00. The first time I met him...

14 3 0
                                    

Asap cerobong memenuhi tempat yang dipenuhi keramaian itu. Minggu pagi ini, banyaknya aktivitas di stasiun-termasuk berlibur.

Kala itu, orang-orang berdesakan untuk mendapati tempat duduk. Mengingat ini adalah hari libur... wajar saja, kan? Di tempat yang sama, seorang gadis baru saja memasuki keretanya. Ia menyeret koper miliknya, berniat untuk pindah ke suatu tempat. Yaitu ke kampung halamannya.

"Permisi... Apa kau bisa memberi aku jalan? Aku sedang terburu-buru." Katanya dengan sopan. Namun, bukan diberi kemurahan hati oleh orang itu, malah ia dibentaknya. "Kau pikir, ini milik nenek moyang mu?! Semua orang juga memiliki tujuan!"

Gadis itu-Haura Gayatri, menundukkan kepalanya. Wajahnya terlihat muram. Apa salahnya ia menyingkir sedikit?

"Maaf," Gayatri mengalah. Alhasil, ia mencari jalan lagi di tengah kepadatan. Kendati begitu, ia berhasil mendapatkan tempat duduk.

Gayatri duduk dekat dengan jendela. Di kepalanya, banyak sekali hal yang mengisi pikirannya. Mulai dari biaya sekolah, tugas, dan banyak lagi. Dengan sekali tarikan nafas, ia memejamkan matanya. Gayatri tidak menyadari adanya seseorang yang baru saja datang dan duduk di sebelahnya.

Wangi parfum dari orang itu begitu menyeruak. Gayatri membuka matanya, dan menoleh ke sisinya. Siapa orang ini? Mengapa penampilannya sangat aneh? Pikirnya.

"Halo," sapa orang yang sedang duduk di sebelahnya. Gayatri menaikkan alisnya, "ah... halo juga." Dalam hatinya, ia terus merapal doa. Berharap hari ini akan selamat hingga tujuan.

"Apa kau akan ke Bogor juga? Karena, aku pun begitu."

Demi apapun... orang ini tidak berhenti menatap nya! Gayatri berteriak dalam hatinya. Dengan paksa, ia tersenyum kecil, tak lupa dengan anggukan kepalanya.

"Wah! Aku tidak menyangka!" Pekiknya riang.

Orang itu mengulurkan tangannya, dan tersenyum senang, "Aku Seno. Kamu?"

"Gayatri," jawabnya singkat.

Pria itu-Seno, tak henti-hentinya mengucapkan syukurnya. Ia senang berkenalan dengan siapapun. "Kau tau? Aku murid pindahan loh?" Seno berusaha membuka topik ringan.

"Benarkah? Darimana?"

"Jakarta. Aku keren, kan?" Ia memamerkan giginya dengan tersenyum lebar. "Mamah bilang, orang kota jika pindah kesini adalah orang hebat!"

Gayatri keheranan. Sumpah? Pria ini polos sekali... Ia tersenyum canggung. Belum terbiasa dengan topik cheerful seperti ini. Dengan bosan, Gayatri menyenderkan punggungnya di bangku kereta. Mendengarnya cerita panjang lebar, membuatnya mengantuk.

Hampir dua jam Seno bercerita. Seno tidak menyadari bahwa Gayatri sudah tertidur. Setelah ceritanya selesai, Seno meliriknya dengan ekor matanya. Ia malu... Gayatri tertidur hanya karena ceritanya?

"Gayatri...?" Panggilnya.

Gayatri masih belum tersadar. Mimpi masih membawanya jauh dari alam sadarnya. Seno merengut sedikit kesal. Dengan sekali gebrakan, ia berhasil membangunkannya.

"Gayatri! Bangun!" Seno berteriak di telinganya. Alhasil, Gayatri terbangun. Seno tertawa terbahak-bahak.

"Itu tidak lucu, Seno." Peringat Gayatri.

"Lagian... Eh, sedikit lagi sampai loh. Kamu emang tidak mau bersalaman sebelum turun? Siapa tau tujuan kita berbeda?" Gayatri menatapnya tajam. Ia berharap semuanya akan berakhir.

"Tidak perlu. Toh, nantinya kita tidak akan bertemu lagi."

"Yah... Hanya kali ini..." Seno memelas.

"Baiklah," dengan enggan, Gayatri menyalaminya. "Sudah?" Sementara sang empu hanya tertawa tidak jelas.

"Sesaat lagi anda akan tiba di stasiun Bogor..."

Pengeras suara dari dalam kereta sudah berbunyi-menyuarakan akan tempat pemberhentian selanjutnya.

"Nah... sudah saatnya kita berpisah." Celetuk Seno.

"Baguslah..." Gayatri tersenyum puas.

"Kok bagus?" Seno merasa sedikit kecewa dengan jawabannya.

"Ya, kita kan sudah menemukan tujuan kita? So, untuk apa sedih?" Seno menundukkan kepalanya. Ia tidak bisa menyembunyikan gurat sedihnya.

"Apa kita tidak akan bertemu lagi, Gayatri? Aku akan sedih..." Gayatri hanya bisa mengedikkan bahunya. Ia 'kan bukan Tuhan yang maha tau segalanya? "Aku tidak tau. Sebab, aku bukanlah Tuhan."

Memang benar. Kita tidak akan tau kedepannya seperti apa. Gayatri tidak bisa seenaknya menjawab.

"Tapi, aku akan berdoa. Berdoa agar Tuhan mau mempertemukan aku dengan Gayatri."

Jawaban itu... dia tidak serius, kan? Gayatri menatapnya lekat. Kereta yang mereka tumpangi sudah berhenti. Seno melambaikan tangannya dengan senyum cerahnya. Sementara, Gayatri hanya terdiam dengan tatapan tidak terbacanya.

"Bye! Gayatri, I will miss you..." Seno terus melambai, hingga ia tenggelam bersama keramaian.

Hari ini Gayatri belajar sesuatu. Bahwa sekecil apapun usaha orang-akan lebih baik jika di hargai. Gayatri pasti akan merindukannya. Ia juga diam-diam mengamini doa Seno.

Bersambung...

Hai! Salam hangat untuk semua pembaca. Aku harap, kalian menyukai cerita ini. Jika ada yang perlu di perbaiki, silahkan tulis di komentar. Mari, kita sama-sama belajar. Alangkah baiknya jika kita bisa berhubungan baik antar penulis dengan pembaca lainnya. Terimakasih. Sampai ketemu di episode selanjutnya! :)

Sunday, May 5, 2024.

MEMORANDUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang