Dear Bagas: Sebelas

171 38 66
                                    

Pengen punya keluarga harmonis kayak orang-orang.

felicia.

***

011. Cuma Salah Paham

"Masuk rumah sakit? Emangnya Feli sakit apa?" tanya Ariza dengan wajah bingung.

Bagas terdiam, setahunya Feli dan Ariza berteman dekat, tapi ternyata tidak sedekat yang ia pikirkan.

"Bagas," Ariza menegur, "Feli sakit apa?"

"Enggak kenapa-napa, gue cuma iseng nanya."

Bagas menatap bangku kosong Feli saat tersadar dari lamunannya, bel masuk sudah bunyi lima belas menit yang lalu, tapi ke mana perginya gadis itu? Dilihatnya Liora yang tengah asik memakan siomay, dengan segera Bagas menghampiri.

"Ke mana Feli?" tanya Bagas tanpa basa-basi.

"Apalagi? Gara-gara ulah lo kemarin, Feli sekarang dipanggil ke ruang BK," jawab Liora dengan wajah malas.

"Soal bolos kemarin?" Bagas menatap Liora, dan gadis berambut panjang itu hanya mengangguk sebagai balasan.

"Eh eh eh! Lihat-lihat! Si Feli lagi dihukum sama Pak Tyo!" seru Adit dari luar kelas.

Bagas dan lainnya langsung melihat ke luar dan menatap Feli dari atas. Di bawah sana teman sekelas mereka tampak berdiri menghadap tiang bendera, dengan Pak Tyo yang terlihat sedang memarahinya.

"Feli gak bosen apa kena hukuman mulu?"

"Iya, kok sekarang dia jadi nakal, ya?"

"Putus dari Bagas, jadi kayak gitu."

"Patah hati banget kayaknya."

"Cuma gara-gara patah hati, bisa jadi gitu ternyata."

Celetukan dari orang-orang membuat Bagas melirik tajam, kenapa mereka sibuk sekali mengurusi urusan orang? Saat Bagas hendak pergi dari sana, Liora yang berada di sampingnya memberi tatapan tajam, dahinya sontak berkerut. "Kenapa?" tanyanya.

"Gara-gara lo Feli jadi kena masalah!" gerutu Liora dengan suara pelan.

"I'm sorry, okay? Sorry udah bikin temen lo kena hukum," ucap Bagas mengerti, karena sepertinya Liora sudah tahu masalahnya dengan Feli ketika gadis itu memilih bolos kemarin.

"Ada apa sih? Gue perhatiin dari tadi kalian kayak mau saling nerkam aja," cetus Ariza menengahi mereka berdua.

Liora bersandar pada dinding dengan kedua tangan dilipat di dada, matanya menatap tajam pada Bagas, lalu berkata dengan pelan, "Dia ngatain Feli cewek murahan."

Ariza sontak melotot, tak percaya jika sang sepupu bisa bicara kasar pada perempuan. "Bagas! Lo mau gue aduin ke Tante Nadya?!" sergahnya seraya meninju bahu Bagas dengan keras.

Beberapa murid yang masih memperhatikan Feli, refleks menoleh ketika mendengar suara keras dari Ariza, tapi kembali menonton Feli saat melihat ketiga orang itu hanya diam. Bagas lalu memutuskan untuk masuk ke kelas, karena takut anak-anak menguping, dia tidak suka orang lain mencampuri urusannya. Liora dan Ariza menyusul karena mereka belum puas memarahi Bagas.

"Gurunya ke mana sih? Ini udah masuk, ‘kan?" Bagas bertanya seraya menatap jam di dinding yang menunjukkan pukul 10 lewat 50 menit.

"Pak Sillo gak masuk, tapi tadi Bima lagi ke ruang guru buat ambil tugas," jawab Ariza.

Bagas hanya diam mendengar penjelasan Ariza, matanya lantas melirik teman-teman sekelasnya yang masih asik menonton Feli, hingga suara Liora membuat pandangannya teralihkan.

"Kenapa lo tega banget ngomong gitu ke Feli? Dia ada salah apa sih sama lo, Gas? Perasaan selama pacaran, dia gak yang aneh-aneh, tapi kenapa bisa lo nyimpulin gitu?" desak Liora.

"Gas, Feli tuh sayang banget lho sama lo, bahkan pas kemarin kalian putus, dia galau pake banget," timpal Ariza.

Bagas menatap dua gadis di depannya, dengan ragu dia menjawab, "Gue kira Feli selingkuh sama Fariz pas libur semester kemarin."

"What?!" teriak Ariza dan Liora berbarengan.

"Berisik!" gerutu Bagas seraya memberi tatapan tajam.

"Apa sih? Lo aneh banget, Gas! Feli itu benci banget sama Kak Fariz, mana mungkin pacaran!" ucap Liora dengan menggebu.

"Tahu dari mana lo?" Bagas menatap Liora dengan alis menukik.

"Tadi sebelum dipanggil ke ruang BK, Feli sempet cerita," balas Liora mengingat kembali kejadian saat istirahat tadi.

"Li, gue beliin siomay sama mangsus, dimakan, ya," ucap Feli seraya mengambil duduk di sebelah Liora.

"Apa sih?! Dibilang gue gak mau diganggu!" Laura menimpali dengan ketus.

Melihat respons Liora membuat Feli menghela napas. "Udah deh, gak usah lo pendem. Gue tahu lo kesel banget ‘kan sama gue karena Kak Fariz malah suka sama gue dan bukan lo? Kalau mau ngomel silahkan, mau nyubit gue juga silahkan, biar masalahnya clear, daripada diem-dieman gini," tuturnya dengan raut sebal.

Liora yang mendengar itu jadi cemberut, dia mengambil boba yang Feli sodorkan dan langsung meminumnya. "Lo emang nyebelin, Fel. Lo itu terlalu baik, makanya semua orang suka," gerutunya.

Mendengar itu Feli hanya tertawa miris, apanya yang semua orang suka? Ayahnya saja membencinya. "Gue minta maaf, Li. Asal lo tahu ... dari SMP sampe sekarang, gue sama sekali gak suka sama Kak Fariz. Malah gue benci banget sama dia, soalnya dia suka ikut campur urusan orang, jadi meskipun tadi dia confess, gue tetep gak bisa suka," tutur Feli dengan sejujurnya.

"Tapi temen lo ini tersiksa, Fel. Lo tahu 'kan gue udah suka sama Kak Fariz dari pertama masuk MOS? Terus pas tahu dia sukanya sama lo ..., ya gue sebel! Kenapa sih gak suka sama gue aja? Gue kurang cantik apa coba?" timpal Liora dengan wajah kesal, tapi malah terlihat menggemaskan karena mukanya yang imut.

"Dia emang dodol banget kok, Li. Cewek secantik lo dicuekin, lo mending cari cowok baru biar nyesel dia karena udah nolak lo dari kelas satu," sungut Feli seraya mengaduk-aduk mangsus miliknya.

"Tapi gue penasaran ... masa lo gak pernah sekali aja gitu suka sama Kak Fariz? Kalian 'kan udah dari SMP, masa gak ada rasa kagum sedikitpun?" Liora menatap Feli dengan raut penasaran.

Feli langsung menggeleng. "Gak, Li. Jawaban gue tetep sama, dari dulu sampe sekarang sama sekali gak ada rasa suka. Lo juga tahu 'kan dari awal masuk gue udah suka banget sama Bagas? Sampe rela nembak duluan, lho! Kalaupun gue suka sama Kak Fariz, gue pasti bakalan agresif juga ke dia, nyatanya enggak," ungkapnya.

"Terus sekarang gimana sama Bagas?" goda Liora.

"Ya putus, Li. Apa lagi?" sahut Feli dengan wajah lesu, "Kemarin bahkan dia ngatain gue cewek murahan, dia juga nuduh gue ciuman sama Kak Fariz di lab komputer, padahal dia cuma lagi ngobatin luka di bibir gue."

"Emang semprul lo, Gas!" timpal Ariza dengan raut kesal, dia benar-benar naik pitam mendengar cerita Liora barusan.

"Mana gue tahu kalau si Fariz cuma lagi ngobatin lukanya Feli," balas Bagas memberi pembelaan, karena sedari tadi dua gadis di depannya terus memberikan sumpah serapah ditambah pukulan juga cubitan di lengannya. Bagas merasa sedang dikeroyok.

"Makanya jadi orang tuh jangan suka suudzon! Biasakan check and re-check, Pak Bagas!" gerutu Ariza masih dengan muka kesalnya.

Bagas hanya diam, sedangkan Liora tampak puas melihat Bagas kena omel oleh sepupunya. Obrolan mereka lantas berakhir saat Bima masuk membawa setumpuk buku paket di tangannya.

"Pada masuk, woy! Ada tugas dari Pak Sillo!"

—🦋🌻

Dear Bagas: Ayo Balikan! | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang