shame on him! (we hate each other, that's a fact!)

150 20 6
                                    

Demi Tuhan, Jeffrian benar-benar berhasil membuatnya kewalahan seharian ini dengan memberikan banyak sekali perintah tidak berguna sekedar untuk mengerjainya agar ia kian menderita setelah dihantui oleh hutang yang menumpuk kepada si tuan muda.

Heh, pendek! Gue haus, ambilin es teh di kantin. Gue kasih lo waktu lima detik atau hutang lo bakal nambah dua digit. Ngerti lo?” titah Jeffrian tanpa basa-basi selepas mengistirahatkan diri usai bermain voli bersama dengan kedua teman seperjuangannya.

Jeano tampak mengerutkan keningnya. Terlihat kesal karena dia juga sama lelahnya dengan Jeffrian, melebihinya malah. Tetapi, memang pada dasarnya lelaki ini hobi sekali menaruh beban dipundaknya sehingga Jeano nyaris tidak punya waktu lagi untuk menikmati hidup karena sepulang sekolah langsung tertidur untuk menabung energi ekstra guna menghadapi Jeffrian di keesokan harinya.

Merasa tidak ada pergerakan yang berarti dari ‘pesuruhnya’ tersebut, Jeffrian langsung mendelik tajam sambil berucap dengan nada tingginya, “Kuping lo budeg, hah?!”

Diteriaki dengan suara sekeras itu jelas membuat Jeano terkejut bukan main sehingga hampir menangis detik itu juga. Jeffrian sungguh keterlaluan! Jantungnya serasa berhenti berdetak lantaran tak begitu siap diberikan bentakan seperti itu ketika ia sedang melamun. “Enggak, Kak! Aku ambilin sekarang!” sahutnya patuh serta dengan refleks memberikan hormat sebelum akhirnya berlari ke kantin untuk mengambilkan pesanan Jeffrian.

Menjadi saksi akan keisengan Jeffrian selalunya membuat Yudha sedikit muak. Temannya itu terlampau keterlaluan dalam aksi isengnya. Dengan tanpa rasa bersalah sedikitpun, Jeffrian mulai tertawa terbahak-bahak setelah sang bocah telah menghilang dari jarak pandang.

“Seru banget! Lo pada nggak mau nyoba ikut ngerjain tuh anak? Mumpung gue kasih izin, nih.”

Yudha seketika bangkit dari duduk lesehannya. Raut lelaki itu tampak masam ketika memindai ekspresi tanpa rasa bersalah diperlihatkan oleh Jeffrian kini. “Lo pernah mikir nggak kalau bercandaan lo itu keterlaluan? Jeano tadi sampai nangis, Jeff! Lo nggak lihat emang?” tegur Yudha pada akhirnya memberanikan diri untuk menyuarakan protes yang selalu muncul dikepalanya. “Kalau cuma tentang jam tangan lo yang rusak, biar gue yang ganti semua kerugian lo. Entah itu pakai uang atau jam tangannya langsung bakal gue kasih sama persis ke lo.”

Tawa jenaka Jeffrian berangsur turun bersamaan dengan empunya yang kini mulai menatap jengah ke arah Yudha yang dirasa sedang memberontak kepadanya. “Oh, lo mau jadi pahlawan buat dia? Niat busuk lo kebaca, Yud! Lo pengen supaya tuh anak bisa jadi babu lo juga, ‘kan?”

“Jeff, gue bukan tipe orang kayak lo. Gue sama sekali nggak pernah ada ide buat ngelakuin hal yang sama kayak yang lo lakuin kedia sekarang!” tegas Yudha membela diri.

Halah! Sok suci lo! Mau berapapun lo bayarin hutang dia ke gue juga lo nggak bakal dapetin apapun. Anak itu selamanya adalah babu punya gue dan lo sama sekali nggak punya hak buat ikut ngeklaim dia. Paham?”

Enough!” Theo berseru guna melerai pertikaian mereka sebelum berakhir panjang. Beruntungnya kedatangan Jeano yang tampak linglung akan mengapa posisi mereka sangat berbeda seperti terakhir dilihat olehnya dengan Theo yang berada ditengah-tengah Jeffrian dan Yudha yang seperti saling menatap tajam ke masing-masing lawan bicaranya.

Jeffrian berdecih kasar sesudahnya. Tanpa mengindahkan Jeano yang ingin menyerahkan pesanannya sebelumnya, lelaki itu langsung beranjak dari sana tanpa mengucapkan kalimat apapun lagi.

“Lo ikut dia sana,” ujar Theo menggunakan isyarat dagu untuk menunjuk punggung Jeffrian yang telah berjalan jauh dari mereka. Maka dengan lekas Jeano menganggukkan kepala dan menurutinya begitu saja dengan tangan yang masih memegang botol air mineral.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NEVER GOODBYE   +jaenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang