prolog

0 1 0
                                    

Sepasang suami istri sedang berdebat saling melempar argumen yang dianggap betul. Tanpa di sadari kedua putri mereka yang baru pulang sekolah turut mendengarkan pertengkaran tersebut. kedua gadis remaja tersebut bergenggaman tangan saling menguatkan, mereka tak pernah sekalipun mendengar orang tuanya bertengkar seperti sekarang.

"Mira, kita sudah membahas ini. oke aku salah, tapi kamu pernah bilang pernikahan bukan untuk mainan." ucap nico sang suami.

"iya! tapi kita gak cocok nico! aku benar benar menyesal menikah denganmu, aku menyesal kenapa harus ada janin naura dalam perutku dan aku sangat menyesal dengan pertemuan kita!" teriak Mira.

naura, putri pertama mereka memegang. ia terkejut dengan apa yang diucapkan sang ummah yang sangat disayanginya. menyesal? seorang ibu menyesal telah mengandung anaknya? bagaimana hati seorang anak bila mendengar kata tersebut? Dan sekarang naura sadar, pasti dialah penyebab semua pertengkaran dan rasa sakit kedua orang tuanya.

aisyah menggenggam tangan kakaknya ketakutan mendengar orang tuanya tak berhenti henti bertengkar. gadis 13 tahun tersebut memeluk kakaknya -yang berbeda dua tahun diatasnya- mencari ketenangan. naura yang sedang kacau perasaannya mencoba tetap tenang agar adeknya tak semakin panik.

"ayolah Mira, kita dijebak saat itu. kehadiran naura tidak pernah kita sengajai. tapi sekarang kita juga punya aisyah, jangan biarkan-"

"cukup nico, aku sudah menahannya cukup lama. dan aku fikir kita menang harus berpisah." tegas Mira.

kedua putri mereka terdiam membeku. bercerai? pertengkaran kedua orang tuanya menghasilkan perceraian. hati mereka terasa sangat sakit mendengar keputusan sang ummah. apalagi naura, dia sadar kalau ummahnya kecewa dengan kehadirannya. naura ada sebelum pernikahan yang sah.

"aku tidak akan menceraikan mu."

"biarkan aku bahagia nico! bersamamu aku tak dapat menemukan kebahagiaan." tegas Mira membuat nico bungkam. Mira tak bahagia bersama Nicolas.

"bila kamu tak menceraikan ku, aku akan menggugat mu. aku akan bawa naura dan aisyah bersamaku. assalamu'alaikum." akhir Mira

Naura segera menarik aisyah kembali ke sepedah.  dengan isyarat, ia suruh adeknya agar segera naik ke sepedah. tapi aisyah tetap diam sambil menatap kakaknya dengan mata berkaca kaca.

"kak naura..." aisyah sangat faham bagaimana perasaan kakaknya sekarang. ikatan batin mereka sangat kuat.

"i'm fine. Come on." ucap naura tergesa sambil menghapus air matanya.

"kakak, adek." panggil mira terkejut mendapati kedua putrinya sudah berada di depan rumah. naura segera menunduk menyembunyikan suasana hatinya yang dapat dibaca melalui wajah. sedang aisyah mendongak menatap ummahnya dengan mata berkaca kaca.

Melihat tingkah kedua putrinya Mira sadar, mereka sudah mendengar semua pertengkaran. Mira tersenyum mencoba untuk tetap tegar, ia sadar akan sulit situasi setelah ini semua.

"kebetulan, ummah mau kerumah jiddah. ayo ikut." ajak Mira meraih tangan kedua putrinya.

"baba?" tanya aisyah.

Mira tersenyum sambil menghapus air matanya. ini semua sungguh terasa berat, tapi ini akan menjadi awal gerbang kebahagiaan.

"baba, nanti nyusul." balas mira.

Mira segera menarik perlahan kedua putrinya untuk ikut dengannya. mobil pajero hitam telah menunggu didepan rumahnya beserta sang sopir. Mira segera membuka pintu dan aisyah segera masuk, sedang naura. ia berdiri di samping pintu terdiam sambil sesekali mengusap matanya agar air matanya tak sampai turun.

"ayo kakak." tegur Mira tak membuat putri sulungnya beranjak barang sejengkal pun. naura masih terdiam. "jiddah menunggu kita." lanjut Mira masih tak membuat naura bergerak. faham dengan ini semua, Mira menggenggam kedua tangan naura sambil menatap putrinya tersebut dengan kasih sayang.

"come on kakak, semua akan baik baik saja. ayo ikut ummah." tegur Mira lagi sambil mencoba menyalurkan rasa aman lewat genggaman tangan.

".... aku menyesal kenapa harus ada janin naura dalam perutku... " suara ummahnya waktu bertengkar tadi masih berputar-putar dalam kepala naura.

Naura menghembuskan nafas pelan, perlahan ia lepas tangan ummahnya kemudian segera ia peluk ummahnya erat.

"mom, i'm okey, i'm fine and i love you so much." suara naura parau dalam pelukan sang ummah. tangisnya tak dapat ditahan lagi.

Mira menganggukkan kepala sambil mengusap kepala putrinya dan menghapus air matanya. apakah sesakit itu yang dirasakan putrinya sekarang. kenapa hati Mira terasa sangat sakit.

"ya habibati 'anti nur uyunal 'ummah, ummah tuhibuk jdaan. 'ummah tuhibuk 'iilaa al'abad" bisik Mira sambil mengecup puncak kepala naura.

Naura menghembuskan nafas perlahan. ia lepas pelukannya sambil menghapus air matanya. sudah cukup semua ini, rasa sakit terbesar seorang anak adalah ketika mengetahui kenyataan bahwa sang ibu menyesal dengan keberadaannya.

"maaf ummah, afwan. naura nanti nyusul sama baba saja." ucap naura berusaha terdengar setenang mungkin, ia juga berusaha tersenyum agar meyakinkan sang ummah.

"kamu ikut ummah sayang, jiddah menunggu kamu." ucap Mira mengusap pipi naura.

Naura hanya membalas dengan gelengan kepala karena air matanya tak kunjung berhenti.

"ummah sangat menyayangi kalian. sangat menyayangi kalian lebih dari apapun." yakin Mira.

"setidaknya, sisakan satu untuk baba. baba juga butuh." lirih naura menahan tangisnya.

"ummah lebih berhak atas kamu sayang, nasabmu akan ikut ummah. baba tidak berhak." tegas Mira sedikit terpancing emosi.

"tinggalkan rasa menyesal ummah ini untuk baba. setidaknya, rasa menyesal ummah ini akan menjadi kebahagiaan untuk baba."

Mira terdiam, sejauh itukah yang didengar naura? pasti sangat menyakitkan. Mira segera memeluk naura sambil mengecup puncak kepala naura berkali kali.

"maafkan ummah, maafkan ummah, maafkan ummah. ummah sangat menyayangimu ya habibati. sebesar apapun rasa menyesal ummah, lebih besar rasa sayang ummah kepada kamu. ummah selalu ada untukmu." ucap Mira panjang lebar. ia segera melepas pelukannya dan mengecup kening dan kedua pipi naura.

"assalamu'alaikum." akhir Mira segera masuk mobil dan menutup pintu.

"waalaikumsalam, trimakasih ummah." lirih naura sambil menatap mobil yang semakin menjauh.

"Thank you my daughter, thank you for accompanying Baba" bisik Nicolas sambil memeluk putrinya yang terisak.

Bagaimanapun naura juga sangat menyayangi ummahnya, tapi hati naura sakit setiap melihat wajah ummahnya. Naura akui ia anak bukan hasil dari pernikahan yang sah, tapi apakah seorang ibu bisa berkata sangat kejam seperti itu? walaupun anaknya tak mendengar tapi itu suatu yang sangat menyakitkan

Sedang didalam mobil aisyah panik melihat kakaknya tidak ikut serta dengannya. ia bangkit menengok ke belakang melihat sang baba yang memeluk naura berusaha menenangkan kakaknya.

"ummah, kakak naura tertinggal."

"sstttt..., ada ummah dek, ada ummah." bisik Mira sambil memeluk Aisyah mencoba menenangkan. dan berakhirlah kisah cinta kedua orang tua naura dan aisyah. kisah yang berawal pilu dan berakhir pun dengan pilu. hancur.
.
.
.
.
.
Perlu kalian tahu, saat perpisahan suami istri. Yang paling sakit bukan lah sang lelaki ataupun sang wanita, melainkan anak dari mereka yang merasakan sakit yang amat. Berantakan, hancur, tak memiliki sandaran nyaman lagi dalam keluarga.

Terjebak CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang