Suara pertama

6 0 0
                                    

Perkenalkan, nama ku Melody. Kalian bisa memanggilku Ody. Aku duduk dibangku kelas 10 di salah satu sekolah MA di Jakarta Barat. Aku terbiasa menjalani hari-hariku dengan menulis bahkan membaca. Minuman favorit ku adalah matcha, yang kata orang-orang itu adalah minuman ter-pahit dan tidak enak di dunia. Tadinya ku fikir benar kata orang orang kalau matcha itu tidak enak, tapi salah, karena menurut ku matcha adalah minuman terenak setelah kopi susu. Ah iya, izinkan aku untuk menceritakan sedikit tentang kisahku dengannya ya. Sama seperti matcha, dulu kata orang-orang, Dirinya adalah seseorang yang susah untuk didekati, sangat dingin, manusia tanpa banyak kata, begitu kira kira yang aku dengar.

Aku bertemu dengannya sekitar bulan November 2022. Dikala itu, dia masih seperti yang dikata orang-orang, cuek, tidak banyak bicara dan sangat dingin. Itu alasan mengapa aku tertarik dengannya. Aku suka laki laki yang tak banyak bicara, pintar, dan sangat mengedepankan masa depannya.

Waktu itu aku kelas 9 dan sangat ingin masuk ke SMA favorit di kota ku. Aku mendengar namanya untuk pertama kali ketika aku sedang ada jadwal les di rumah guru sekolahku. Guruku bernama Pak Hasan. Aku tidak tahu apa maksut dan tujuannya menceritakan laki-laki itu, tapi mungkin Pak Hasan hanya ingin aku dan teman-temanku menjadikannya sebagai inspirasi, Pikirku.

" itu loh anak kelas 9e. Namanya liam, dia pinter banget, nilai ujiannya selalu bagus, apalagi di pelajaran bapak dan bahasa arab nya juga bagus! " Ucap Pak Hasan.

" masasihh pak? dia sepinter itu memangnya? " tanyaku.

" iyaa mel, bahasa arabnya selalu 98. " jawab guruku. Aku terkejut bukan main, bahkan aku tidak pernah mendengar orang se-jenius itu. Temanku yang pintar pun sepertinya tidak pernah mendapatkan nilai sebesar itu, paling paling 90 keatas tapi tidak sampai sebesar dirinya. Aku sangat penasaran seperti apa dirinya.

Dari hari itu, aku sangat penasaran sebenarnya dia itu siapa dan bagaimana orangnya. Tapi aku samasekali tidak menggubris apalagi menceritakan tentang itu dengan temanku.

Hari sekolahku berjalan dengan lancar, sampai suatu hari sangat membuat ku tercengang. Aku turun kebawah untuk ke kantin karna ingin membeli sebuah pulpen di sana, karna pulpen ku habis. Tapi aku tidak sendiri, aku bersama temanku. Setelah membeli, aku langsung buru-buru berjalan ke lantai kelasku. Tapi ketika aku baru menaiki tangga, aku bertemu dengan teman sekelasku, Alleta. Ia sepertinya ditunjuk lagi untuk mengikuti olimpiade, karna dia memang pintar sekali di kelasku. Aku menyapanya, tapi aku menyadari bahwa dia tidak sendiri, ia bertiga. Ada Lisya juga disampingnya, Oh tidak? Siapa laki-laki itu?, aku baru pertama kali melihatnya. Pandangan ku beralih, aku melihat bet yang terpampang di dada sebelah kanan bajunya. Liam Azhar Al-Ramdhan, nama itu, nama yang selama ini ku fikirkan, setelah ku lihat bet nya, aku mengalihkan pandanganku ke wajahnya. MasyaAllah. Typeku. Setelah sekian lama aku melihat wajahnya, tiba tiba aku disadarkan oleh temanku karna ternyata laki-laki itu sedang mengajak ku berbicara.

" Ruang TU dimana ya? "
" Haloo?? Ruang TU dimana?? "
" Hey "

Malu. Malu sekali.
Aku langsung berlari ke arah kelasku, menaiki tangga dengan di teriaki oleh temanku, katanya hati hati. Karna aku terlihat sangat terburu-buru. Ah iya, dia menanyaiku seperti itu karna bangunan yang ku tempati ini adalah bangunan baru, mungkin saja dia tidak terlalu mengenali denah sekolah ini karna sering mengeram diri di kelas.

Hari sabtu, jadwal les ku seperti biasa. Tapi, entah kenapa, aku sangat bersemangat sekali hari itu, apakah hal baik akan datang kepadaku?, pikirku. Aku memulai kegiatan les ku seperti biasa. Semuanya berjalan seperti biasa, hingga pada waktu-waktu terakhir guruku membuka suara. Lagi-lagi ia menceritakan tentang laki laki itu. Jujur, aku makin dibuat penasaran dengannya. Karna yang aku sadari adalah dia tidak pernah muncul selama aku bersekolah di sekolah itu. Seperti dimisteriuskan saja, pikirku.

Karna aku sangat penasaran dengan dirinya, aku memberanikan diri dengan menceritakan perasaanku dengan sahabat ku, Nola. Nola berteman denganku sejak awal pertama aku menduduki sekolah ini, karna pandemi menerjang kota ku, aku pun baru mengenalnya di kelas 8 semester akhir. Aku tidak begitu tertarik berteman denganya awalnya, karna yang ada difikiranku saat itu ia hanyalah seorang perempuan yang gila belajar.

Ah, aku sangat menghindarinya kala itu. karna sudah sering kali aku di banding-bandingkan oleh mama hanya karna aku punya teman yang rajin, pintar, dan sangat disiplin. Bodoh sekali pemikiranku saat itu.

Aku mulai bertanya dengannya, " Kamu kenal dia gasih?, si liam liam itu yang dibilang pinter sama pak hasan " Tanyaku dengan semangat

" Enggak tuh, tapi kayanya dia temenan sama cowo ku deh. Mau aku tanyain? " jawabnya Jangan ditanya, aku sangat excited mendengar perkataan itu, hahaha.

" Sekalian mintain nomornya kalo bisa ya! haha. Tapi jangan bilang kalau aku yang minta " celetuk ku. Aku sangat malu jika ia bilang aku yang meminta nya, takut diledek.

" Cieeeee, aman kok aman, nanti aku kasih kalau udah dijawab ya " jawabnya. Aku sangat senang bukan main. Akhirnya aku bisa berkenalan dengannya, ucapku dalam hati.

kring...
Anda mendapatkan pesan dari nola cintakuu

Nolaa Cintakuu

Liam 9e
Ini kontaknya, Dy!

MAKASI YAAAA, NOLAAA SAYANGKUU

ew, yh smsm

Tak ku balas lagi pesan dari dirinya. Aku sangat senang sekali mendapatkan kontaknya. Tanpa pikir panjang, aku langsung me-message dirinya tanpa bertanya kepada siapapun. semoga dia bales huhu T~~T, harapku.

+62 89992827

p, ini liam bkn

bukan

trs siapa

azhar

Menggemaskan.
Dia justru malah menyebut nama tengahnya.
Ini adalah sikap yang konyol dan tidak cocok menurutku untuk menganggap dirinya adalah seseorang yang cuek. Aku tidak berharap banyak bahwa percakapan ini akan lama, karna yang seperti aku tau, katanya Liam ini tidak banyak bicara. Tapi kenapa ketika aku bawel dia selalu meresponku, seakan akan fakta bahwa dirinya itu dingin dan tidak banyak bicara adalah omong kosong yang dibuat orang-orang karna tidak pernah berkenalan dengannya.

Obrolan ku dengannya cukup nyambung, ya walaupun memang awalnya dia sangat terlihat dingin, tapi setelahnya tidak. Sebelum aku berbincang-bincang dengannya, aku tidak lupa untuk memintanya menyimpan kontakku dulu.


Kalian tahu seberapa konyolnya aku? Yap. Aku menanyakan tentang masalalu nya, padahal baru beberapa jam aku menyimpan nomornya.

Liam

kamu baru putus?

dh lama

ooo
skrg lg dket sm org ga

gda

soalnya tmn aku ad yg suka sm kamu
kayanya

Anehnya, aku mengatasnamakan teman ku untuk berbicara seperti itu, payah. Aku jelas takut, takut dirinya berfikiran jika aku adalah orang yang sangat freak.

Aku melanjutkan percakapan ku dengannya, sampai jam 02.00 dini hari, kita masih berbincang-bincang dengan topik yang ku berikan, ya jelas, karna Liam pun sepertinya tidak mempunyai topik pembicaraan sedari tadi. Tapi tidak apa, aku sangat senang bisa menghabiskan waktu sebelum tidur ku dengan dirinya.

Forever in the rain.Where stories live. Discover now