kesal dengan ketiga sahabatnya, ia tak mungkin membiarkan mereka kelaparan. Ia masih punya hati untuk tak melukai sahabat sendiri, tak seperti mereka, ceroboh, asal ambil aksi tanpa tahu yang sebenarnya. "Dasar tolol!" umpatnya dalam hati.

Sembari menunggu obat dan makanan datang, ia sibukkan dirinya dengan merapikan kamar Haechan. Kamar kostnya cukup berantakan dan kotor, barang-barang dan beberapa sampah berserakan, padahal biasanya beruang kecilnya itu anak yang cukup rapi dan bersih. Ia duga, pasti itu karena luka-luka pada tubuh Haechan yang menghambat segala pergerakannya.

-

Beberapa menit berlalu, kamar sudah kembali rapi dan enak dipandang, barang-barang telah kembali ketempat yang seharusnya dengan sampah-sampah yang telah berada ditempat sampah. Makanan yang ia pesan juga telah sampai, ia keluarkan satu persatu keatas lantai.

Tak lama, pintu diketuk dari luar. "Buka aja, kaga dikunci." Lalu pintu terbuka, terlihat tiga sahabatnya yang tampak berantakan. Alisnya menyatu, memerhatikan penampilan mereka.

"Kenapa kalian?"

Mereka saling senggol. Mark "Anu, tadi kita dikejer anjing." Jaemin dan Jeno garuk kepala.

Renjun, "Terus? Obatnya yang gua pesen mana?" Mendengarnya ketiga pemuda tersebut kelabakan. Renjun membuang nafas lelah. "Napa? Kebuang?"

Jeno, "Enak aje! Kaga, bentar, ambil dulu dimotor." Lalu Jeno berlalu keluar kamar yang sekarang terasa agak pengap.

Renjun, "Yeu, tolol bener tolol, udeh sono cuci tangan terus makan, udah gua pesenin."

Jaemin, "Buset, terima kasih, baginda raja!" Mark dan Jaemin tertawa lalu pergi ke dalam kamar mandi untuk mencuci tangan.

-

Jeno telah kembali ke kamar, dengan segera meletakkan obat yang mereka beli di atas meja, namun aksinya terhenti ketika Renjun mrmanggilnya, dan menyuruhnya untuk menyerahkan obat-obatan tersebut. Setelahnya, Jeno pergi ke kamar mandi untuk mencuci tangan lalu duduk menghampiri sahabatnya yang ada di lantai, lesehan.

Sedangkan Renjun, ia bangun dan menghampiri Haechan, tiga curut yang lain dengan semangat langsung bangun ikut melihat aksi yang sedang Renjun lakukan, yaitu mengobati bayi beruang.

Renjun ambil obat merah dan kapas, ia tuangkan obat merah pada kapas. Secara perlahan ia tekan pada luka di kepala dan beberapa luka di tubuh Haechan, sang empu meringis beberapa kali ketika obat merah menyentuh luka basah dan memarnya. Yang mana, hal tersebut membuat tidurnya terusik, tak lama matanya terbuka.

Haechan dengan suara serak, "Jun, sakit." Renjun menghela nafas lalu mengangguk. "Gua tau, ini juga udah selesai kok, ayo turun, kita makan dulu, habis itu minum obat pereda nyeri, ternyata tadi mereka beli juga." Haechan menurut, lalu dengan perlahan memposisikan dirinya duduk di atas kasur dengan wajah berantakan khas bangun tidur.

Pemandangan yang begitu menggemaskan bagi para bucinnya. Seolah-olah, ada yang menggelitik perut mereka hanya dengan melihat wajah bangun tidur Haechan yang menggemaskan.

Jeno menjadi pertama yang sadar, ia gendong Haechan untuk duduk di lantai, tanpa sadar aksinya membuat Haechan terkejut. Ia pandangi wajah Jeno yang berada dekat dengannya. Wajah seorang beruang kecil seketika menjadi merah tanpa sadar.

Tiba-tiba jantungnya berdegup kencang, membuat pipinya juga ikut memerah karena malu. Ia buang nafas secara perlahan untuk menenangkan perasaannya.

Setelahnya, kelima pemuda tersebut menikmati makanan yang telah tersedia dengan beberapa perbincangan. Namun perbincangan ringan itu menjadi berubah, ketika dengan wajah sok seriusnya Renjun berkata.

Renjun, "Oh iya, gua mau nanya."

.

.

.

Pendek? Iya tau pendek maaf ya :') Cuma mau mengisi kekosongan akun ini dulu. Takutnya pada lupa sama cerita ini :')

Maaf ya, teman teman, aku jarang update, buntu banget akhir akhir ini huhu T.T

Semoga dalam waktu dekat bisa update ya, dan request request juga ku terima ya kalau ada yang mau. Sebutin aja, shipnya mau apa sama alurnya mau gimana, kalau bisa jangan all member x Haechan. Susah coy, terlalu banyak orang😭🤏🏻

Oke sekian, terima gaji <3

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Haechan and His LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang