Sexual Abuse

10 2 0
                                    

Hampir setiap hari aku berangkat sekolah menggunakan sepeda mini yang dibagian depan terdapat ranjang untuk menaruh tas dengan warna pink yang mengkilap. Sungguh, pink saat itu bukan warna kesukaanku. Mana mungkin anak setomboy aku menyukai warna feminim. Ini adalah pilihan Mama.

Ah. Bukan soal itu yang mau aku ceritakan.
~

Waktu itu, entah kenapa aku tidak langsung bergegas pulang. Aku lebih memilih untuk berleha-leha disudut sekolah sambil menikmati es yang ku beli diwarung. Rasanya malas sekali pulang ke rumah ketika matahari tepat diatas kepala. Setelah jeda beberapa menit, sambil mengumpulkan tenaga dan niat, akhirnya aku memutuskan untuk pulang.

Singkat cerita, aku melewati sebuah gang yang hanya bisa dilewati oleh satu kendaraan. Kanan kiri tidak ada jalan. Kanan terdapat kali kecil dan kiri hanya tembok. Tiba-tiba ada kendaraan sepeda motor yang ingin melintasi gang tersebut, sepeda motor itu dikendarai oleh lelaki sekitar umur 35 tahun. Kupersilahkan lelaki tersebut untuk mendahului dengan aku yang hanya berdiam diri disepeda. Namun ternyata ada niat yang tidak baik yang hendak ia lakukan kepadaku. Ia melakukan pelecehan seksual. Mendorongku kearah tembok sebelah kiri. Lalu meremas bagian dada sambil tersenyum layaknya iblis yang membuat aku tidak bisa bergerak bahkan untuk teriak atau mengeluarkan suara rasanya tidak bisa. Teringat sangat jelas wajahnya sampai detik ini. Setelah ia melakukan aksi biadabnya, ia lalu pergi. Lagi lagi aku hanya bisa berdiam diri. Nge-freeze. Panik tak tertolong. Seketika aku seperti hilang ingatan. Aku bingung kemana aku harus pergi. Beberapa menit kemudian aku menangis dan langsung ku kayuh sepedaku untuk pulang. Berharap aku tidak pernah lagi menemukan iblis itu.

Bagaimana bisa ia melakukan hal seperti itu kepada anak Sekolah Dasar? Orang gila.

Sesampainya dirumah, aku menangis sesegukan dan menceritakan kejadian yang aku alami ke Mama. Dari kejadian ini, aku takut berangkat sekolah sendiri. Aku ngga mau naik sepeda lagi. Aku tidak pernah melewati gang itu lagi sampai dengan umurku dua puluh empat tahun. Aku takut dengan laki-laki.

Banyak hal yang membuatku takut. Terkadang, aku rindu Papa. Mungkin tidak akan pernah terjadi hal seperti ini kalau Papa masih ada.

Ah. Sudahlah. Ini mungkin hanya hari sialku.

(aku berupaya untuk berfikir positif)

You Would Feel The Same (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang