02. Meet

130 12 2
                                        

"
I'm sorry,
- Winny

"

"Lohh, kak Winny?"

Winny yang merasakan namanya terpanggil pun melihat ke arah dua orang di hadapan nya yang salah satu nya sedang menunjuk dirinya. "Tinggal di sini juga kak?"

"Iya." setelah mengucapkan nya ia pun pergi meninggalkan kedua orang itu dan melanjutkan jalan nya tidak jauh dari rumah Gemini ia pun berbelok ke salah satu rumah.

"LAHH TETANGGAAN?" pekik keduanya secara bersamaan dan juga saling menatap satu sama lain dengan tatapan yang bingung. "Di samping rumah gue lagii."

Gemini lagi-lagi menatap Satang dengan tatapan bingung, "tetangga lo padahal mas kaga tau?" ucap Gemini pada Satang sambil perlahan menepuk kencang pundak Satang.

"Sakit goblok."

"Halahh gue pinter ya, peringkat gue aja lebih tinggi dari pada lo." jawab Gemini yang mengungkit peringkat nya di kelas, Satang yang jengkel kepada Gemini pun mulai memukul manusia di hadapan nya ini.

"Kita cuma beda satu ya njirr." Satang menatap sinis pada Gemini, Gemini yang melihat Satang melempar tatapan sinis pada nya pun meninggalkan Satang sendirian di halaman rumah nya.

"ASUU LO KOK NINGGALIN GUEE." teriakan Satang benar-benar membuat gendang telinga sakit, bukan nya pergi ia malah terus menerus berteriak yang membuat para tetangga keluar dari rumah nya masing-masing. Satang yang di tegur pun kembali ke rumah nya dengan perasaan malu dan juga marah.

Sesampainya di rumah Satang merasakan bahwa tidak ada siapapun yang berada di rumah, hanya dirinya sendirian entah kemana kedua orang tuanya itu. Satang memasuki kamar nya dengan malas ia mendekati kasurnya lalu menidurkan badan nya.

Saat ingin memejamkan matanya ia mendengar suara begitu kencang dari luar kamarnya bukan dari dalam rumah tetapi di luar rumah nya, suara seseorang yang tengah bernyanyi di iringi suara gitar sungguh suara yang bagus menurut nya.

Satang bangkit dari tidur nya dan melihat ke arah jendela kamarnya, ia melihat seseorang itu tengah duduk di balkon kamar yang bernyanyi di tambah petikan gitar. Satang mengenal nya, itu lelaki yang sempat ia tabrak kemarin.

Ia terus menatap lelaki itu tanpa berpaling sedikit pun, entah apa yang menyihir nya sampai tidak berkedip. Ia merasakan perbedaan di manusia yang jauh dari hadapan nya itu ketika berada di sekolah dan saat memainkan gitar nya, tangan nya yang memetik senar gitar dengan suara yang merdu dan juga senyuman yang tidak luntur.

Entah lah ini pertama kalinya satang melihat senyuman manis itu sungguh berbeda menurut Satang, senyum nya mengembang saat mendengar kan lagu yang di nyanyikan oleh Winny.

"Lucu juga kalau senyum."

Sehabis mengatakan nya satang pun bangkit dari tempat ia berada tadi lalu pergi ke kamar mandi membersihkan badan nya.

Setelah membersihkan badan Satang pun pergi ke arah tempat tidurnya lalu menidurkan badan nya, ia mencoba untuk memejamkan matanya dan berusaha untuk tidur namun ia tetap tidak bisa untuk tertidur.

Jam menunjukkan pukul empat sore, tidak ada siapa pun di rumah nya hanya ada ia sendirian. Satang ingin pergi keluar rumah namun badan nya malas untuk bergerak.

"Laper." ujar Satang pada dirinya sendiri, ia pun bangkit dari tidurnya lalu pergi ke bawah untuk melihat isi kulkas, dengan langkah nya yang gontai ia pun melangkah dengan perlahan.

Sesampainya di depan kulkas ia pun membuka kulkas tersebut dan firasatnya benar tidak ada makanan apapun di dalam kulkas, Hanya tersisa satu buah pir yang berada di pintu kulkas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 16, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RAIN [WinnySatang]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang