THH # 1

26.4K 493 7
                                    

Sayup-sayup kudengar suara desahan. Kupaksa mataku untuk terbuka perlahan. Terasa berat tapi harus. Kucoba membuka mataku dan kulihat langit-langit ruangan masih belum begitu jelas, pelan-pelan kubuka lagi dan kulihat dengan jelas bagaimana atap ruangan ini. Ini bukan kamarku?. Ini dimana?.

Suara desahan terdengar semakin jelas. Kulihat seorang laki-laki yang tidak kukenal dengan peluh di wajah dan tubuhnya sedang menindiku dan sedang menghujam-hujamkan miliknya di bagian bawahku. Oh tidak rasanya sakit, perih dan ngilu sekali. Sialan, dia sedang memperkosaku. Siapa dia?. Aku tak mengenalnya. Apa memang Aku sengaja di culik?.

Kucoba untuk bergerak melawan perlakuannya tapi tidak bisa. Tubuhku terasa berat untuk digerakkan. Badanku terasa sakit semua seperti remuk, lemas dan tak bertulang. Nafasku mulai sesak. Merasakan sakit di tubuh dan hatiku. Air mata tergenang dimataku dan perlahan mulai meluncur satu persatu merasakan sakit yang kurasakan.

Ada sebuah tangan mengenggam tanganku lembut. Kutolehkan mukaku kesamping untuk melihat genggaman tanganku dan melihat siapa yang menggenggamnya. Seorang anak Laki-laki seumuran denganku yang tak ku kenal lagi sedang memandangku dengan mimik wajah seperti penyesalan. Dia berbaring disampingku dengan peluh keringat di wajah dan di tubuhnya, dan dia .... tidak ... berpakaian. Oh tidak apa maksudnya ini?. Kumulai edarkan pandanganku keseluruh ruangan. Kudapati ada pria lagi di sudut ruangan beranjak dari duduknya sedang melepaskan boxernya dan beranjak ke arahku. Apa ada lagi?. 3 orang, tubuhku sedang digilir 3 orang. Tiba-tiba kepalaku sakit. Malam pertama yang mestinya spesial kuberikan untuk suamiku tapi dengan kurang ajarnya direnggut oleh 3 laki-laki bajingan ini???. Damn ... kurang ajar ... bangs#@@$#!. Teriakku dalam hati. "Aaaaa...aaaa". Hanya rintihan dan teriakan yang bisa kulakukan dengan isakan tangis yang tidak berhenti.

"Maaf". Tiba-tiba saja kalimat itu menginterupsi teriakanku ... laki-laki disampingku masih menggenggam tangan sembari berujar "maaf" dengan suara pelannya. Sedang Aku??, hanya tatapan kebencian yang kulontarkan padanya. Apakah maaf itu bisa mengembalikan badanku utuh menjadi perawan lagi??. Aku tidak butuh maafmu. Tiba-tiba kepalaku merasakan sakit lagi seiring dengan hujaman dari orang yang berbeda. Hujaman ini lebih keras dan lebih menyakitkan dibanding sebelumnya. Mataku mengabur tiba-tiba gelap. Dan Aku tak tahu lagi apa yang terjadi. Bahkan Aku sudah tak perduli lagi entah setelah ini mereka akan membunuhku atau apa. Yang pasti Aku hanya ingin menghilang dan pergi dari sini sejauh-jauhnya walau harus mati sekalipun.

------#####-------

Flashback

Kulangkahkan kakiku dengan malas memasuki kamarku setelah acara makan keluarga tadi. Keluarga??, cih. Mungkin iya bagi mereka tapi terkecuali bagiku. Masih ku ingat dengan jelas bagaimana papa yang slama ini selalu membiarkanku makan sendirian di rumah tapi hari ini selalu tersenyum mendengar celoteh 'miracle' anak perempuan yang selalu dicari-cari papa selama bertahun-tahun itu tadi tengah bercerita tentang pengalaman pertamanya masuk sekolah barunya. Sekolah yang sama dengan tempatku belajar. Bertahun-tahun papa mengabaikanku, menganggapku tidak pernah ada dan selalu gila akan pencarian terhadap mereka. Dan hari ini papa sudah membawa mereka ke dalam rumah ini dan menjadikan mereka menjadi bagian dari keluarga ini. Mereka sekarang telah resmi menjadi Ibu tiri dan saudara tiriku tentunya.

Kuhempaskan pantatku disisi ranjangku, kubuka laci nakas ranjangku. Ada foto mama disana. Satu-satunya foto kenanganku dengan mamaku. Karena semua foto mama sudah dibuang entah kemana oleh papa.

Miris hatiku membayangkan dulu mama tidak pernah mendapat perlakuan hangat seperti tadi yang telah diberikan kepada tante mirae. Kuambil pigora kecil itu dan kupeluk erat-erat. Kumenangis dalam diam. Aku sangat merindukannya. Orang satu-satunya yang bisa menyayangiku dengan setulus hati. Tapi Tuhan justru telah mengambilnya saat Aku masih berumur 7 tahun. Karena penyakit kanker yang diderita oleh mamaku. Mama yang selalu bersikap hangat meskipun menderita penyakit itu. Mama yang selalu tersenyum meskipun papa mengabaikannya. Mama yang begitu besar cintanya terhadap papa hingga mengabaikan apapun dari sikap kasar papa.

The Hurt HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang