Alecya Pov
Hari ini Aku putuskan untuk menghadapi semuanya. Sepahit apa pun yang kudapat nanti, sesakit apa pun cercahan papa nanti terhadapku, Aku bertekat akan menghadapi semuanya. Aku tidak boleh menyerah demi kakek, mama dan hidupku sendiri. Aku bertekad akan menceritakan semuanya dan membeberkan semua yang terjadi kepadaku ke papa. Mungkin dengan begitu papa akan sedikit melihatku dan beralih menyayangiku.
"Mikirin apa?". Kak Devon yang sedari tadi fokus dengan jalan di depannya pada akhirnya penasaran dengan kediamanku. Kubalas dengan senyum terindahku.
"Gak kak, hanya memikirkan bagaimana merangkai kata-kata yang tepat untuk melunakkan hati papa". Kak Devon tersenyum mendengar penuturanku. Kak Devon memang orang yang selalu memberi suport Aku dalam langkah mengambil hati papa selama ini. Aku tidak menceritakan bagaimana detailnya sampai Aku kabur kemarin. Kak Devon hanya menasehatiku setelah menyimpulkan sendiri masalahku. Kalau kamu tahu airnya sudah keruh ya kamu jangan lantas menimba di air keruh itu, tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan. Itu yang dia katakan. Membuatku menimbang banyak hal. Papa yang sudah kena hasutan 2 iblis wanita kesayangannya justru ku tambah bikin kesal dengan sikap kasarku. Setiap orang tua pasti marah jika anaknya ngelawan kan?. Dan yang diharapkan dari keluarga adalah bisa merasakan kenyamanan dan adanya kepercayaan. Kalau kita tidak memulai membuka diri terus kapan lagi?. Jadi mungkin semua harus dimulai dari diriku sendiri.
"Ah sudah sampai. Cepat gih turun. My Girl yang kuat ya. Ingat komunikasi yang baik itu hanya dengan kepala dingin". Katanya yang tanpa melepas tatapannya pada manik mataku, kedua tangannya yang meremas kedua pundakku membuatku semakin mantap untuk melangkah. Lagi-lagi kuberikan senyum terindahku.
"Ya kak, makasih. Aku masuk dulu. Hati-hati di jalan". Ia mengangguk dengan kedua bibir tetap tersenyum. Selepas Aku turun dari mobilnya. Ia melajukan mobilnya untuk pulang. Kubalikkan badanku mantap dan menarik nafas dalam-dalam. Kali ini pasti berhasil dan harus.
Dengan keyakinan pasti kumasuki rumah besar ini namun baru beberapa langkah saja tiba-tiba langkah kakiku terhenti saat Aku mendengar sayup-sayup suara orang berbicara. Kudekatkan telingaku ke arah suara tersebut. Suara itu semakin jelas ketika Aku sudah berada di depan ruang baca.
"Aku tidak akan mencarinya". Itu suara papa tapi dengan siapa?.
"Jangan seperti itu, kalau ternyata Aku tahu kedatanganku dan Miracle justru menjauhkanmu dengannya. Aku rela hidup berdua dengan Miracle selamanya". Ternyata papa sedang berbincang dengan tante Mirae. Kenapa Aku merasa sepertinya mereka sedang membicarakan Aku.
"Kamu itu bicara apa?. Kamu tahu kan kalau kalian berdua adalah nafasku. Aku akan terus seperti mayat hidup tanpa kalian berdua. Lagipula sebelum ada kalian pun hubunganku dengan Alecya juga sudah tidak begitu baik". Ternyata benar itu tentang Aku.
"Tapi kenapa?. Bukankah dia anakmu juga?". Dadaku berdebar hebat karena ikut menunggu jawaban dari papa. Kakiku yang mulai kesemutan karena berdiri jadi tidak terasa karena fikiranku fokus dengan apa yang akan dijawab papa nanti.
"BAGIKU, ANAKKU HANYALAH MIRACLE. ANAK YANG LAHIR DARI BUAH CINTAKU DENGANMU". Dadaku langsung sesak mendengar jawaban papa. Jantungku seolah-olah sedang berhenti berdetak. Kakiku yang kesemutan berubah menjadi seperti jelly. Pikiranku kacau. Apa yang kuharapkan tadi?. Berharap papa akan melihatku?. Bahkan jika ternyata benar Aku adalah anak kandungnya dia tetap tidak mau melihatku. Rasanya sakit mendengar kenyataan ini. Menceritakan tentang Miracle sama dengan menaruh segelas garam ke dalam lautan. Sia-sia saja. Justru yang ada malah akan menjadi boomerang terhadapku.
Kakiku yang sudah mulai bisa di gerakkan kini telah mengikuti kata hatiku untuk menuju ke kamarku. Aku seperti berjalan dengan menyeret batu besar. Terasa berat dan tak punya tenaga. Kususuri tangga dengan langkah gontai. Setelah sampai, kubuka pintu kamarku dan menutupnya pelan. Aku terduduk lemas di belakang pintu kamarku, air mataku jatuh tanpa dapat kubendung lagi. Aku terisak pelan sambil membekap mulutku mencoba menyembunyikan tangisanku. Katakan padaku Aku harus bagaimana?. Apa yang harus Aku lakukan?.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hurt Heart
RomanceCukup sudah Aku diperlakukan begini. Diperkosa keroyokan, hamil dan di abaikan orang yang paling kuharapkan cintanya, Papa. Semua adalah rencananya, anak kesayangan Papa. Miracle. Tapi siapa sangka Geraldi. Salah satu pemerkosaku justru menjadi pe...