Agen - 3

443 43 0
                                    

Agen Agan kedatangan pengunjung 3 kali lebih ramai dari biasanya. Agan, yang kini sedang menangani kasir saja sampai kewalahan saking ramainya. Belum lagi banyak ras terkuat di muka bumi ini yang protes soal ini itu.

Beginilah kehidupan Agen Agan yang selalu ramai itu.

"Jadi gocap, Bu." kata Agan setelah menjumlahkan barang belanjaan seorang ibu-ibu berkerudung panjang.

"Gocap, tuh, berapa, ya, Mas?" tanya si Ibu, bingung.

"Mapuluh, Bu." jawab Agan dengan lembut.

Si Ibu pun memberikan uang pecahan 50 ribu untuk Agan dan segera meninggalkan Agen seraya membawa barang belanjaannya.

"Gan, nata de coco mana, sih, Gan, lu jualin kagak, sih?" tanya Mak Enot, pelanggan setia Agen Agan.

"Jual, lah, noh di rak paling ujung. Kalo kagak ada, tanya si Kokom aja." balas Agan tanpa melirik Mak Enot soalnya sedang fokus men-scan belanjaan pelanggan lain.

"Ya elah, jauh amat, sih, ditaro diujung." gerutu Mak Enot.

"Lah, daripada gua taro di Tanah Abang? Hayo, tambah jauh 'kan kudu naek angkot." kata Agan. Sebab keduanya sudah saling mengenal dan memang gaya bicara antara Mak Enot dan Agan blak-blak-an, percakapan seperti itu sudah biasa bagi mereka.

Mak Enot berdecak, "ah, elu, mah, kagak kasian ama gua kudu jalan kaki ke rak ujung." masihnya orang tua tersebut menggerutu.

"Ya elah, lama-lama gua panggil si Asep juga, nih, ya, buat gendong Mak Enot. Bacot amat, ah, tibang jalan ke ujung, gek!" ujar Agan sambil terkekeh kecil. Apalagi saat menyebut nama Asep, soalnya...

"Lah, jangan, lah, lu manggil si Asep. Pan laki gua yang satu itu udah ditanem." balas Mak Enot sambil ikut terkekeh. "...serem."

Agan terbahak-bahak, "ya, terus, masa gua yang gendong. Berat!"

Mak Enot tidak membalas lagi. Beliau hanya tertawa-tawa sambil berjalan menuju rak ujung.

"Mas, katanya ini bonus minyak telon, ya?" tanya salah satu pelanggan yang sedang melakukan transaksi dengan Agan. Kuasanya menunjuk sabun mandi yang tulisannya bonus minyak telon.

"Iya, Teh." jawab Agan, "tapi udah kadaluarsa minyak telonnya, mau?" godanya.

Mbak-Mbak itu mengernyit, "beneran, Mas?"

"Ya, kagak, lah. Bentar, ya.." Agan mengetikkan sesuatu di komputernya, lalu mendongak untuk mencari keberadaan Komah.

"Kom! Tolong ambilin minyak telon, Kom!" serunya saat matanya menangkap keberadaan Komah sedang mendisplay makanan ringan.

"Berapa, Mas?!"

"Satu aje."

Tak butuh waktu lama, Komah pun datang dengan sebuah minyak telon.

"Makasih, ya, Komah cantik. Nih, sekalian gantiin gua. Gua mau kencing," suruh Agan pada Komah. Pemuda itu langsung keluar dari area kasir dan berjalan ke ruangan pegawai.

Huft, akhirnya bisa keluar dari keramaian itu. Maklum, lah. Agan 'kan agak introvert sedikit. Percaya, tidak?

Percaya saja, sih, biar Agan seneng.

"Gan, ada orderan, nih, dari rumah Oma Wida." sahut Ilyas seraya menatap ponselnya, "mesen banyak, sih, ini. Tapi dua teh kotak dianter ke rumah Oma terus sisa belanjaannya ke Tanah Abang." jelas Ilyas.

Agan yang tengah meneguk minumannya lantas menggelengkan kepala, "gua males, ah, kalo ke Tanah Abang. Kalo ke rumahnya, ya, nggak apa-apa."

"Lah, biar sekalian ntar lu anterin," celetuk Dinda.

Agen Agan ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang