Memulai Hidup Baru di Seoul

0 0 0
                                    


    Aku berdiri di depan pintu lobby Rumah Sakit Universitas Seoul di Bundang (Seoul National University Bundang Hospital / SNUBH). Sudah 5 menit aku menatap pintu lobby ini sejak turun dari bus no.7. Menatap dengan menahan tangis, mengingat beratnya perjuanganku hingga sampai berada disini. Teringat 6 bulan yang lalu, tepat di hari lebaran, aku menerima email yang menyatakan aku diterima fellowship dengan paid fellowship (mendapat gaji). Tidak akan aku lupakan momen aku mendaftarkan diriku untuk fellowship, yang kemudian terhalang pandemi dan terhalang tanggung jawab untuk menemani Bapak yang menderita kanker. Hingga akhirnya email itu tiba tepat 1 minggu setelah Allah SWT memanggil Bapak pulang kepangkuanNya. Segala perasaan bercampur aduk dalam hatiku. Aku menarik nafas panjang, berusaha mengendalikan luapan emosi.

"Bismillah", aku mengucap doa dan melangkahkan kakiku ke dalam lobby rumah sakit.

Semuanya terasa sama sejak 5 tahun yang lalu terakhir kali aku menginjakkan kaki disini. Sambil menahan tangis, aku berjalan menuju lift untuk ke lantai 5, dimana departemenku berada.

Tentu bukan hal yang mudah ketika aku harus meninggalkan segala tanggung jawab yang sebelumnya dipikul Bapak. Aku meminta ijin Ibu dan memohon doa restunya. Ibu langsung merestui karena ini mimpi Bapak yang ingin sekali diwujudkan. Semua ini tidak mungkin terjadi tanpa usaha sejak 10 tahun lalu, ketika para Professor Bedah Plastik dari Universitas Seoul berkunjung ke RS tempatku belajar spesialis. Saat itu salah 1 professornya, Prof Kim BaekGyu memberikan kenang-kenangan dan memberikan kartu nama yang sudah beliau tulis dengan pesan. Pesannya saat itu adalah beliau menanti saat aku bisa belajar di institusinya setelah aku lulus spesialis. Kartu itu menjadi penyemangatku untuk terus belajar dan disinilah aku 10 tahun kemudian menggapai impianku.

    cMinggu lalu, Aku mendapat email pemberitahuan dari professor pembimbingku, Prof Myung Yujin. Beliau memintaku untuk menghadap seluruh senior yang ada di weekly conference hari rabu. Prof Yujin sedang ada kongres di US, jadi beliau memintaku untuk menghubungi Chief of Education, bernama Park Sungyu (Andrew). Sebelum berangkat ke Korea, aku sudah menghubungi Park Sungyu, berharap dia akan mengarahkanku kemana saat hari Rabu itu. Namun hingga hari Rabu, Park Sungyu belum membalas pesan kakaotalk-ku.

    Sesampainya di lantai 5, aku bingung karena tidak bisa langsung masuk. Ada seorang paman yang membawa jas-jas dokter yang baru di laundry menghampiriku yang kebingungan.

"Odigalgoyeyo (mau kemana)?", tanyanya.

Aku menunduk menyapanya, "oh annyeonghaseyo, jeoneun seroun fellowiyeyo... ottohke deurogayo (pagi paman, saya fellow yang baru, bagaimana caranya masuk ke sekretariat)?"

"Ah geurohguna (oh gitu)! Harus menunggu yang punya id card untuk masuk... kamu belum punya?", tanyanya kembali.

"Ah, saya baru mau ambil...", jawabku, "saya coba hubungi prof saja..."

Aku langsung menghubungi Prof Kim BaekGyu lewat kakaotalk.

Tidak lama, Prof BaekGyu langsung membalas, "Hai Aira! Sebentar saya keluar"

Pintu sekretariat kemudian terbuka dan Prof BaekGyu menjulurkan kepalanya. Tampak beliau terseyum dibalik masker medisnya. Matanya melengkung menandakan beliau tersenyum lebar.

Ya, Prof BaekGyu lah yang membuat semua ini bisa terjadi.

"Masuk, Aira!", beliau membukakan pintu dan mempersilahkanku masuk.

Aku menunduk pamit kepada paman laundry itu dan masuk ke ruang departemen. Semuanya masih terasa sama seperti saat terakhir kali aku kemari beberapa tahun lalu. Prof BaekGyu mengajakku ke ruangan diskusi. Disana tampak ada Prof Heo Chanyoung, kepala departemen saat ini, dan 3 dokter laki-laki yang belum pernah kutemui sebelumnya.

Prof Chanyoung berdiri dan menyambutku, aku menyapa beliau dengan ceria, "Annyeonhasimnikka gyeosunim!"

"Oh ! Annyeonghaseyo Aira-ya! Orenmanida!", balas beliau, beliau kemudian memperkenalkanku kepada Prof Kim Jongho, dan 2 sunbae fellow, Park Gyuhyung (Joseph) dan In Seokkyung. Aku menunduk dan menyapa mereka.

Kemudian Prof Chanyoung mengajak untuk mengikuti weekly report di departemen. Aku duduk di sebelah Prof Jongho. Kemudian Prof Chanyoung bertanya, "apa lagu favoritmu akhir-akhir ini ?"

Aku menjawab, "Saya menyukai MeloMance akhir-akhir ini, Prof"

Beliau tertawa, "Ah MeloMance iguna! (Ternyata MeloMance)"

Kemudian Prof Baekgyu memanggil salah seorang residen laki-laki, tatapan residen itu tampak malas dan dingin, dia hanya melirikku dan kemudian setelah mendapat penjelasan dari Prof Baekgyu, dia menghampiriku.

"Hi, i'm Andrew Sungyu Park, please introduce yourself in front of the team", dia memperkenalkan diri dengan mempertahankan cool nya,

Aku memperhatikannya dengan terpana. Oh, ini toh Park Sungyu yang tidak membalas kakaotalk-ku. Sejujurnya wajahnya sangat tampan, namun ketampanan itu tertutupi ekspresi juteknya saat melihatku. Aku beranjak dari kursiku dan menuju podium untuk memperkenalkan diri.

Dengan gugup aku mengangguk dan memperkenalkan diriku dalam bahasa korea dan bahasa inggris. Dadaku berdegup kencang kala aku berdiri dihadapan peserta weekly report.

"Annyeonghasimnikka, jeoneun indonesiaesoun rahma ragohamnida. Jeoneun seroun fellowimnida, jal butakdeurimnida! Good morning everyone, my name is Rahma, i'm the new fellow from Indonesia", aku memperkenalkan diri.

Prof Chanyeong kemudian tepuk tangan dan menyatakan selamat bergabung dengan tim bedah plastik SNUBH.

Selepas weekly report, Prof BaekGyu mengajarkan akses ke E-Medical Record (EMR) untuk melihat jadwal operasi, laporan pasien, hasil lab, rontgen, CT-Scan dan lain-lain. Disini sudah standart internasional jadi semua computerized. Aku berterima kasih kepada Prof BaekGyu, karena tanpa beliau, tidak mungkin aku bisa belajar disini dan dapat gaji/ scholarship. Setelah selesai, beliau sudah mengajakku untuk ikut operasi, tapi sekretaris departemen belum membolehkanku mulai karena harus mengurus ID Card, jas dokter dan rekening bank dulu yang baru akan aktif per minggu depan.

"Seharusnya didampingi dr. Park...", gumam sekretaris Soyeon.

"Dr. Park yang mana?", tanyaku.

"Iya... Andrew Sungyu Park...", jelasnya, "tapi kemana dia ? Dia harusnya mengurus loker dr. Rahma juga"

Karena menyerah tidak bisa menghubungi Andrew, Sekretaris Soyeon memberikanku arahan dan memintaku bergegas ke kantor administrasi untuk dapat ID dan akses EMR kemudian ke bank dan ke laundry untuk pesan jas. Di kantor admin, aku baru tahu bahwa aku tidak belajar sendiri, ada 1 teman fellow dari Kamboja yang juga diterima fellow dengan scholarship, namanya Nara. Aku menghela napas, sepertinya ini akan jadi masa sekolah yang menantang, mengingat yang seharusnya menjadi chaperone (pendamping) adalah tipe yang cuek dan tidak peduli macam Andrew. Dan semoga aku dan Nara bisa berteman baik selama sekolah.

PS :

* Ini Andrew Sungyu Park, kelahiran 95, dia residen tahun ke 3 di SNUBH

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

* Ini Andrew Sungyu Park, kelahiran 95, dia residen tahun ke 3 di SNUBH. Bertugas sebagai Chief of Education. Si Paling Tsundere. Sepertinya, harus sabar-sabar menghadapi Andrew.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sunset In SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang