Prasasti 1

133 21 2
                                    

"Akhirnya lu dateng juga. Udah ditungguin Pak Frans dari tadi, nih." Tampak empat orang sudah menunggu Zee di depan pintu yang bertuliskan "Fransisco". Empat orang itu adalah Jason, Febri, Christo, dan Freya.

"S-sorry-sorry... T-tadi ada... Panggilan dadakan..." ujar Zee terputus-putus karena terengah-engah. Teman-temannya menggeleng heran melihat Zee. "Yaudah, gapapa. Yang penting lu udah sampe," kata Jason melihat Zee yang terengah-engah.

"Nih," sahut Freya menyerahkan sebotol minuman. Zee menatap botol minuman yang diarahkan kepadanya dengan seksama. "Beneran buat gue?" tanya Zee seakan tidak percaya. Freya menghela napasnya lalu berkata, "Mau nggak? Kalo nggak, yaudah..."

Zee langsung mengambil minuman tersebut sebelum Freya memasukkannya kembali ke dalam tasnya. Dia meminum minuman tersebut tapi masih menyisakan setengahnya. "Nih, Fre. Thanks ya," ujar Zee mengembalikan minumannya.

"Udah, itu emang buat lu," ucap Freya santai. Zee terbelalak dengan ucapan Freya tersebut. "IH, BENERAN NIH? THANKS BANGET YA," seru Zee sambil ingin memeluk Freya. Melihat hal tersebut, Christo langsung pasang badan untuk melindungi Freya. "Eits, mau ngapain lu?" tegur Christo menghalangi tubuh kembarannya tersebut.

Freya tersenyum tipis dan menggeleng-geleng melihat tingkah kedua temannya tersebut. "Udah-udah, yuk kita masuk. Udah ditungguin dari tadi tuh sama Pak Frans," ucap Freya seraya melerai kedua orang kembar tersebut. Kedua orang kembar itu hanya nyengir setelah dilerai Freya.

Tok tok tok

"Permisi, Pak Frans. Ini saya, Jason," tutur Jason seraya mengetuk pintu. "Ohh, Jason. Langsung masuk saja." Terdengar suara Pak Frans dari dalam.

Kelima orang itu lalu masuk ke ruang Pak Frans tersebut. Tampak Pak Frans sedang berdiri di samping sarkofagus yang akan diteliti. Mereka langsung menghampiri Pak Frans dan sarkofagus tersebut.

"Maaf atas keterlambatan kami, Pak," kata Jason meminta maaf. Zee yang merasa bersalah karena dia yang terlambat, langsung pasang badan dan berkata, "Saya yang membuat kami terlambat, Pak. Kalau ada hukuman, biar saya yang menanggungnya." Pak Frans yang mendengar itu tersenyum dan berkata, "Sudah, tidak apa-apa. Yang penting kalian bisa datang bersama."

Zee menghela napas lega mendengar perkataan Pak Frans. "Selamat lu," bisik Christo sambil menyenggol Zee. "Iya, syukur, dah."

"Jadi, kalian sudah tau mau ngapain sekarang, kan?" tanya Pak Frans membuka pembicaraan. Kelima orang tersebut hanya mengangguk. "Secara garis besar sudah saya jelaskan pada Jason juga," lanjut Pak Frans.

"Ini sebenarnya sarkofagus dari mana, Pak?" tanya Freya penasaran. "Sarkofagus ini sebenarnya belum diketahui asalnya dari mana. Yang jelas, sarkofagus ini ditemukan dalam kondisi tidak lengkap. Pecahannya tersebar di beberapa pulau di Indonesia," jelas Pak Frans menjawab pertanyaan Freya. "Lalu mengapa semuanya dikirim ke sini, Pak?" tanya Freya kembali.

Pak Frans tersenyum mendengar pertanyaan Freya. "Jadi gini, mengapa diserahkan ke sini? Karena saya yang menemukan pecahan pertama. Selain itu, pecahan pertama yang ditemukan itu, saya temukan bersamaan dengan bagian utama dari sarkofagus ini. Oleh karena itu, peneliti yang lain memutuskan untuk menyerahkan penelitian sarkofagus ini kepada saya," jawab Pak Frans menjelaskan. Freya hanya mendengarkan dengan takzim.

"Lalu apa yang harus kami lakukan, Pak?" tanya Febri setelah mendengarkan penjelasan Pak Frans. Pak Frans tampak ingin mengatakan sesuatu tapi tertahan di mulutnya. "Percaya atau tidak, sarkofagus ini terus-menerus menyebutkan sebuah nama. Tapi saya tidak tau itu siapa. Kebetulan karena saya tau kalian punya 'sense' yang lebih kuat, maka dari itu saya menunjuk kalian untuk membantu saja menangani sarkofagus ini."

ARANTSANUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang