HCC_Bab 1

3 1 0
                                    

Pagi yang indah dan hangat selalu menemani Keysa di tempat tinggal nya yg sekarang. Yap satu minggu setelah acara kelulusan dia langsung pergi ke rumah bibi nya yang ada di Jawa Timur, lokasinya masih asri dan disini tetangganya juga ramah tidak seperti di Jakarta yang hanya mementingkan kepentingan pribadi.

"Key sayang ayo nak kita pergi sekarang, takut anaknya keburu ngereog nanti" panggil bibinya di depan kamar.

Dia dan bibi juga pamannya berencana menjenguk kakak sepupunya yang sedang sakit di pesantren, sebenernya bisa saja kakaknya itu pulang sendiri tapi masalahnya kakaknya itu sangat manja pada bibi nya apalagi saat sedang sakit.

"Iya umi sebentar" ujarnya sambil memakai krudung pasmina nya.

Jadi Keysa memang memanggil bibi dan pamannya umi, abi sama seperti kakak sepupunya apalagi dulu saat dirinya bayi bundanya susah untuk mengeluarkan air susu jadi bibinya menyusui dia, yaa dia dengan kakak sepupunya itu satu persusuan ya.

"Ayoo umi kita pergi"

"Maa syaa allah cantiknya putri umi, eh jangan di iket kenceng-kenceng dong sayang"ujar Maya bibinya.

Keysa hanya menunjukan deretan giginya
"Ribet umi jadi di iketin aja"

Maya hanya tersenyum sambil menggandeng keponakan yang sudah ia anggap sebagai putrinya itu. Dia tau Keysa belum terbiasa dengan hal-hal seperti ini, bisa melihat Keysa memakai pakaian yg menutup aurat saja sudah membuat ia bangga akan perubahannya yang sudah terlihat setelah dua bulan Keysa tinggal.

Mereka pergi menggunakan mobil milik pamannya, sebenernya jaraknya tidak terlalu jauh tapi juga tidak dekat apalagi kalau jalan kaki.

Setelah 30 menit perjalanan mereka akhirnya sampai di pondok As-Syami.

"Umii ini aku beneran gapapa ikut?" Tanya Keysa saat mereka berjalan memasuki kawasan pondok.

Saat turun saja sudah banyak santri putra yg menatapnya tapi mereka langsung mengalihkan tatapannya.
'Apa gue sejelek itu ya?'

"Ayo sayang udah gapapa" ajak Hikmah pamannya.

Saat memasuki rumah ndalem mereka bertiga langsung duduk dan disambut hangat oleh sang pemilik pondok.

"Maa Syaa Allah cantiknya, istrinya Hilman ya May?" Tanya bu Nyai sambil menatap Keysa yang hanya tersenyum canggung.

"Bukan Nyai, ini adiknya Hilman yg dulu pernah saya ceritakan"

Bu nyai Aisyah cemberut mendengarnya "Kebiasaan nyai-nyai, dibilang panggil nama aja udah, kaya yang bukan temen"

Umi Maya terkekeh mendengarnya begitupun Keysa yang tidak menyangka kalau bu Nyai disini ternyata humoris.

"Sudah-sudah kalian ini kebiasaan sering bertengkar karna hal-hal sepele" Ucap kiyai Usman melerai.

Setelah itu mereka tertawa dan berbincang hal yang Keysa tak mengerti, entahlah atau mungkin ia juga tak mau mengerti.

Keysa menarik-narik gamis umi Maya persis seperti anak kecil membuat umi Maya menatapnya.
"Umi aku bosen, boleh jenguk mas Hilman duluan ga?"

Umi Maya yang paham hanya mengangguk dan mempersilahkannya untuk pergi ke bangunan sebelah kiri.

Setelah berpamitan dengan segera Keysa pergi dan langsung menyusuri halaman pesantren tapi langkahnya terhenti saat ia ingat kalau dia tidak tau di mana kamar kakaknya itu.

"Duhh umi tadi ga ngasih tau mana gue juga buru-buru pergi, aish gimana dongg" ucapnya sambil memijat kepala yang tidak pusing itu.

Karna sibuk melamun ia tak sadar kalau ada seseorang datang dan mengagetkannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KEYSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang