Junhui sedang dalam perjalanan pulangnya dari kantor. Ia memesan layanan taxi online duabelas menit lalu, dan kini dia sudah duduk apik di kursi penumpang.
Suasana sore di kota Shenzhen kala itu cukup lengang. Mungkin karena sekarang sudah memasuki masa liburan. Terlebih akhir tahun sudah dekat, tetapi Jun yang tak kunjung mendapatkan masa liburnya tentu tidak senang mengetahui fakta itu.
"Mentang-mentang kampung halaman ku disini, jadi mereka semena-mena tidak memberi jatah libur untukku, sungguh bos yang baik." Jengkelnya dalam hati.
Ia mengecek jam di ponselnya yang kini menunjukkan pukul setengah lima. Syukurnya, komplek apartemen Jun sudah dekat jadi ia bisa sedikit melonggarkan dasi yang sedari tadi terasa mencekik lehernya.
Setelah sampai tujuan, Jun mengucapkan terimakasih pada si pengemudi, memberikan tip lebih serta meninggalkan penilaian baik di aplikasi.
Jun naik ke lantai tiga untuk sampai ke apartemen nya. Saat didalam lift, ia kembali membuka ponselnya untuk mengecek jam, namun perhatian Jun teralih oleh sebuah notifikasi pada layar kunci nya yang menampilkan sebuah pesan. Jun mengernyitkan dahi, ia tidak mengenali nomor si pengirim pesan.
Berpikir bahwa itu hanya ulah agen judi atau bank abal-abal yang biasa menghubunginya, Jun akhirnya menyingkirkan notifikasi itu, kembali fokus pada jam.
Menghembuskan napas, ia berkata, "mungkin akan aku coba kabari lagi saat lengang nanti." Kemudian kembali menyimpan ponselnya pada saku.
Masuk ke apartemen, Junhui segera melepas segala hal yang membuat gerah tubuhnya. Memilih berendam di air hangat selama setengah jam. Ia tidak bisa bersantai terlalu lama, karena sialnya, kertas-kertas sialan itu tidak bisa mengoreksi diri mereka sendiri.
"Ah, aku merasa lahir kembali." Desah panjang Jun begitu meregangkan otot-ototnya setelah berganti pakaian.
Ia kemudian duduk di meja kerja, siap dengan file-file berantakan yang belum sempat ia sentuh karena atasan bawelnya terlalu banyak memberi perintah ini-itu.
Kira-kira tiga jam berkutat, Jun memutuskan untuk mengisi perut sebelum kembali meneruskan pekerjaan nya. Ia mengorder makanan siap saji dari restoran dekat apartemen ini. Efektif waktu dan uang, tip nya pun ringan dikantong. Memang pilihan tepat saat dirinya dikejar waktu seperti sekarang.
"Baiklah, sampai dimana kita tadi-" ucapannya tiba-tiba berhenti.
Ia melihat notifikasi itu kembali, dengan nomor asing yang tidak ia ketahui. Mungkin karena penasaran -atau Jun hanya ingin mengulur waktu- ia akhirnya membuka pesan tersebut.
Pesan itu hanya berbunyi ;
Hey, apakah ada orang disini?
Kumohon jawab aku...Jun kembali mengernyitkan dahi, pesan ini berbahasa Korea. Jun mengerti bahasa Korea, dia pernah tinggal setengah tahun di Negeri Ginseng itu untuk pekerjaan, pun ia punya beberapa teman dari Korea yang juga ditugaskan di Shenzhen.
Jun dengan ragu-ragu membalas pesan itu ;
Ya, siapa ini?
Tidak ada jawaban lain, bahkan saat Jun menunggu selama sepuluh menit.
"Membuang waktuku."
Jun kembali memfokuskan diri pada pekerjaan. Melupakan atau mungkin mencoba untuk tidak memikirkan pesan barusan.
Lima belas menit kemudian makanan pesanan Jun datang. Ia segera mengambilnya, tak lupa mengucapkan terimakasih dan memberi tip kepada si petugas.
Menutup pintu, Jun memilih duduk didepan meja panjang diruang tamu. Mengambil ponsel nya dan memulai ritual sebelum makan ; mencari film atau acara apapun untuk ia tonton.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Deadly Path (WonHui)
FanfictionDimulai dari Jun yang mendapat pesan misterius dari seorang pria yang mengaku tengah menghadapi krisis di belahan dunia lain. Mereka menjadi sebuah tim yang terhubung lewat pesan. Dan meskipun Jun tidak pernah melihat wajah maupun suara orang yang s...