Selesai sholat isya, Septi kembali merebahkan dirinya di atas kasur sembari membaca novel-novelnya itu.
Boring banget. Sumpah gua bingung mau ngapain lagi, batin Septi.
Akhirnya ia memutuskan untuk keluar rumah dan berduduk santai di atas kursi kayu yang berukuran sedang itu. Ia menatap langit yang penuh dengan bintang bersinar. Entah mengapa ia sangat menyukai bintang, dan di saat yang bersamaan mengapa ia harus memikirkan Jati. Jelas-jelas Jati tidak peduli lagi dengannya, untuk apa memikirkan orang yang tidak penting sepertinya, buang buang waktu saja.
Septi kembali masuk kedalam rumah, sepertinya sekarang ia kelaparan. Ia bergegas ke dapur untuk mencari bahan bahan yang bisa di masak. Kebetulan masakan Ibunya hari ini sudah habis, ia tidak sempat makan untuk yang kedua kalinya.
Ia membuka lemari es, di sana ada beberapa mie instan dan beberapa butir telur. Septi memutuskan untuk membuat mie rebus dengan telur ceplok. Kebetulan ibu, bapak dan adiknya sudah tertidur, hanya ia saja yang masih belum mengantuk.
Selesainya membuat mie instan, Septi duduk di ruang tamu dengan menyalakan tv. Sebenarnya ia kurang menyukai serial tv malam malam, karena menurutnya tidak ada yang menarik dan menyenangkan.
Menit-menit setelah makan, Septi cepat-cepat menyimpan mangkuk ke dapur, mematikan tv dan lampu ruang tamu tersebut dengan terburu-buru, sampai-sampai ia tersandung ujung kursi, rasanya sangat sakit, sampai membuat ia harus merengek kesakitan.
Waktu sudah menunjukkan pukul 21.37, Septi mengamati handphone dan membuka aplikasi WhatsApp nya.
Ternyata sesepi ini ya, tidak ada yang bisa untuk di ajak deep talk dan tidak ada yang menanyakan kabarnya seperti biasa. Ingin sekali cerita tentang capeknya hari ini, tapi bingung mau cerita ke siapa. Ah jadi kangen sama Jat-eh apaan sih. Lamunannya tiba-tiba terhenti saat ia harus memikirkan manusia itu lagi.
***
Satu tahun berlalu, satu tahun yang tidak mudah yang ia lewatkan sendirian. Septi melewatkan kesendirian nya itu dengan menunggu Jati kembali. Tapi, apakah benar Jati akan kembali padanya? Harusnya sih mungkin saja.
Setelah satu tahun membuang muka saat bertemu Jati di sekolah, akhirnya pada hari itu, hari dimana Septi membuat story untuk memberi tahu Jati, kalau ia masih disini, menunggu nya kembali. Dan pada saat itu juga, Jati me-reply story WhatsApp nya. Tiba-tiba sekali bukan? Ia pun benar-benar sangat kaget, tapi ada senang nya juga sih.
Jati Adi Pratama
Hai, Sep. Apa kabar?Septiana
Alhamdulillah baik.Jati Adi Pratama
Kamu kok sekarang kalau ketemu aku di sekolah suka menghindar sih? Kenapa?Apakah Jati tidak tau, kalau ia benar-benar sangat kecewa padanya? Mengapa Jati tidak pernah sadar akan kesalahannya di masa lalu? Apakah menurutnya itu bukan sebuah kesalahan? Ah, brengsek sekali pria itu. Akan tetapi, rasa kekecewaan nya itu kalah dengan rasa sayang nya, lantas ia harus bagaimana sekarang?
Septiana
Gak menghindar kok, Jat. Mungkin itu aku lagi buru-buru aja kali.Jati Adi Pratama
Oh, gitu ya? Ya sudah kalau begitu. Omong-omong, gimana kabar bapak dan ibu?Septiana
Alhamdulillah baik juga.Jati Adi Pratama
Kalau begitu, besok sepulang sekolah aku mampir ke rumah kamu ya, boleh kan?
![](https://img.wattpad.com/cover/345175894-288-k358427.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Stranger [revisi]
Storie breviSeptiana Alena Rosalina yang sering kali di sapa Septi merupakan seorang gadis cantik yang sangat menyukai es krim coklat. Ia beruntung sekali, karena tuhan mempertemukan nya dengan seorang laki-laki tampan dan baik hati. Ia beruntung sekali mempuny...