Rumah duka yang di hiasi dengan bendera berwarna kuning di penuhi dengan suara tangisan banyak orang. gerimis kecil pun mulai menyapa seakan alam ikut merasakan kesedihan keluarga yang di tinggalkan.
"Indra sudah jangan menangis terus" ucap Indira menenangkan adiknya.
"Ibu sudah tenang di alam sana, dan ibu sudah tak merasakan sakit lagi, kita harus ikhlas ya" lanjutnya.
Lalu indra langsung memeluk Kaka perempuannya. Sebagai seorang anak sulung Indira harus kuat demi ayah dan adik laki-lakinya. Dalam hati Indira berdoa semoga amal ibadah ibunya di terima di sisi Allah swt.
Saat di pemakaman suasana haru semakin terasa apa lagi saat pak Mahesa menangis tersedu- sedu disaat jenazah istrinya akan dimasukan kedalam liang lahat sungguh perpisahan ini sangat melukai perasaan orang orang yang di tinggalkan.
"Ayah sudah, ikhlasin ibu "ucap Indira lalu memeluk ayahnya.
Prosesi pemakaman pun telah selesai dilakukan dan seluruh orang yang ikut mengantarkan ke pemakaman satu persatu meninggalkan tempat dan mengucapkan bela sungkawa terhadap keluarga pak Mahesa
" Yang ikhlas ya pak yang sabar, kami sekeluarga turut berduka cita " ucap salah satu tetangganya.
"Iya pak terima kasih" jawab Indira sendu.
Saat sampai di rumah, pak Mahesa duduk di tepian jendela kamarnya sambil memeluk foto istrinya
"Mengapa kau secepat itu meninggal kan ku sayang" ucapnya lirih
Tanpa pak Mahesa sadari Indira mengintip di balik pintu kamar yang sedikit terbuka sehingga menyaksikan aktivitas yang di lakukan oleh ayahnya, hati Indira berasa seperti di iris iris oleh pisau tajam saat melihat ayahnya.
"Ayah,Indira janji akan selalu membuat ayah dan indra bahagia, dan Indira janji akan selalu merawat ayah seperti yang di amanahkan oleh ibu yah" ucap Indira dalam hati.
Indira pun segera masuk ke dalam kamarnya ia akan berganti baju karena setelah itu ia harus mempersiapkan pengajian setelah ba'da Maghrib di rumahnya.
Tingg
Sebuah pesan singkat dari WhatsApp masuk kedalam layar pipih yang berada di atas meja rias milik Indira pesan itu melihatkan sebuah nama sang pengirim
Bintang⭐
Ra?, are you okaii? im so sorry Ra aku masih belum bisa ke rumah kamu, aku masih ada keperluan. Turut berduka cita ya ra.Indira dengan cepat membaca isi chat dari sang pengirim namun ia hanya membacanya saja ia tak punya niatan untuk membalas pesan tersebut, entah lah Indira sedang tak ingin di ganggu untuk waktu-waktu ini.
Dan waktu pengajian pun tiba banyak dari tetangga -tetangga Indira yang hadir untuk mendoakan ibunya. Saat pengajian berjalan dengan khidmat tiba tiba terdengar sesuatu yang pecah dari sebuah ruangan, suara itu muncul dari kamar pak Mahesa ayah Indira.
Dengan cepat Indira masuk ke dalam kamar itu betapa terkejutnya Indira melihat tangan ayahnya penuh luka akibat pecahan kaca dari figura foto mendiang ibunya.
"Ayah tidak papa, biarkan yah biar Indira aja yang bersihin" ucap Indira sembari menyingkirkan sisa-sisa pecahan dari figura tersebut.
" Ayah istirahat aja ya, ayah jangan setres, ayah harus jaga kesehatan" lanjutnya.
Saat ayahnya sudah sedikit tenang Indira pun menyelimuti pak Mahesa yang baru saja berbaring dengan membelakangi Indira.
" Ayah, Indira sedih melihat ayah seperti ini" ucap Indira dalam hati.
Quotes
Dalam hidup memang akan selalu ada kesedihan entah itu kehilangan harta, harapan, ataupun nyawa. Itu semua sudah takdir tuhan kita hanya cukup untuk belajar ikhlas untuk menerima nya.

KAMU SEDANG MEMBACA
BINTANG SAHARA
Teen FictionMencintai bintang tak perlu harus terbang ke langit. karena bintang akan selalu ada untuk Indira, Mencintai bintang tak harus mendekapnya dengan erat dan memaksakan perasaannya, hanya melihatnya bahagia saja Indira tenang. Cinta memang tak serumit i...