❄️ 0.0 Prolog

68 29 16
                                    

1 tahun yang lalu...

"Dia berakhir hilang di hari spesialnya."

Hujan malam itu menjadi saksi bisu atas kejahatan yang dilakukan pria paruh baya pada darah dagingnya sendiri.

Layaknya di aniaya, remaja laki-laki itu sama sekali tidak ada perlawanan terhadap Papanya yang tega memukuli serta mencambuk badan yang sudah banyak luka kemerah-merahan sampai biru-keunguan. Seperti tidak ada kata untuk hari esok, pria paruh baya itu tidak lelah-lelah untuk melayangkan sabuk kulit yang ia pegang.

"SIALAN!!! KAMU PEMBAWA SIAL!!!"

"Papa, Faye sakit..."

Faye remaja laki-laki yang harus menahan perih serta nyeri di sekujur tubuhnya karena ulah Papanya sendiri. Ia merasakan bagaimana panas dan dingin di sekujur tubuhnya.

"PAPA! UDAH!!!"

Pemuda yang terlihat lebih tua dari Faye datang setelah mendobrak paksa pintu kamar. Arshaka mencoba menghentikan Papanya yang sudah terbawa amarah.

"PAPA SADAR, PA!!!"

Bukannya berhenti, Arshaka justru terlempar ke belakang karena sengaja di dorong oleh Papanya.

"DIAM KAMU, SHAKA! Mending kamu keluar, cepat."

"Tapi, Pa..."

Tatapan Faye seolah-olah memberi kode bahwa lebih baik Shaka keluar daripada ia terkena imbasnya dan berakhir seperti Faye saat ini.

"Semoga kamu cepat menyusul Mamamu."

Papanya terus menekan tombol plus pada remot AC yang mengakibatkan udara semakin dingin daripada sebelumnya. Tanpa merasa kasihan, pria itu pergi meninggalkan Faye yang sudah meringkuk lemas.

Dinginnya udara membuat Faye tidak kuat untuk tinggal di ruangan itu, ia mencoba menyeret terus kakinya setelah Papanya mengunci pintu kamar dari luar.

"Pa! Papa! Faye dingin .... Faye sakit, Pa!"

Namun apa daya, suaranya yang serak dan kecil tidak bisa membuat orang-orang di luar mendengarnya. Akhirnya ia menyerah, badanya tergeletak di lantai. Berharap seseorang membantunya.

"Di-dingin .... Mama, Faye nggak kuat. Sakit, dingin."





'''''











Getaran ponsel di saku celana Gamaliel berdering saat ia sedang mengangkat kardus-kardus ke dalam mobil pick up. Ia langsung menempelkan ponselnya di telinganya.

"Halo, Bang?"

"Halo, El, gimana? Udah jalan?"

"Baru juga ngangkat koper, kardus, segala macem. Jalannya belom." gurau Gamaliel.

Di sebrang telepon, Arshaka hanya terkekeh. "Yaudah, sesuai kesepakatan kemaren ya. Gue tunggu nih di sini."

"Iya-iya, udah ya, nih mau jalan." Gamaliel lanjut mematikan telepon sepihak.

Di rasa semuanya sudah selesai dan tidak ada yang tertinggal, waktunya mobil pick up tersebut memimpin jalan.

"Semuanya udah, Gam?" tanya seorang wanita cantik yang diduga sebagai ibu Gamaliel.

Gamaliel mengangguk, "Udah, Mi. Semuanya udah beres." katanya.

Paras yang cantik dan postur tubuh yang terlihat tegak dan sehat membuat ibunya terlihat sangat awet muda. Orang-orang mana tahu jika mereka adalah ibu dan anak jika sedang berjalan bersama.

"Yasudah, ayo naik, kita susul."

Mobil Alphard tersebut melaju saat mereka sudah masuk dan duduk manis di dalamnya. Mungkin butuh waktu tiga puluh menit sampai satu jam untuk sampai di sana, Gamaliel memutuskan untuk memejamkan matanya sebentar sembari menunggu perjalanan.

"Kalo kamu udah nyampe, tolong pilih kamar di sebelah ruang musik, ya."

"Kalo kamu udah nyampe, tolong pilih kamar di sebelah ruang musik, ya."

"Kalo kamu udah nyam-"

Gamaliel terbangun dari lelapnya yang singkat, langit yang tadi cerah berubah menjadi awan gelap, tanda ingin turun hujan.

Perkataan yang datang di mimpinya terus menghantui pikiran Gamaliel saat ini. Sudah tiga kali kata-kata itu keluar di mimpinya tadi, sampai akhirnya Gamaliel memaksakan bangun.

"Mi, emang rumah yang baru punya ruang musik?"

"Lho, Mami nggak tau. Emang kemarin kamu nggak ngeliat-liat dulu dalam rumahnya?"

Gamaliel hanya menggeleng. Seingatnya, kemarin ia hanya berbincang tentang harga yang akan di sepakati. Karena waktu yang dimiliki Arshaka juga tidak banyak, jadi Gamaliel tidak sempat berkeliling melihat isi rumah tersebut.

"Coba tanya sama temanmu itu."

Gamaliel mulai mengeluarkan ponselnya.

__________

Chat

Gamaliel :

Bang, gue mau nanya..
Emang rumahnya punya ruang musik?

Arshaka :
Iya, punya.
Punya adek gue dulu.
Kalo mau lo pake mah, pake aja.

Gamaliel :
Ohhh...
Yaudah, thanks, Bang.

___________

Sudah tiga puluh menit perjalanan, untung saja jalanan ibu kota sedang tidak padat. Jadi Gamaliel sampai lebih cepat.

Mobilnya memasuki pekarangan rumah yang cukup luas. Dengan tanaman-tanaman bunganya yang indah untuk di pandang, serta air mancur di tengah-tengah membuat kesan kemewahan untuk rumah baru Gamaliel.

"Sini, gue ajak keliling dulu."
















TBC

INI CERITA PERTAMAKUUU GUYS:)
so, kalo ada tanda bacanya yang salah tempat dan narasinya yang kurang ngefeel di kaliannn, I'M SO SORRY:(

kalo ada kritik dan saran untuk ceritaku, tolong komen yaaa... apapun itu aku terima, asalkan dengan bahasa yang baik-baik 💕

jangan lupa klik tombol bintang dibawah, kalo ga di klik.... yaudah dehhh, ga aku lanjutin ^⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠^

THANK YOUUUUUU ❤️💕

Terimakasih Gamaliel [GEMINIFOURTH] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang