Part 2

1.3K 8 0
                                    

Setelah selesai bercinta dengan office girl bernama Miranda itu, Leonard kembali memfokuskan dirinya untuk bekerja sampai tak terasa sebentar lagi waktu makan siang yang artinya ia harus menjemput anaknya juga.

Beberapa menit berlalu, Leonard kemudian menatap jam ditangannya yang sudah tepat pukul 12.00 siang. Dengan segera pria itu bangkit dan keluar untuk menuju mobilnya.

Leonard menancapkan gas menuju tempat les anaknya. Selama di perjalanan Leonard begitu fokus memperhatikan jalanan hingga dirinya sampai di parkiran yang tak jauh dari gedung les sang anak.

Leonard dengan sabar menunggu sang anak yang masih belum keluar, namun tak lama netra cokelatnya melihat anaknya yang mulai keluar dari pintu gerbang. Lantas, Leonard tersenyum dan turun dari mobil untuk menghampiri sang anak.

"Daddy!"seru Erlan melihat kedatangan Daddy-nya.

"Hai anak kesayangan Daddy,"Leonard merentangkan tangannya yang dibalas pelukan hangat oleh anak laki-lakinya.

Seburuknya Leonard sebagai seorang pria, tapi dia tetaplah seorang ayah yang sangat sayang pada anaknya. Leonard kemudian mendekap anaknya ke dalam gedongannya dan melangkahkan kakinya menuju mobilnya.

"Daddy, Erlan tadi belajar perkalian 4 lho ,"beritahu Erlan yang duduk di kursi samping Leonard.

"Iya, kah? Daddy ingin sekali dengar Erlan berhitung,"sahut Leonard seraya mengemudikan mobilnya.

"Okay deh, Erlan mulai ya; 1×4= 4, 2×4= 8 ..... 9×4=36. Selesai deh, hebatkan Erlan?"ucap Erlan dengan antusias.

Leonard tersenyum dan melirik sedikit ke arah anaknya. "Hebat sekali anak daddy,"pujinya dengan nada bangga.

Erlan memanglah anak pintar, sedari kecil Leonard sudah melihat kepintaran anaknya yang cepat tanggap dengan lingkungannya.

Tapi, karena Leonard dan istrinya tidak memiliki waktu untuk mengajarkan banyak hal pada Erlan, akhirnya Leonard memutuskan supaya anaknya di leskan saja sedari usia 3 tahun.

"Erlan lapar tidak?"tanya Leonard pada anaknya.

"Lapar Daddy,"balas Erlan.

"Ingin makan apa?"

"Eum... makan pizza cheese,"

"Baiklah, siang ini kita makan pizza,"

Leonard kemudian mengemudikan mobilnya ke restoran terdekat yang menyediakan pizza. Setelahnya, Leonard mengantarkan anaknya pulang ke rumah.

"Daddy pergi kerja lagi?"tanya Erlan ketika mobil Leornad sudah berhenti di halaman rumahnya.

"Iya, Erlan sama suster, tidak apa kan?"sahut Leonard.

Erlan mencebikan bibirnya, lagi-lagi dia harus menghabiskan harinya bersama pengasuhnya. Leonard yang dapat menangkap raut kesedihan di wajah anaknya jadi merasa bersalah.

"Kenapa sih mommy dan daddy sibuk kerja?!"tanya Erlan namun Leonard dapat menangkap sikap protes anaknya.

"Daddy dan mommy kan harus cari banyak uang untuk Erlan. Jadi daddy dan mommy harus pergi kerja,"bohong Leonard.

Sebenarnya dengan Leonard yang bekerja saja sudah sangat mencukupi kehidupan keluarga kecilnya itu, bahkan Leonard memiliki beberapa aset penting. Tapi, istrinya Leonard lebih memilih menyibukkan diri dengan bekerja dibanding mengurus anak mereka.

Sedari dulu, kelahiran Erlan tidak pernah diharapkan oleh Jessica. Wanita yang merupakan istri Leonard selalu menganggap anak mereka adalah kesalahan terbesar yang seharusnya mati.

Maklum, dulu Leonard dan Jessica menikah karena perjodohan. Dan saat itu istrinya masih gencar-gencarnya untuk mengejar pendidikan ke perguruan tinggi, namun karena kehadiran Erlan akhirnya Jessica mengubur semua mimpinya.

The Darkness LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang