Bagian 9 : Latihan

144 82 32
                                    

Jangan lupa vote komen kawan. 🌟🗨️☜⁠ (⁠°⁠ ⁠۝ ⁠°⁠)

 🌟🗨️☜⁠ (⁠°⁠ ⁠۝ ⁠°⁠)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Lavanya menempelkan telapak tangannya pada kening Gio. Ia bisa menggampainya karena Gio sedang tiduran di sofa, dengan tangan memegang ponsel.

Gio menatap sang adik dengan heran. "Kamu kenapa? Dari tadi cek suhu kening Kakak terus."

Lavanya menganga dan membeku ditempat ketika mendengar cara bicara Gio.

'Kakak aku … Dateng dari masa depan? Atau transmigrasi kayak yang di novel?' batin Lavanya berpikir keras mengapa Gio mengubah gaya bicaranya.

Pelaku utama yang membuat Gio mengubah gaya bicara adalah temannya sendiri, Hero dan Zoya berhasil mengubah gaya bicara Gio, dan sedikit bantuin kecil Rey yang menjadi sumbu.

Hero dan Zoya terus menakut-nakuti Gio dengan hal yang tak mungkin, ditambah dengan Rey yang menempel pada Lavanya, membuat Gio akhirnya menyerah dan mengubah gaya bicaranya.

"Gu- Kakak denger, kamu bakal tampil nari bulan depan ya?" tanya Gio hampir kelepasan memanggil gue.

Lavanya mengangguk lalu berkata, "kalau Kakak ngerasa gak nyaman, jangan ubah gaya bicara Kakak."

Gio berbalik menatap Lavanya dengan posisi masih tiduran di sofa. "Nggak, Kakak ingin jadi yang terbaik buat kamu, Kakak nyaman kok, cuman butuh waktu aja untuk terbiasa."

Lavanya masih cemberut membuat Gio harus bangun dari tidurnya lalu mengangkat tubuh Lavanya agar duduk di pahanya.

"Kamu kecil-kecil kok dewasa sih," ucap Gio mengalihkan topik. Dia memeluk tubuh kecil Lavanya dengan lembut.

"Kakak gak mau aku repotin, bukan?" Lavanya memeluk balik Gio.

'Di kehidupan sebelumnya, aku selalu nyusahin Kakak, sampai-sampai aku pernah berurusan sama polisi, bahkan aku sering ganti-ganti pacar dan bawa ke rumah seenaknya,' batin Lavanya.

Lavanya merasa di kehidupan sebelumnya, sifatnya begitu buruk. Selalu menyusahkan Gio, bahkan menyakiti hati beberapa pria yang menyukainya, termasuk mantan-mantan du kehidupan sebelumnya.

Pantas saja karma sebelum ia mati begitu besar. Namun, apa ia harus memakluminya? Lavanya juga punya alasan kenapa tingkahnya begitu buruk.

"Lavanya … Kakak selama ini bertahan hidup untuk kamu, Kakak ingin temenin kamu sampai kamu nikah sama cowok yang baik," ucap Gio menatap kedua mata Lavanya.

"Kakak harus nikah lebih dulu," jawab Lavanya, ia menyembunyikan wajahnya di pundak Gio.

"Gak bisa Lavanya, kalau nikah, Kakak takut kamu gak ke urus, karena nantinya Kakak harus fokus sama keluarga baru Kakak." Gio mengusap punggung Lavanya dengan lembut.

"Kakak tinggal nikah kalau aku udah SMA aja," jawab Lavanya membuat Gio gemas dengan otak adik kecilnya ini.

"Sekarang umur Kakak 19 tahun, dan kamu 5 tahun, lalu beberapa tahun ke depan, umur Kakak 30 tahun, emang ada yang mau sama perjaka tua?" tanya Gio dengan bercanda.

Back to the Past (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang