•|3. Mendapat Tugas|°

13 4 0
                                    

Cahaya redup dari lentera di pojok ruangan yang cukup kecil untuk ukuran wanita tua. Barang-barang berserakan di lantai serta terlihat seorang penyihir berambut putih yang mempunyai tahi lalat di hidungnya. 

Penyihir itu beberapakali melihat ke dalam buku resep ramuan ajaib yang ia taruh di sebuah meja bundar. Penyihir tua itu dengan hati-hati memasukkan bahan ramuan ajaib yang akan ia jadikan obat penangkal mantra.

Mantra dari musuh bebuyutannya membuat cucu kesayangannya menjadi seekor kelinci putih. 

"Bertahanlah cucuku, nenek akan segera menyembuhkanmu," ucap penyihir itu dengan tergesa-gesa.

Matanya membulat saat membaca salah satu bahan. 

"Mawar emas?" 

Dia sudah putus asa, mawar emas itu tumbuh di daerah yang sangat berbahaya. Bahkan penyihir terkuat di kotanya saja tidak bisa mengambilnya.

"Bagaimana aku bisa mendapatkan mawar emas itu?" ucapnya kemudian duduk di sofa sambil mengelus lembut kelinci putih yang sebenarnya adalah cucu kecilnya.

Knop pintu ruangan kecil itu berputar. Sial siapa itu? aku lupa mengunci pintu, batinnya.

Terlihat pria berbadan kekar dan tinggi sehingga ia tidak bisa berdiri dengan tegap karena atap ruangan yang sangat pendek. 

"Syukurlah kau datang tepat waktu, Theo," ujar Penyihir.

"Ada apa, Nek?" 

Penyihir itu berlari kecil, ia menggapai tangan berotot pria itu. "Bisakah kau mengambilkan ku sebuah mawar?"

"Tentu saja, aku akan segera kembali." Pria itu ingin melangkah keluar ruangan namun langsung terhenti karena penyihir yang kembali memegang tangannya dengan erat.

"Tapi bukan mawar yang sedang kau pikirkan, melainkan mawar yang berada di atas bukit misteri itu."

Suasana seketika menjadi sangat diam. Pria itu seakan berpikir, mengapa nenek tua ini menyuruh seorang yang tidak bisa sihir sepertiku?

"Aku tidak bisa sihir, mengapa kau menyuruhku?" tanya pria itu kebingungan.

"Tidak perlu sihir, kau hanya perlu keberanian dan tekad untuk mendapatkan mawar emas itu." Nenek itu berbalik badan menuju ke rak penuh dengan buku-buku tua.

"Maksudmu? Aku pernah dengar kisah bahwa mawar emas itu memiliki keajaiban untuk menangkal semua sihir, benarkah itu, Nek?"

"Ya kau pemuda yang pintar, dan aku membutuhkan mawar itu untuk mengobati cucuku," ucap penyihir sambil mencari sebuah buku.

"Cucumu? Maksudmu kelinci putih ini?" Pemuda itu menunjuk ke arah kelinci putih di atas sofa.

"Akhirnya aku mendapatkan buku ini," ujar penyihir itu, ia membersihkan debu yang menumpuk di atas buku yang membuat judul buku itu terlihat jelas.

'Cara untuk Pergi ke Bukit Misteri.' Itulah judul dari buku yang dari tadi dicari oleh nenek itu.

"Ini." Penyihir memberikan buku itu kepada pemuda yang memiliki nama Theo. "Kau bisa membawanya, Theo. Buku ini berisi tentang petunjuk untuk ke bukit misteri."

Nenek ini benar-benar serius ingin membawaku ke tempat maut itu. batin Theo.

"Nek, aku masih ingin hidup. Maaf jika saat ini aku menolak permintaanmu," ujar Theo.

Penyihir tampak sangat sedih. "Oh tuhan." Penyihir menaruh pergelangan tangannya di kening. "Bagaimana aku bisa mengembalikan cucu kecilku."

Theo merasa sedikit iba dengan penyihir. Nenek itu telah merawatnya sejak ia masih kecil, bagaimana bisa Theo menolak permintaan penyihir tua itu.

Adventure of 6 Heroes (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang