3

5 0 0
                                    

Miskha akhirnya bertemu dengan Abimanyu setelah jam kerja pria tersebut usai. Setelah empat jam yang dihabiskan dengan keliling mall dan membeli beberapa camilan yang menurut Miskha menarik, kini dia berada di depan restoran tempat awal dia menginjakan kaki di mall. Abimanyu masih dengan setelan lusuhnya yang sama berjalan ke arah pintu keluar. Miskha tanpa ragu menghampiri Abimanyu sesaat setelah lelaki tersebut keluar dari restoran tempatnya bekerja.

"Hai, Abi!" Miskha tersenyum sambil melambaikan tanggannya berusaha untuk bersikap ramah.  Sementara itu Abi mengernyitkan keningnya dan menatap Miskha dari atas sampai bawah.

Miskha yang ditatap dengan penuh intimidasi oleh Abimanyu merasa tidak terima. Harusnya dia lah yang pantas memberikan tatapan tersebut kepada Abimanyu. Lelaki tersebut berpenampilan mencolok dengan pakaian lusuhnya. Sungguh, Miskha tidak bermaksud menilai Abimanyu secara negatif, namun sikap Abimanyu lah yang membuat dia kesal.

"Hai, gue Miskha, yang tadi sempet nyapa lo di kelas Kalkulus." Miskha enggan mengulurkan tangannya, namun tetap berusha bersikap ramah. Bagaimana pun Abimanyu adalah harapannya.

Abimanyu tidak menanggapi perkenalan Miskha, seakan-akan masih menunggu wanita di depannya menyampaikan maksud dan tujuannya.

"Gue mau ngobrol bentar boleh ngga? Tentang kampus."

"Sorry, gue lagi buru-buru." Abimanyu akhirnya membuka suara setelah mengerahui tujuan lawan bicaranya. Kemudian, tanpa basa-basi Abimanyu kembali melangkahkan kakinya ke meninggalkan Miskha yang telah tertinggal tiga langkah di belakangnya.

Miskha sedikit berlari menyusul Abimanyu. "Eh, tunggu, gue cuman mau minta tolong bentar doang." Saut Miskha setelah berhasil menyusul Abimanyu.

Abimanyu terlihat sama sekali tidak tertarik dengan sautan orang di sebelahnya. Kakinya terus meneruskan langkah hingga Miskha mengatakan suatu hal yang menarik di telinganya.

"Gue mau nawarin lo kerjaan."

*****

Panasnya udara sore ini tidak menghalangi niat Miskha dalam upayanya untuk meminta Abimanyu menuruti keinginannya. Bahkan, mereka semoat sedikit beradu argumen saat akan menentukan tempat untuk membicarakan hal yang menjadi cukup serius ini. Abimanyu nampaknya menuntut penjelasan lebih lanjut sebelum menerima pekerjaan tersebut hingga akhirnya mengikuti Miskha untuk membahasnya di salah satu coffee shop di dalam mall.

"Lo mau pesen apa?" Miskha menawari Abimanyu yang sejak tadi mengekorinya hingga kasir.

"Gue pesen ice tea aja." Miskha mengernyitkan kening, namun tak ayal tetap memesan satu ice tea dan coffee latte.

Mereka duduk di meja yang disusun untuk dua orang di daerah pojok karena hanya kursi tersebut yang tersedia, mengingat semakin sore pengunjung semakin bertambah.

"Jadi, lo mau nawarin kerjaan apa?"

Miskha menyelesaikan seruputan coffe lattenya sebelum menjawab pertanyaan Abimanyu. "Ekhm. Gini, lo tau kan kalau Kalkulus tuh susahnya pake banget?" Abimanyu menanggapi dengan mengedikkan bahu seakan Kalkulus bukanlah hal yang sulit baginya.

Miskha menghela napas sebelum melanjutkan kalimatnya. "Gue tau kalau lo pinter, jadi lo pasti merasa kalau matkul terkutuk itu mudah kan?"

"Kalau penilaian lo gitu, yaudah." Abimanyu menjawab kemudian meminum ice tea miliknya yang kini gelasnya telah berembun.

"Okay, gue percaya sama lo karena nilai UTS dan UAS lo paling gede. Jadi, gue mau nawarin lo kerjaan jadi guru private."

"Berapa bayarannya?"

"Lo maunya berapa?"

"Gue mau disesuaiin sama UMR."

Menurut Miskha permintaan Abimanyu masih masuk akal, lagi pula pertemuanbya tidak akan dilakukan setiap hari melainkan beberapa hari dalam seminggu.

"Okay, kalau gitu gue mau tutor setiap senin, rabu, jumat. Setiap jam 4 sampe jam 7 malem. Aman, kan?"

"Gue ngga hari Senin. Gue mau hari Rabu, Jumat, Minggu."

"Loh, kok Minggu? Gue ngga bisa. Hari Minggu itu jadwalnya main tau nggak?"

"Terserah lo, gue hari Senin ada kerjaan."

Miskha merasa keberatan dengan keputusan tersebut, pasalnya dia selalu pulang ke Bandung setiap weekend. Jika pertemuan dilakukan hari Minggu, itu berarti dia hanya bisa pulang setiap hari Sabtu. Namun, Miskha harus menyelamatkan nilai Kalkulusnya semester ini agar tidak perlu mengulang mata kuliah.

"Okay, fine. Rabu, Jumat, Minggu. Jam 4 sore sampai jam 7 malam."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DivergentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang