.
.
.
Aaaaaahhh AAAAAAAAAA...Raung Violet saat Menyadari Bahwa yang terbaring Di Ranjang itu adalah Allan.
Beberapa bekas darah Telah mengering di Baju putih Itu, Wajah penuh dengan darah yang sudah mengering masih membekas, Beberapa Selang infus menempel, Perban Di kepala Melingkar sempurna, Oksigen Menutup wajah Nya dengan layar monitor yang berbunyi setiap detik nya menambah Daya Pompa jantung saat mendengar kan Semua.
"Apa Arti semua ini Katakan LEA, ARVIINN??" Teriak Violet Dengan suara Parau. Ia tak sanggup Menghadap Dan melihat ke arah suaminya itu, ia menangis Kuat di lantai.
"Mobil Bos Allan oleng saat Perjalanan Dari membeli bunga, Kami kembali hari ini setalah sebelumnya menyuruhku menunggu di tempat makan, Bos Allan Mengatakan bahwa Dia mengambil Pesanan bunga nya untuk di berikan pada mu, Non Violet"
Dengan terduduk lemas, Arvin menceritakan semua bahwa Sebenarnya Hari di mana Allan mengabaikan Violet itu hanyalah Sebuah Rencana, Allan Tak pernah Bisa berbuat demikian tapi Ia harus melakukan hal itu untuk memberi kejutan spesial.
Arvin menceritakan semua bahwa Selama beberapa bulan belakangan Ia dan Allan Masing-masing sibuk Mengurus Kejutan itu yaitu tentang membeli pulau, Pulau yang akan menjadi impian Violet, Pulau Tempat Yang paling indah menurut Violet dimana pantai menghampar luas menampilkan keindahan alam.
Violet memang pernah Mengatakan bahwa Pulau adalah Kemewahan tersendiri baginya. Ia sejak kecil memimpikan Dirinya Bercanda menikmati keindahan itu suatu saat walaupun pernah trauma Oleh sang kakak tapi suaminya berhasil mengubah semua menjadi Kembali seperti semula.
Arvin tak bisa menutupi semua lagi karena Melihat keadaan Allan yang Kini terbaring lemah di ranjang Kamar rumah sakit. Ia harus Bicara jujur pada Violet yang tentu saja Ia sangat Cemaskan.
Arvin mengatakan Bahwa Allan Mengatakan kejutan itu saat kembali dari Pulau itu setelah Membuat Semua persiapan Untuk menyambut kedatangan Violet di sana, Ia akan membawa Violet untuk Honeymoon yang tertunda.
Honeymoon yang Tak pernah mereka lakukan, Honeymoon yang Tentu saja Allan impikan walaupun Selama ini Ia bersama Violet Selalu Seperti Pasangan pengantin tengah honeymoon, bahkan Mereka juga sempat punya Bayi walau harus mengalami Cobaan.
Arvin Hanya bisa Tertunduk mengusap Wajah kusut Nya, Ia bersandar di Lantai kamar rumah sakit membuat Lea Tak bisa Mengabaikan nya. Arvin menangis. Yaaa dia menangis hebat setelah menceritakan semua tak perduli Bagaimana Reaksi Violet melihat hal itu.
Violet Tak bisa bicara lagi, bibirnya kamu untuk berteriak, air mata mengalir deras di sana, tak ada yang bisa Menenangkan nya karena Ia hanya diam sejak Mendengar cerita Arvin. Hingga..
"Apa yang terjadi Nak..... Allaannn..." Suara Lirih dengan Air mata berderai. Pria paruh baya dan Wanita Paruh baya yang tentu saja Violet kenal. Itu orang tua Allan bersama Lucia.
"Nak, katakan apa yang terjadi? Katakan?" Violet hanya diam , tubuhnya seakan mati, tingkat kesedihan paling hancur baginya sekarang.
Erina Mengguncangkan tubuh kecil Violet Namun tetap saja Seperti Beku di sana.Semua Menangis sedih, Ryno mengusap wajah nya saat Mendengar Penjelasan dokter bahwa kecelakaan itu Mengakibatkan Kaki dan tangan Allan Mengalami patah, Gangguan Saraf pada Kepala mengakibatkan Mata Menjadi Kabur dan akan Buta jika Tak di Kontrol.
Kecelakaan parah Tak bisa di abaikan, Ryno sebagai orang tua langsung seperti biasa selain Mengurus Semua yang di butuhkan ia langsung menghubungi orang-orang kepercayaannya, Ia tak bisa hanya diam mengabaikan semua Setelah Banyak kejadian Terus menimpa Hidup Putra nya itu.
Erina dan Lucia Menangis Memeluk Violet yang Tetap membeku. Ia kini duduk di samping Ranjang Allan, menggenggam erat tangan suaminya itu Dengan lemah Menyandar kan kepalanya di sana.
"Nak tenanglah... Ayah mu sudah mengurus Semua" ujar Erina Gusar. Tapi tetap saja Violet tak Bereaksi apapun. Lea mendekat dan Memberi isyarat membuat Erina dan Lucia mengerti, Waktunya Keluar dari ruangan karena Dokter akan datang.
Erina menutup pintu, Dengan Berusaha Mengusap air mata agar terlihat tegar ia menepuk pelan pundak Lea yang Duduk menutupi wajahnya, jelas Dia juga tertekan dan begitu cemas itu jelas tercetak di wajahnya."Nak Lea, Boleh Kau ceritakan sebenarnya apa yang terjadi?" Lea Perlahan mengangkat wajahnya.
Memberikan Handphone tanpa mengatakan apapun, di sana dengan bingung nyonya Erina membuka Handphone Itu.
Dan Tak lama setelah membuka layar itu ia terduduk lemas."Kenapa Ini terjadi, Kenapa Tuhan tak membiarkan Satu kebahagiaan sempurna untuk anak ku. Ahhhhhhh " Erina menangis, ia tak habis pikir jika Semua begitu cepat berubah, Beberapa kejadian telah di lewati, kebahagiaan sempurna mendapat Menantu yang ia sangat cintai tapi ujian terus silih berganti.
Luput Ujian menantu yang Harus Menghadapi Oprasi hingga Membuat cucu nya Harus Hilang paksa kini Ujian atas Allan yang Kecelakaan tunggal.
Erina tak sanggup membayangkan wajah senang putranya saat merencanakan kejutan untuk Istrinya itu, Erina sangat paham siapa Allan, Di handphone itu terlihat jelas bagaimana Allan merencanakan semua kejutan. Namun kini Pria itu harus terbaring kaku di ranjang rumah sakit.
.
.
.
"Suamiku.... Bagiamana? Apa semua baik-baik saja, katakan apa Kecelakaan itu....""Kecelakaan murni Karena Musibah. Putra kita hanya mengalami luka di kaki tangan dan kepala, tidak perlu khawatir Istriku" ujar Ryno Pelan seraya meraih Tubuh istrinya yang mengusap air mata Dengan tarikan nafas Sedikit lega.
Kata-kata penenang Begitu sempurna saat Ryno bicara Soal luka Itu hanya luka kecil. Lea menghampiri Arvin Yang tentu saja Ia tangkap tengah Sangat cemas.
"Arvin trimakasih sudah menjadi Teman baik Allan dan kau selalu penuh cekatan Bersama Nya, jika telat satu menit saja mungkin putraku itu sudah Meninggal dunia" ujar Ryno Seraya menepuk pundak Arvin. Arvin Hanya diam tertunduk, ia Menjadi sangat sedih mengingat bahwa Kenapa tak dirinya saja yang pergi. Ia mengingat jelas bahwa Allan Sendiri yang memaksa membawa mobil seorang diri tanpa Penjagaan.
"Dokter bilang Allan akan baik-baik saja, Dan Lea kau bawa Arvin untuk istirahat, dia pasti lelah karena Baru pulang Dari perjalanan libur kalian terus langsung bekerja keras" ujar Ryno Pelan membuat Lea mengangguk mengerti.
"Lucia ayo Masuklah bersama Ibu mu, Lihat kakak Ipar mu itu pasti tengah terpukul. Dia pasti tak menyangka semua ini" Lucia dan Erina Mengangguk mengerti menuruti Ucapan Ryno.
Memasuki ruangan dengan ragu tapi Seolah keberanian itu muncul saat Ryno Mencoba mengangguk memberi Isyarat bahwa Semua akan kembali membaik.
"Nak Violet..... Sayang Ayo bangun....."
Tangan lembut Erina Membelai kepala Menantunya Itu. Violet perlahan Bergerak, Mendongakkan wajahnya menatap mata mertuanya yang kini sudah tak lagi menangis.
.
.
.
