🦋
Rora berjalan di sepanjang koridor menuju kelas dimana adik bungsunya berada, tapi sesaat pandangan gadis itu tiba-tiba berubah.
Gadis yang tengah membawa bekal untuk adiknya itu berlari sangat cepat, melewati kerumunan orang-orang.
"Jangan lagi, tolong jangan lagi." Rora bergumam dalam hati. Berdoa, semoga bukan lagi adiknya yang terlibat dalam kerusuhan ini.
Namun, mendadak langkah Rora terhenti. Perasaannya mendadak beku. Bekal dalam genggamannya terjatuh, Rora segera berlari mendekati adiknya yang kalap di sana.
"CHIQUITA!" teriak gadis itu dan seketika orang-orang yang berkerumun mulai menjauh, atensi mereka kini tertuju kepada gadis yang segera memeluk erat tubuh adiknya.
"Chiquita, tenanglah. Ini kak Rora, kakak di sini. Tenanglah." Rora berusaha menenangkan, mendekap dan menahan tangan adiknya yang tidak henti-hentinya terus memukul gadis yang kini sudah tak sadarkan diri.
"Chiquita.." Rora bergumam lirih disertai air mata yang tiba-tiba saja jatuh. Detak jantungnya ikut berdegub kencang.
"Kak Rora di sini, tolong berhenti." pintanya sekali lagi.
Merasakan dunianya seolah hancur kembali, Rora hanya terus mendekap adiknya tanpa peduli dengan yang lain.
Tanpa peduli dengan orang-orang yang hanya menatapnya penuh pilu.
Ia mengabaikan gadis yang terbaring di sisinya, dan kerumunan orang-orang yang memenuhi seisi kelas adiknya saat ini.
Chiquita memejamkan matanya, buku tebal yang sedari tadi ia genggam terjatuh begitu saja.
Sekarang, bahu Rora menjadi penopang kepala adiknya. Gadis kecil itu terpejam, tidak bersuara. Tubuhnya menjadi sangat dingin dan berkeringat.
Tanpa menunggu lama, Rora segera membawa Chiquita ke ruang kesehatan.
Keributan yang terjadi biarlah menjadi tanggung jawab yang lain karena kondisi adiknya saat ini lebih penting dari apapun.
Melihat dengan susah payahnya Rora membawa tubuh Chiquita, dokter yang menyaksikan itu segera membantunya.
Dokter dengan cepat menangani gadis kecil itu saat tubuh Chiquita sudah sepenuhnya terbaring di atas ranjang.
Tidak perlu heran, karena di sekolah ini memang terdapat dokter yang dikhususkan untuk bertugas di ruang kesehatan sekolah.
"Tolong bantu adikku, dok." Rora menghela napas berat, lalu terduduk menunggu sambil memainkan jemarinya.
Dokter wanita itu lantas menutup sebagian ruangan dengan tirai berwarna putih.
Rora berharap cemas, padahal kemarin adiknya masih terlihat baik-baik saja. Tapi kenapa trauma adiknya bisa kembali kambuh?
Menunggu hampir 15 menit lamanya, dokter bernama Yuna itu membuka tirainya kembali dan memanggil Rora untuk mendekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of BabyMonster 2 [HIATUS]
Fanfiction|ONGOING| {🌟 Jangan Lupa VOTE & COMMENT setelah membaca} {✏️ Update Tidak Menentu} {⚠️ CERITA INI HANYA UNTUK BERSENANG-SENANG SAJA, TIDAK ADA SANGKUT PAUTNYA DENGAN KEHIDUPAN ASLI SANG TOKOH‼️} *** Bersatunya sebuah keluarga yang sempat berpisah k...