Nathaniel Baldwin.
Menyebut namanya dalam hati saja sudah membuat Jeffrian muak setengah mati. Apalagi dihadapkan dengan kondisi dimana 'pacarnya' teramat antusias ketika bercerita tentang sosok teman yang satu prodi dengannya tersebut.
Menyebalkan! Bahkan ketika Jeffrian dengan terang-terangan menunjukkan sikap ketidaksukaannya serta larangan mengesalkan lainnya tentang seberapa tak senangnya dia mendengar Jeano mengisahkan tentang lelaki itupun Jeffrian justru mendapatkan delikan tak terima dan berakhir dengan Jeano yang mogok berbicara kepadanya.
Apa spesialnya sosok Nathan ini?
Dibandingkan dengan rahang tegas serta aura dominasi yang tak sebanding dengan miliknya, wajah Nathan yang terbilang sedikit cantik jika diperhatikan lamat-lamat mungkin bisa dijadikan sebagai kelemahan tersendiri. Jeffrian masih unggul beberapa poin dan Jeano tak mungkin buta dalam membedakannya.
Tetapi, mengapa Jeffrian justru merasa gelisah karenanya?
“Bocah tengik sialan!” umpat Jeffrian selepas membanting gelas kecil yang dituangkan Jerry sampai meminumnya hingga tandas. “Dibanding cowok kemaren, dia lebih nekat dengan usahanya buat ngerebut Ano dari gue!”
Jerry mengernyit sembari memasukkan isi kacang yang telah ia kupas ke dalam mulutnya. “Lo tau darimana emang?” tanyanya mulai penasaran akan penyebab dari sepupunya tersebut tampak uring-uringan.
Terlihat jika kepalan tangan Jeffrian yang bertumpu di atas meja barstool kian menguat. Menandakan jika empunya benar-benar tak dapat mengontrol emosinya lagi. Jerry baru tahu jika Jeffrian bisa semarah ini.
“Dia sendiri yang ngomong ke gue!” seru Jeffrian lantang serta nyaris tumbang akibat pengaruh minuman. “Gue bersumpah bakal ngerebut dia dari lo. Sok banget tuh anak! Dia belum tau siapa gue kayaknya.”
“Terus? Lo tonjok sehabis dia ngomong itu?”
Jeffrian berdecih. “Andai waktu dia bisikin itu ke gue pas lagi nggak ada Ano, gue nggak bakal mikir dua kali buat ngelakuin itu!”
Selanjutnya, sudah tak terdengar sahutan Jerry lagi untuk sekedar memberikan solusi akan permasalahannya. Jerry sendiripun sebenarnya juga ingin menceritakan tentang sesuatu yang akhir-akhir ini sering mengganjal dipikirannya. Apalagi dengan keadaan dimana rasanya hubungan asmaranya juga agaknya lebih parah praharanya dibandingkan milik Jeffrian.
“Gue nggak tau mau ngomong apalagi, Jeff. Kasus kita mungkin bisa jadi punya kemiripan dibeberapa aspek. Sama halnya kayak lo, gue juga lagi pusing banget mikirin orang yang ngerangsek masuk kehubungan gue sama Ajun.”
Jeffrian mengernyit. “Maksud lo ..., lo punya pesaing juga?”
“Iyalah! Sialan emang!” Air mukanya berubah kian tak karuan setelah itu. Oh, apalagi Jeffrian. Ia benar-benar tak menduga melihat jika Jerry akan menunjukkan ekspresi dimana itu campuran antara marah serta cemburu. “Akhir-akhir ini gue lihat dia makin deket aja sama tuh bongsor. Tiap kali gue ajakin hangout, kebanyakan ditolak dengan alasan kalau dia ada keperluan sama tuh cowok. Sepenting apa coba sampai ngurangin waktu dimana dia seharusnya lebih banyak ngehabisin itu dengan gue?”
Lawan bicaranya tampak manggut-manggut. Untuk kali pertama, dia merasa tertarik sekedar menjadi pendengar dalam cerita asmara Jerry yang jarang sekali ditimpa prahara seperti ini. “Dia yang lo omongin ini siapa?”
“Yohanes Aksama. Kating bangsat yang permaluin gue pas OSPEK dulu. Dia manfaatin keadaan dimana adeknya ternyata pacaran sama adeknya Ajun buat deket sama pacar gue. Dan sialnya, Ajun kayaknya kepincut karena setau gue kalau cowok itu emang ambil jurusan kedokteran kayak dia.”
KAMU SEDANG MEMBACA
NEVER GOODBYE +jaeno
FanfictionJepi dan Ano dikemudian hari. [Jung Jaehyun - Lee Jeno]