Saat sekarang ini tak ada Fitiara di kantor membuat Lisa lebih leluasa mendekati Abram. Ia pun akan memulai aksi pertamanya dalam mendekati Abram saat itu juga.
Salah satu rencananya dengan menunggu Abram tiba di kantor, yang mana tak biasanya belum tiba di jam 11 siang.
Panjang umur, Abram tiba setelah Lisa tak sabaran ingin memulai aksinya. Segera ia berdiri membenarkan pakaiannya yang bertambah ketat, lalu berdiri di samping meja menunggu Abram melintas.
"Selamat siang bos, bos butuh sesuatu?" sapanya dengan suara yang di buat lembut.
"Siang, tidak. Saya tidak butuh apapun"
Abram berlalu ke ruangannya tanpa pernah menoleh pada Lisa sedikitpun.
Lisa yang mendapatkan sikap cuek memasang wajah dongkol lalu kembali duduk ke kursinya. Di mana beberapa pegawai yang melihat hal itu cekikikan di tempat mereka. Jika hal seperti itu mempan mungkin beberapa di antaranya telah berhasil menghangatkan ranjang seorang Abram. Tapi tidak. Pria itu susah untuk di dekati apa lagi untuk di miliki. Ia bak memasang perisai bahkan mungkin benteng untuk wanita yang tak menarik minatnya. Dan selama ini tak ada yang mampu kecuali Fitiara.
Yah, wanita sederhana dengan rasa penasaran yang tinggi itu justru membuatnya tertarik. Mampu meruntuhkan dinding pembatas Abram terhadap wanita. Kesederhanaan dan keramahan seorang Fitiara yang tak mudah tergubris pada lawan jenisnya, semua itu menjadi nilai di mata Abram membuat ia jatuh hati pada wanita itu.
Tak putus asa, Lisa ke pantry bertanya pada salah seorang OB minuman kesukaan bos mereka.
"Teh, bos menyukai teh" sahut OB yang di tanya. Lisa pun meminta di buatkan dan ia akan menjadikan itu alasan untuk mendatangi ruangan utama untuk memulai pendekatan.
Tapi terlebih dahulu ia membenarkan pakaian juga make-up nya, bahkan menambah pewarna di bibirnya menjadi merah maroon. Lalu dengan berlenggak-lenggok ia mendatangi ruangan utama.
Tok! Tok! Tok!
"Masuk"
Lisa membuka pintu seraya tersenyum manis mendekat dengan langkah mantap.
"Teh nya bos, ingin di letakkan di mana?"
Abram mengernyit bingung, seingatnya ia tak pernah minta di buatkan teh.
"Saya tidak minta di buatkan teh"
"Iya bos, ini inisiatif saya membuat kan bos teh, supaya bos tetap terjaga"
"Yah sudah, letakkan di pinggir meja"
Lisa meletakkan sesuai yang di katakan, lalu berdiri di samping Abram menatap pria itu sembari memikirkan cara selanjutnya untuk di perhatikan olehnya yang cuek.
"Ada apa lagi?" tanya Abram, Lisa belum meninggalkan ruangannya.
"Bos butuh yang lain?"
"Tidak"
"Bos tidak capek? Mau saya pijat?"
Abram menoleh menatap Lisa jengkel.
"Kamu bekerja di sini sebagai asisten sekretaris, bukan sebagai tukang pijat"
Lisa menelan ludahnya mulai takut melihat ekspresi bos nya yang judes yang tak pernah bersahabat padanya.
"Permisi bos"
Segera Lisa meninggalkan ruangan utama seraya tersenyum-senyum sendiri merasa langkah awalnya sukses meski bos nya masih jutek.
Melihat teh di atas meja yang Lisa bawa, membuat Abram merindukan teh buatan Fitiara di rumah Amir di pagi hari kala itu. Teh yang pekat dengan rasa yang tak begitu manis. Sepat di lidah tapi nyaman turun ke lehernya entah mengapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Kejar Cinta Bos Paman
RomanceLamaran ku tinggalkan, jodoh ku dapat. Kiasan itu mungkin cocok untuk Fitiara Kirana yang pergi dari rumah nya karena menolak di jodohkan dengan seseorang yang tak ia sukai. Ibu kota Indonesia menjadi tujuannya, karena di sana ada paman serta bibiny...