dark brown eye's

107 14 4
                                    


udara dingin yg menerpa kulit putih yg sedang meringkuk di dinginnya malam itu. Pemuda itu sesekali merintih kesakitan di area perutnya, entah apa yang telah terjadi pada pemuda manis itu.

"shhh"

sesekali air mata mengalir pada area pipi yang berisi itu

"oh tuhan, salah dobby sesungguhnya apa? sampai sampai takdir sejahat ini denganku.... hiks" pemuda itu terisak dengan menahan segala rasa sakit yang berada di tubuhnya

"sudahlah tidak ada gunanya menangis seperti ini itu tidak akan merubah apapun, lagipun itu semua juga salahku" ia mulai bangkit dari tempatnya dan mulai berjalan untuk pergi berjalan-jalan di sekitar sana untuk mencari udara segar dan tidak memperdulikan luka di sekujur tubuhnya

ia terus berjalan dan menghiraukan para penduduk desa yang menatapnya, tatapan itu bermacam macam ada yg merasa kasihan melihatnya ada juga yang senang dan ada juga yg biasa saja

bagi mereka pemandangan seperti itu sudah biasa, biasanya memang pemuda itu pasti berjalan dengan tubuh penuh luka, itu sebabnya mereka biasa saja

"Kim doyoung" panggil seseorang yang berlari dengan menenteng 2 buntalan yg berisi? entahlah

merasa namanya terpanggil pemuda yang bernama lengkap kim doyoung itu menoleh dan tersenyum tipis ketika tau siapa yg telah memanggilnya

"Bang yedam" yedam yang sudah berada di hadapan nya pun segera menuntunnya untuk duduk di bawah salah satu pohon yang di sinari oleh sinar rembulan itu

"iya, yedam yg manis ada di sini untuk mengobatimi tenang saja" ujarnya dan mulai membuka salah satu buntalan yg tadi ia bawa

hikss kangen yedamm ~author

"ini sudah keberapa kali aku mengucapkan ini, lawan dob lawan jangan diem seperti itu kau itu manusia bukanlah patung yg hanya bisa diam" sesekali ia meringis kala melihat wajah manis sahabatnya itu di penuhi luka

"tidak bisa dam, mereka orang tuaku mau bagaimana pun bukankah keterlaluan jika aku melawan mereka? jadi aku hanya bisa diam saja, lagi pun itu juga salahku" ia meringis ketika permukaan wajahnya yg dihiasi oleh luka itu di sentuh oleh obat

"salah apa? karna kamu tidak mendapat kan uang hari ini? kamu itu sebenarnya anak mereka atau bukan? bukannya di sayang mereka malah menjadikanmu layaknya seorang pembantu" yedam lelah, kenapa sahabatnya tidak pernah mau mendengar kannya sekali saja apa susahnya coba?

ia meringis ketika mendengar hal itu keluar dari mulut sahabatnya, memang selama ini yg peduli padanya hanya yedam saja bahkan kedua orang tuanya tidak pernah peduli padanya

disaat orang lain tak memiliki rasa belas kasih untuknya yedam selalu ada di samping nya dan memberi kasih sayang penuh kepadanya, ia sungguh bersyukur masih memiliki seseorang yg peduli padanya

"hey, apakah kau tidak jijik selalu bersama anak pembawa sial dan murahan sepertinya? dari pada kau dengannya kenapa tidak gabung dengan kami yg kastanya setara denganmu" ujar seorang pemuda bermata elang

apa apaan tadi? ia menghina sahabatnya? dengan kata apa tadi?

pembawa sial?

murahan?

yedam yang emosi itu segera bangkit dan hendak menghampiri orang yg telah menghina doyoung, namun belum sempat berjalan pergelangan tangannya di cekal dan membuatnya menoleh menatap doyoung yg memberikan gestur seperti berkata 'tidak'

"jaga ucapanmu selagi saya masi punya sopan santun disini, kenapa kau begitu membenci doyoung? apa ada hal hina yg membuat kalian membenci nya?"

"oh tentu saja ada, tapi aku juga tidak menyukai manusia se menyedihkan seperti dia, bahkan kedua orang tuanya saja tidak mengharapkan keberadaannya haha" tawanya yg akhirnya diikuti oleh teman temannya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

lost time [hwanbby]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang