Pagi yang Aneh

18.1K 16 0
                                    

SUARA pintu yang terbuka memecah keheningan malam itu. Dengan langkah pelan tapi pasti, seorang laki-laki yang hampir masuk ke usia paruh baya itu mendekati kasur dan mengamati seorang perempuan yang berbaring, tidur terlelap dan hanyut di dunia mimpi.

"Harum sekali, Nadia," gumam pria itu dengan sedikit geraman, menikmati harum yang keluar dari leher Nadia.

Tangannya meraih saklar lampu yang terletak di sebelah tempat tidur Nadia, menyalakan lampu kamar untuk melihat dengan jelas tubuh molek yang sudah dia incar sejak awal. Seiring dengan lampu yang menyala, wajah bejat itu akhirnya terlihat jelas. Siapa lagi kalau bukan Bagas? Satu-satunya orang yang memiliki kode akses ke kamar manapun di rumah ini.

Bagas semakin merasa beruntung ketika melihat puting payudara Nadia yang mencuat, tanda bahwa perempuan itu tidak memakai bra saat tidur. Pelan-pelan, Bagas membuka kancing piyama tidur Nadia, membiarkan payudara bulat dan kenyal itu terpampang bebas di depan wajahnya.

Untuk kesekian kalinya, Bagas meneguk salivanya dengan susah payah. Sudah satu tahun sejak istrinya meninggal dunia, akhirnya dia kembali merasakan surga dunia yang dia idam-idamkan.

"Emmhhh," lenguh Nadia sambil menggeliatkan tubuhnya, membuat Bagas secara refleks kembali mematikan lampu. Tapi, tentu saja dia tidak berhenti. Tangannya mulai meremas payudara bulat Nadia sambil mengecup bibir perempuan itu.

Dengan penglihatan yang ala kadarnya, ciuman Bagas mulai turun ke leher, memberikan kecupan-kecupan basah agar tidak meninggalkan bekas di tubuh Nadia. Hingga akhirnya kecupannya turun ke buah dada Nadia. Bagas menelan ludahnya sekali lagi sebelum menyusu dengan rakus, tidak peduli dengan suara sedotannya yang menggema di kamar itu.

"Aakkhhh, aasshhhh.. hssshhh," desah Nadia pelan. Bukannya berontak, tubuhnya yang sensitif malah menggeliat kenikmatan. Mimpi yang dia alami sekarang terasa nyata, walaupun sekarang dia tidak tahu siapa yang sedang menyusu dengan rakus di putingnya.

"Teruslah mendesah, Nadia." Suara berat itu berhasil membuat Nadia merinding. Tangannya bergerak meremas rambut laki-laki yang sedang mencumbu tubuhnya. Sungguh, baru pertama kalinya dia merasakan mimpi yang terasa nyata seperti ini. Apa dia sedang mengalami lucid dream?

Seperti disihir, Nadia menurut. Dia terus mendesah dan membiarkan laki-laki itu mengulum putingnya secara bergantian. Sejak mengetahui hal berbau dewasa, Nadia tidak pernah berniat untuk merasakannya secara langsung sebelum menikah. Tetapi setelah mendapat mimpi seperti ini, mungkin dia akan mempertimbangkan untuk mencari kekasih di kampus nanti.

"Ouuuhhh, tolonghh.. aahhh," desah Nadia saat merasakan benda tumpul menekan lipatan vaginanya yang masih tertutup celana dalam.

Sudah kepalang nafsu, Bagas menyalakan lampu dan membiarkan Nadia melihat siapa yang sedang mencumbu tubuhnya. Seringainya mengembang saat melihat wajah terkejut Nadia. Sebelum mengatakan apapun, Bagas meraih tangan Nadia dan membiarkannya menggengam penisnya.

"Kocok penis saya!" perintah Bagas yang dituruti Nadia tanpa protes. Hal itu tentu saja membuat Bagas heran. Kenapa perempuan ini pasrah sekali? Tapi, oh! Saat tangan halus itu menyentuh penisnya, pikiran Bagas kosong dan hanya terisi oleh kenikmatan.

Tidak ingin merasakan kenikmatan itu sendirian, Bagas menyingkap celana dalam Nadia dan memasukkan satu jarinya ke dalam sana, memberikan kepuasan yang sama.

"Aummhhh," lenguh Nadia sambil menggeliat, tidak kuat dengan sentuhan pertama pada bagian tubuhnya yang paling sensitif itu. Apalagi, laki-laki dimimpinya ini mirip seperti Bagas. Memikirkan Bagas yang menyentuh tubuhnya saja sudah membuatnya merinding. "Aahh, ah! Eughh, aku— aku mau—"

Sebelum Nadia mengeluarkan teriakan kepuasannya, Bagas lebih dulu membungkam bibir perempuan itu dengan bibirnya dan tersenyum miring merasakan cairan hangat yang membasahi jarinya. Nadia kembali tertidur kelelahan setelah puas menikmati klimaksnya.

Karena memang pada awalnya Bagas belum memiliki rencana untuk meniduri Nadia, sekarang dia hanya mengocok penisnya sendiri sambil menatap tubuh telanjang Nadia yang menggiurkan dan mengeluarkan cairannya di atas vagina perempuan itu.

Sebelum pergi kembali ke kamarnya, Bagas kembali memakaikan piyama Nadia dan keluar diam-diam tanpa sepengetahuan siapapun. Tapi tanpa dia ketahui, seseorang yang sedang mengambil air di dapur melihatnya keluar dari kamar itu.

👌🏻👈🏻🤨

SUASANA pagi hari di rumah itu hening. Para penghuni kos selalu menyiapkan sarapan sendiri-sendiri, apalagi di dapur terdapat sereal, roti, dan selai yang selalu di restock tiap minggu. Sungguh makmur sekali penghuni kos ini, itulah yang berada di pikiran Nadia saat dijelaskan mengenai fasilitas di kos ini.

"Baru bangun, Nadia?" tanya Bagas yang ternyata juga sedang berada di ruang makan.

"Iya, Pak," jawab Nadia kikuk. Suara Bagas membuatnya teringat mimpinya semalam. Walaupun sebenarnya dia sedikit ragu dan terkejut saat terbangun dengan cairan putih yang sudah mengering di selangkangannya. Tapi ketika melihat sikap Bagas yang biasa saja saat melihatnya, Nadia takut untuk bertanya.

"Silahkan sarapan dengan baik ya, sepertinya kamu kelelahan," ujar Bagas dengan nada biasa, namun membuat ingatan Nadia terbayang ke kejadian semalam. Jantunya tiba-tiba berdegup cepat, merasa takut jika dia benar-benar dilecehkan oleh seorang pria yang seusia Ayahnya.

"Iya, Pak. Te—terima kasih," balas Nadia gugup.

Short StoriesWhere stories live. Discover now