BK 1: Pecah

17.9K 15 0
                                    


"Satu... dua..."

Cekrek! Cekrek!

"Iya, bagus sayang! Satu... dua..."

Cekrek! Cekrek!

Abel terus berpose mengikuti arahan dari sang fotografer yang tidak lain tidak bukan juga merangkap sebagai kekasihnya. Mereka baru berpacaran selama 1 bulan karena cinta lokasi, dan sekarang adalah kali pertamanya mengambil job pemotretan dari kekasihnya. Beruntung, dia menjadi model untuk pakaian khas gadis remaja muda, bukan jenis pakaian yang membuatnya harus merias diri secara berlebihan.

"Dah bagus, kamu boleh ganti baju!"

Abel mengangguk, lalu berjalan menuju ruang ganti khusus model untuk berganti baju. Tapi setelah menunggu beberapa menit, yang datang ke ruang ganti bukan sang asisten, melainkan kekasihnya sendiri.

"Om Sabian? Kok samperin Abel kesini?" tanya Abel bingung. Tapi tak bisa dipungkiri, raut wajahnya berubah senang.

"Saya kangen kamu," jawab Om Sabian sambil menghampiri kekasihnya dan membawa perempuan itu agar duduk di pangkuannya.

"Abel juga kangen sama Om! Padahal tadi baru ketemu," balas Abel manja. Tangannya memeluk tubuh pria yang ukurannya dua kali lebih besar darinya itu.

"Kamu cantik sekali," puji Om Sabian yang kagum sekali pada kecantikan Abel, terlebih lagi tubuh ranum remaja cantik itu. Dia sama sekali tidak peduli dengan rekan-rekannya yang menudingnya child-grooming karena memacari gadis berusia 20 tahun lebih muda darinya. Asal mereka saling mencintai, mengapa tidak?

"Terima kasih, Om," balas Abel, untuk kesekian kalinya dibuat jatuh cinta oleh kekasihnya. "Bantu aku ganti baju dong, Om!" pintanya manja, mengingat kembali awal pendekatan mereka. Saat itu, Om Sabian melihatnya kesulitan mengganti pakaian karena belum memiliki asisten dan menawarkan bantuan. Saat itu, tatapan tajam Om Sabian pada tubuh telanjangnya membuatnya berdesir, dan dia beranggapan bahwa itu adalah cinta sejati.

Om Sabian meneguk salivanya dengan susah payah. Setelah beberapa kali mengantar Abel pulang, dia baru mengetahui bahwa Abel hanya dibesarkan oleh seorang Ayah yang kini sakit-sakitan. Oleh karena itu, Abel diam-diam bekerja walaupun uang warisan masih cukup memenuhi kebutuhannya. Selain itu, Ayahnya juga cukup strict sehingga Abel masih menjalani homeschooling di usianya yang masih menginjak 17 tahun.

"Om? Kok bengong?" tanya Abel yang mengacaukan lamunan Om Sabian.

"Oh, iya, sini Om bantu," ucap Om Sabian sambil melepaskan kancing kemeja Abel, kemudian menyisakan bra berwarna hitam. Karena sudah kepalang nafsu dan waktu istirahat yang masih lama, Om Sabian mengusap pundak telanjang Abel dengan lembut untuk membangkitkan hasrat perempuan itu.

"Emmhh.. Omhh," lenguh Abel yang menikmati sentuhan kekasihnya itu.

Om Sabian pertama kali mulai menyentuh tubuhnya ketika mereka resmi menjadi pasangan kekasih. Katanya, Om Sabian melakukan hal itu karena mencintainya. Abel menerima saja, terlebih lagi Om Sabian terlihat lucu saat menyusu di dadanya seperti anak kecil.

Tangan kasar Om Sabian menekan dan mengelus pundak mungil Abel sebelum mengecup kulit pundak perempuan itu. Kecupan demi kecupan dia berikan walaupun tubuh gadis muda di pangkuannya ini terus bergerak gelisah karena tak bisa menahan sensasi yang dirasakan.

"Omhhh, enak aahh," desah Abel sambil memeluk kepala Om Sabian dengan tangan mungilnya. Kenikmatan yang dia rasakan bahkan tak membuatnya menghentikan gerakan Om Sabian yang mulai mengeluarkan salah satu payudara bulatnya.

Karena tidak ingin membuang waktu, Om Sabian langsung memelintir puting payudara gadis remaja itu. Erangan dan rintihan bergantian terdengar dari bibir kekasihnya. Tubuh mungil Abel terus terhentak saat Om Sabian mencubit dan menarik putingnya dengan lembut. Abel merasa nyaman karena tubuhnya terasa pas di dalam pangkuan hangat kekasihnya, apalagi tatapan mata pria itu juga membuatnya merasa terbakar.

Short StoriesWhere stories live. Discover now