Agen - 4

135 16 0
                                    

Perkenalan sudah terlewati sejak beberapa jam yang lalu dengan anak buah Oma yang lain. Sekarang, yang Gia lakukan hanyalah duduk dan berhadapan dengan laptopnya.

Pelanggan, sih, ada. Namun, sudah ada yang lain yang melayaninya. Kebetulan, tidak begitu ramai. Jadinya bisa dihandle sama yang lain.

"Paket!"

"Eh iya, Bang. Dari gudang, ya?" Nina, salah satu karyawati Oma bertanya pada pria yang datang dengan dua karung besar berisi kain batik.

"Yoi, Neng. Saya taro sini, ya." kata pria pembawa dua karung kain batik tersebut. Lalu, menyimpannya dua karungnya di depan toko.

Gia menoleh ke arah mereka dan menghampirinya. "Kain, Nin?" tanyanya.

"Iya, Mbak. Setiap hari Jum'at dateng."

"Oh, gitu..." Gia mengangguk paham. "Gudangnya jauh nggak, sih, dari sini, Nin?"

"Lumayan, Mbak." jawab Nina sambil menggotong karung yang barusan datang. "Daerah Tebet kalo nggak salah."

"Mbak Gia, minta kembalian 21 ribu 5 ratus, dong." pinta gadis muda berusia 21 tahun yang rambutnya dikuncir kuda. Namanya Cikal, salah satu karyawati juga yang sedang berjaga.

Gia langsung membuka mesin kasir untuk mengambilkan kembaliannya.

"Udah di-scan, kan, Ci?" tanya Gia.

"Udah, Mbak."

"Ehm, ini emang lagi sepi gini, ya?" tanya Gia pada karyawati Oma semuanya.

"Dari kemarin sepi, Mbak. Kayak kurang promosi." cerita Anja.

Toko baju batik Wida pelanggannya memang jarang membludak seperti toko lainnya. Palingan dalam sehari hanya bisa terjual 3 kodi kain dalam jangka waktu yang lama karena pelanggannya jarang.

"Nggak coba promosi di sosmed emangnya? Sekarang 'kan jamannya pakai teknologi. Ada tiktok, instagram, facebook, terus bisa juga daftar di affiliate kayak shopee, tokopedia." ujar Gia.

"Udah pernah Mbak kita coba bikin, tapi ketauan Oma. Oma nggak suka sama yang sosmed-sosmed gitu." balas Selma.

"Loh, kok, gitu?" Gia mengernyit, "gimana mau rame kalo kita nggak ngandelin itu."

"Eh, nggak tau, deh, Mbak." Nina tersenyum getir.

Gia meringis. Pantas saja toko sepi dan income yang masuk bulan lalu kurang dari modal. Ternyata memang kurang promosi. Oma, Oma, masa diajak maju tidak mau. Heran Gia dalam hati.

"Gini aja guys, aku mau bikin sosmed supaya orang-orang bisa tau toko Oma lewat online. Terus, kalo udah rame, sebisa mungkin kita promosi lewat live—sekarang 'kan lagi jamannya begitu. Jualan via live. Nanti aku bikinin akunnya, dan kita mulai promosi dari sana." cetus Gia akan idenya mengenai promosi toko baju batik Oma.

"Tapi Mbak, kalo Oma marah gimana?"

"Aku yang tanggung. Masa diajak maju nggak mau?" jawab Gia tak acuh. Kalau dimarahi juga hati Gia pantang sakit karena sudah biasa. Haha.

"Boleh, deh, Mbak. Kalo udah ada akunnya, kabar-kabaran."

Gia mengacungkan jempolnya dan mulai menyusun rencana dalam mempromosikan toko baju batik milik Oma.

@@@

"Teh Nda, ambilin teh botol, dong, tolong. Panas banget anjir Jakarta." Datang-datang, Agan langsung mengeluh dan duduk tepat di depan kipas angin.

Dinda yang mejanya berada dekat kulkas langsung mengambilkan teh botol permintaan Agan dan langsung memberikannya.

"Abis darimana lu, Gan? Lama amat. Perasaan rumah Oma Wida kagak jauh dari sini, dah." tanya Dinda keheranan.

Agen AganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang