☘ Delapan

44 12 6
                                    

Ketiga pemuda itu meraup nafas sebanyak-banyaknya dengan dada mereka yang kembang-kempis menerima pasokan oksigen, salah satu dari mereka yang terluka bersandar pada pohon besar dibelakang punggungnya.

"Hahh.. mau sampai kapan kita kayak gini?" Tanya Renjun.

"Dikejar-kejar kayak gua punya salah" lanjut Renjun, ia memegangi sebelah lengannya yang tertutupi jaket.

"Ini bukit kayaknya bukit keramat dah" ucap Jeno sembari menarik nafas dalam-dalam.

Mengusap bagian dadanya yang terasa sakit karena mereka terus-terusan berlari menjauh dari kejaran para makhluk halus yang menganggu mereka.

Jaemin menatap jam tangan yang berada ditangan kanannya, jam sudah menandakan pukul 8 lewat 30 menit, dan hati sudah malam.

"Kita udah disini sekitar 2 jam" ujar Jaemin.

Renjun mengacak-acak rambutnya frustasi lalu mendengus kesal dengan keadaannya, merepotkan sekali harus tersesat dan di ganggu oleh para makhluk halus disini.

"Gua mau pergi dari sini sendirian! Gua udah muak!" Ucap Renjun, lelaki dengan darah campuran cina itu berdiri dari duduknya dan berjalan menjauh.

"Renjun! Jangan egois, bisa bahaya kalo lu pergi sendirian!" Ucap Jeno.

Renjun berbalik dan menatap keduanya dengan sinis.

"Gua udah gak peduli! GUA MUAK DISINI! GUA MAU PULANG, LUPAIN RENCANA KITA BUAT LIBURAN!" Teriak Renjun, lalu melanjutkan langkahnya.

Sosoknya perlahan-lahan menghilang terhalangi oleh kabut asap yang sudah muncul sedari tadi, Jeno memijat pelipisnya melihat kelakuan Renjun.

"Jeno, gimana ini?" Tanya Jaemin.

"Biarin dia sendirian dulu, na"

"Tapi kalo Renjun kenapa-kenapa gimana?"

"Udah, gak usah khawatir"

"Hihihi, bukankah perpecahan ini sangat indah?"

☘ ☘ ☘

Kini keadaan beralih pada Seungmin, Yeji, Jisung, Haechan, Felix, dan Hyunjin.

Lelaki yang pingsan itu masih enggan menyadarkan diri sementara teman-temannya saling diam keadaan gelisah jika mereka lagi-lagi harus berlari mencari tempat aman.

"Demi tuhan, di kondisi kayak gini bisa-bisanya Hyunjin gak mau sadar. Dasar gak sadar diri! Lu tuh berat tau gak" ucap Yeji sembari menyandarkan kepala sang kembaran pada pundak kecilnya.

"Gue khawatir..." Gumam Yeji dengan tatapan sendu.

Puk..

Yeji mendongak menatap Seungmin yang menepuk kepalanya lalu lelaki itu merapikan beberapa helai rambutnya yang menutupi wajah cantiknya. Sedikit tersipu saat wajah tampan itu menatapnya.

"Jangan khawatir ji, kembaran lu punya kekuatan bobrok yang menyatu dalam dirinya" ucap Seungmin lalu duduk disamping Yeji.

Haechan dan Jisung yang berjongkok dihadapan mereka pun saling melirik lalu sedetik kemudian mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Fix ini saling suka" bisik Jisung.

Masih sembari menganggukan kepalanya, Haechan berucap.

"Bener-bener, gak bisa dibantah lagi ini" balasnya.

Felix yang duduk bersila disampingnya mereka cuman geleng-geleng kepala lalu menatap kearah tangan kirinya, sebuah gelang terpasang dipergelangan tangannya.

Hingga saat ini, Felix tak pernah absen untuk tidak mengenakan gelang itu. Hyunjin juga mengenakan gelang yang serupa seperti miliknya.

Mengulas senyum tipis mengingat kejadian beberapa tahun lalu saat Hyunjin membelikannya gelang couple sebagai hadiah persahabatan mereka. Lucu saat mengingat senyum Hyunjin yang selalu tampak ceria.

"Hhuh..."

Yeji terkejut saat merasakan sebuah pergerakan di sebelah bahunya dan sebuah suara dari lelaki disampingnya.

Wanita itu langsung menatap kearah Hyunjin yang memegangi kepalanya dengan ekspresi menahan rasa sakit dan nyeri. Hyunjin mengangkat kepalanya dari bahu Yeji dan mulai mencoba membuka sebelah matanya.

"Arghh! Shh sakit..." Ringis Hyunjin.

"Hyunjin?" Panggil Felix dengan tatapan penuh harap.

Senyum mulai terukir di wajah cantik Yeji, ia langsung memeluk sang kembaran dengan gembira.

"Hyunjin! Akhirnya elu sadar!" Ucap Yeji sembari memeluk pria disampingnya yang terdiam sembari menatapnya.

"Hyunjin, lu ngerepotin banget tau gak anj*ng?" Ucap Jisung, namun dibalik kata kasarnya itu, ia bersyukur karena sang sahabat bangun.

"Tau tuh dasar pangeran kampus!" Timpal Haechan.

Sementara Seungmin mengeryitkan dahinya saat melihat respon Hyunjin yang hanya diam, tidak seperti seorang Hyunjin yang ia kenal. Begitupun dengan Felix yang kini diam sembari menatap Hyunjin.

"Maaf.. tapi kalian siapa?"

Semua yang disana tercengang mendengar pertanyaan yang dilontarkan pria itu, senyum Yeji yang tadinya muncul seketika tergantikan dengan ekspresi bingung. Ia melepaskan pelukannya lalu menatap Hyunjin.

"Hyunjin! Ini bukan waktunya bercanda!" Ucap Yeji.

Hyunjin menggaruk tengkuknya dengan ragu dan gugup.

"Gua gak bercanda kalian siapa?" Tanyanya lagi.

Seungmin mengigit bibir bawahnya dengan resah, seharusnya ia sadar bahwa hal ini bisa saja terjadi kepada sang sahabat.

"Elu Hyunjin woi! Udahlah gak sadar diri jangan malah gak ingat diri lu!" Ucap Haechan.

Hyunjin terdiam dan menatap orang-orang yang berada disekitarnya dengan bingung, rasanya ia tidak mengenal satupun dari mereka. Dalam otaknya, ia berpikir.

Apakah ia sedang diculik?

Sedetik kemudian ia memegangi kepalanya yang terasa sakit dan berdenyut, kedua tangannya memegang kepalanya sembari menunduk.

Lalu dengan perasaan bingung, resah, takut, dan semua perasaan lainnya yang bercampur campur, ia menatap Yeji.

"G-gue siapa? Lo siapa?" Tanyanya.

"Hyunjin, lo... Hilang ingatan" sahut Seungmin dengan enggan.

Yeji menoleh kearah Seungmin dengan tidak percaya, ia menggeleng-geleng kuat tidak percaya kepada hal yang barusan diucapkan oleh Seungmin.

"Gak Seungmin! Bilang ini gak beneran! Gak mungkin kan Hyunjin— dia, dia gak hilang ingatan.. kan...?" Ucap Yeji, ia menarik kerah baju pria dari jurusan kedokteran itu.

Seungmin menarik Yeji untuk masuk kedalam pelukannya, mengusap punggung wanita itu. Yeji menangis didalam pelukannya, enggan menerima kenyataan bahwa Hyunjin melupakan dirinya yang merupakan saudarinya.

Jisung mengepalkan tangannya dengan kesal, sulit menerima kenyataan bahwa Hyunjin melupakan mereka semua.

Sementara Felix, lelaki itu menatap Hyunjin dengan sedih. Persahabatan yang mereka berdua bangun dari kecil hingga mereka besar, dilupakan begitu saja oleh Hyunjin?

Dunia rasanya sangat tidak adil.












Apakah masih ada orang yang nunggu cerita ini?

Banyak yang boikot NCT termaksud temen-temen ku, dan karena cerita ini ada member NCT nya, aku jadi ragu buat lanjutin cerita ini

Sebenarnya bukan salah mereka, tapi ini salah agensi mereka, jujur aku kecewa sama agensi-agensi yang ngelakuin semua hal itu
Bener-bener kecewa

Nanti lagi...?

24 Juni 2024

Kuil tua || 00LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang