5. She's Fine

17 1 0
                                    

"Bagaimana dok?" Pertanyaan yang langsung Yuta berikan kepada dokter yang menangani sahabatnya ini baru keluar dari ruang ICU, yang saat ini tengah menatap sang dokter dengan tatapan penuh cemas.

"Nona Dong berhasil di selamatkan. Walaupun tadi detak jantungnya sempat berhenti, namun ia kembali lagi. Sepertinya Nona Dong ini benar-benar wanita tangguh dan tidak mudah menyerah." Ujar sang dokter, yang sukses membuat wali dari pasien yang ia tangani ini bisa bernafas lega begitu mendengarnya.

"Setelah ini nona Dong akan di pindahkan ke ruangan yang lebih insentif. Untuk keterangan lebih lanjut mengenai kondisi nona Huang, kita akan bicarakan di ruangan saya." Sambung sang dokter.

Yuta yang mendengarnya pun langsung mengangguk mengerti. "Terima kasih, dokter. Terima kasih karena telah menyelamatkan temanku." Ujarnya yang sangat berterima kasih kepada dokter yang tidak menyerah dalam menyelamatkan temannya. Begitu juga dengan temannya yang tidak menyerah akan hidupnya.

"Ini semua bukan karena saya. Tapi karena kegigihan nona Dong dan juga kuasa Tuhan. Tuhan masih mengizinkan nona Dong untuk menghirup udara dunia, dibalik penyakit mematikan yang ia punya." Ujar sang Dokter, lalu pergi meninggalkan kerabat sang pasien.
---

Ketukan pintu sukses membuat Jaehyun yang tengah sibuk dengan berkasnya pun berhenti sejenak. "Masuk-lah." Perintahnya, yang mempersilahkan orang itu masuk.

"Bagaimana?" Tanyanya, yang saat ini tengah menatap orang suruhannya yang telah tiba, dan berdiri di hadapannya.

"Ini semua data tentang Nona Dong yang Tuan Jung inginkan." Ujar orang suruhannya, seraya memberikan sebuah amplop coklat kepada dirinya.

"Apakah kau sudah mencari semuanya?" Tanyanya sekali lagi, memastikan. Dia tidak mau ada satupun yang terlewatkan mengenai informasi istrinya yang entah dimana keberadaannya.

"Tidak ada satu pun yang terlewat, Tuan. Semua informasi yang Tuan inginkan, ada di situ." Ujar anak buahnya, menunjuk map coklat yang ada di tangan bosnya, dengan kedua tangannya.

"Oke, kalau seperti itu kau boleh pergi. Bonus tambahan sudah aku kirim ke rekening kamu." Ujar Jaehyun, setelah memastikan semua yang dia inginkan sudah ada didalam amplop ini.

Sang anak buah pun mengangguk. "Terima kasih, Tuan Jung." Ucap anak buahnya, lalu pergi meninggalkan ruangan bosnya.

Setelah anak buahnya pergi, Jaehyun pun berniat untuk membuka amplop tersebut. Tapi niatnya terhenti ketika melihat Taeyong yang baru saja datang ke dalam ruangannya, bersama dengan anak bungsunya. "Ayah!" Pekikan yang anaknya berikan, yang langsung berhambur ke dalam pelukkannya.

Ia langsung merengkuh anak bungsunya ke dalam pelukkannya. "Baby Na, kenapa kamu sendirian ke sini? Di mana mas dan abang kamu?" Tanyanya, yang saat ini tengah menatap anak bungsunya.

"Mas Jeno sedang sakit, Jaehyun. Panas dan pusingnya tiba-tiba kambuh. Sedangkan abang Renjun sedang tidur di rumah." Seru Taeyong, mengintrupsi anaknya yang ingin bicara.

"Jeno, dia sakit lagi?" Tanya Jaemin dengan kedua alis yang sudah saling bertautan karena bingung, yang di balas anggukkan kepala oleh Taeyong, istri keduanya.

"Heum. Sebaiknya kita makan siang. Baby Na ingin makan siang bersama denganmu di restaurant biasa." Seru Taeyong, yang mengajak suaminya untuk makan bersama.

Jaehyun pun menuruti permintaan istri keduanya dan juga baby Na. Mereka bertiga mulai keluar dari ruangannya, masuk ke dalam lift dan keluar dari kantornya. Masuk ke dalam mobil bersama, lalu mobil pun pergi ke restaurant yang istri keduanya inginkan.

"Tapi Jeno udah baik-baik aja, kan?" Tanyanya yang sedikit khawatir tentang penyakit anak sulungnya itu.

"Heum. Tadi setelah minum obat dan aku kompres, panasnya sudah turun, dan sekarang dia sedang beristirahat." Jawaban yang Taeyong berikan, yang langsung di balas helaan nafas lega dari suaminya.

Jaehyun tuh sebenarnya bingung dengan penyakit anak sulungnya yang tiba-tiba demam atau pusing. Ia sudah memeriksa semua kesehatan anak sulungnya, untuk mencari tentang penyakit yang di derita sang anak. Apakah penyakit itu serius dan parah sehingga membutuhkan pengobatan khusus, atau tidak? Tapi setelah di lakukan beberapa pemeriksaan dari yang biasa, sampai ke pemeriksaan khusus, tidak ada penyakit yang serius atau membahayakan dari sang anak.

Maka dari itu ia jadi bingung dibuatnya, sebenarnya apa yang terjadi dengan anak sulungnya itu? Kenapa anaknya suka drop tiba-tiba?
---

Sampai di restaurant, mereka bertiga mulai masuk bersama, duduk di tempat yang di sediakan pelayan, memesan makanan, dan menunggu makanan datang.

Sedangkan di lain sisi, Jeno baru saja bangun dari tidurnya. Ia langsung menelusuri sekitar, dan menemukan sang adik yang tengah tidur di samping dirinya. Dengan perlahan, ia mulai menyelimuti sang adik, dan beranjak turun dari kasur.

Niatnya tidak ingin membangunkan sang adik pun sirna, ketika kakinya tidak sengaja terpentuk sudut kasur, yang membuat dirinya sedikit memekik karena terkejut, sekaligus sakit.

Sedangkan Renjun yang sangat rentan dengan suara pun mulai terbangun karena ringisan sang abang. "Kenapa, mas? Apakah ada yang sakit? Mau aku panggilkan Bunda, Ayah atau Bibi, ya?" Sentaknya ketika pertama kali membuka matanya, begitu melihat masnya yang tengah meringis kesakitan. Bahkan ia sudah beranjak dari tidurnya dan segera memeriksa sang abang.

Jeno masih meringis, menjauhkan kepala adiknya yang sedang memeriksa tubuhnya dari atas kepala sampai bawah kaki. "Aish, mas tidak apa-apa. Mas hanya terpentok sudut kasur saja." Ujarnya, supaya adiknya berhenti menelaah tubuhnya.

Ia sudah terbiasa mendapatkan benturan sudut kasur karena kecerobohannya. Kakinya akan selalu terbentur sudut kasur, setelahnya ia akan memekik karena kesakitan, sekaligus memekik karena terkejut. Ia benar-benar mewarisi sifat ayahnya. Ayahnya sama cerobohnya dengan dirinya. Kaki ayahnya ranjangnya di setiap pagi. Dan ayahnya akan selalu mendapatkan omelan dari Renjun, ibunya karena tingkah cerobohnya yang tidak pernah hilang.

Sama persis seperti apa yang dilakukan Renjun dan Jeno. Jeno akan selalu mendapatkan ocehan dari adiknya karena tingkah cerobohnya yang tidak pernah hilang, yang selalu menyakiti tubuhnya sendiri. "Aish, sepertinya kebiasaan buruk kamu itu tidak bisa di hilangkan. Kau bisa kehilangan kaki-mu, mas." Ocehan yang sang adik berikan kepada masnya yang selalu ceroboh.

"Yak! Kau menyumpahi diriku tidak punya kaki?" Sunggut sang abang yang kesal karena ucapan adiknya ini.

"Kalau kebiasaan buruk kamu itu tidak pernah berubah, bisa saja Tuhan mengambil kaki kamu karena tidak tega, bisa saja Tuhan marah karena kau yang sering membenturkan kaki ciptaannya ke sudut kasur." Ujar sang adik lagi.

"Yak! Tuhan itu tidak mempunyai rasa amarah, apalagi ke makhluk ciptaannya." Balas sang abang yang tidak terima ucapan adiknya.

Sementara sang adik hanya bisa memutarkan kedua bola matanya jengah. Abangnya ini sangat keras kepala. "Ya ya ya terserah kau. Kau ingin apa? Biar aku yang ambilkan." Ujarnya yang langsung menuntun abangnya agar duduk di atas ranjangnya kembali.

"Yak! Aku sudah tidak apa-apa. Aku tidak perlu di manja." Protesan yang sang abang berikan kepada adiknya yang selalu bersikap seperti anak tertua dirumahnya.

"Aku tau. Kau itu mas, anak tertua dan kau tidak perlu di manja. Tapi tingkah ceroboh kamu itu tidak bisa di hindarkan, mas. Kau harus di lindungi agar tidak terluka." Ocehan yang masih sang adik berikan. Bahkan netranya sudah menatap abangnya dengan tatapan meledek. Ia bertindak seolah-olah dia adalah yang tertua dari abangnya.

Sedangkan sang abang yang melihat itu langsung mendecih, dan sedikit menjitak kepala adiknya ini. "Ke mana bunda dan baby Na?" Tanyanya yang heran, karena tidak mendengar suara berisik adik laki-lakinya itu.

"Bunda dan baby Na sedang pergi ke kantor ayah, mas." Seru sang adik.

"Kau tidak ikut?" Tanya sang abang yang sangat heran dengan jawaban yang diberikan adiknya. Biasanya adiknya ini sangat semangat apabila bertemu dengan sang ayah. Tapi apa yang dia lihat sekarang? Adiknya masih disini menemani dirinya, alih-alih menemui ayahnya.

Sang adik langsung menggelengkan kepalanya. "Bunda menyuruh aku untuk menjaga dirimu, mas. Aku juga tidak keberatan dalam menjaga kamu. Kamu itu masnya aku. Jadi, aku biarkan baby Na ikut bersama dengan bunda." Jawabnya.

HORRIBLE MOTHER - JAEWINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang