"Beta itu, ga punya sense untuk diajak romantis, tapi mereka punya cara mereka sendiri untuk menunjukkan sisi romantis mereka." - Bastion
"Kau tidak mengerti?" Bastion menatap Dito yang sedang memeriksa ulang makalah penelitiannya yang dia tulis dengan dosennya. Dia tidak terlalu memerhatikan apa yang dikatakan Bastion, tapi begitu pacarnya—Bastion mendekatinya dan mendusel kearahnya, Dito mau tidak mau melirik kearah Alpha itu.
"Apa sih?" tanyanya, dengan tatapan menghakimi.
"Kau pacaran dengan tulisan-tulisan itu? Lihat aku!"
"Yah, kau tampan. Terus apa?"
"Kau tidak menciumnya?"
"Hah?"
Bastion memukul meja tempat mereka berdua duduk dengan geram sampai meja itu bergetar. "Bau yang menempel di tubuhku!"
Dito mendekat kearah Bastion dengan wajah bingung dan mengendusnya dengan wajah bingung. Kemudian menatap Bastion dengan wajah bodohnya. "Apa ini waktu bermainmu? Bastion's Playtime?"
"Kau pikir aku anak ke— hah, sudahlah." Bastion dengan wajah kesalnya memalingkan pandangan kearah lain, mengeluarkan feromonnya yang berwarna merah—tanda bahwa dia sedang marah. Orang-orang disekitar mereka sepertinya sadar kalau Bastion sedang marah dan bahkan tidak mencoba menyembunyikannya—tetapi feromon itu cukup untuk membuat mereka merasa tidak nyaman. Rasanya seperti Bastion sedang bersiap mencekik seseorang jika tidak ditenangkan.
Tapi Dito masih saja fokus membaca jurnal penelitiannya dengan wajah sesantai mungkin. Apa dia bodoh? Begitu mungkin pikir mereka. Karena walaupun Dito tidak merasakan feromon, memangnya dia tidak lihat bagaimana wajah tampan itu berkerut seolah-olah menahan diri untuk tidak meremuk laptop milik Dito?
"Apa kau akan tetap tenang meski dunia kiamat?"
"Aku tidak tahu," jawab Dito, santai.
"Kenapa tidak tahu?"
"Karena aku belum pernah merasakan kiamat, kalau kau, sudah pernah merasakan kiamat?"
"Apa kau gila?" Bastion menjawab dengan wajah bodoh.
Dito menjawab lagi dengan santai. "Kenapa kau bertanya hal yang kau sendiri tidak tahu? Dasar bodoh."
"Romantis sekali kau. Kau berkata kalau pacarmu bodoh? Terus kenapa kau pacari orang bodoh ini?!" tanya Bastion, emosi.
"Aku suka orang bodoh."
"Oh.. Benarkah?" Bastion memelankan suaranya sembari menggaruk tengkuknya dengan ekspresi malu. "Baiklah."
Sementara Dito hanya tersenyum tipis seraya mengetik jurnalnya dengan tenang,
Aku benar-benar suka orang bodoh, hehe.
***
"
Dito, apa yang biasa kau lakukan saat weekend?" tanya Bastion, menatap kekasihnya yang sedang memperhatikan Dito yang sedang berdiri didepan meja kasir.
Benar, ini salah satu pekerjaan paruh waktunya Dito. Disebuah kafe yang berada dekat dengan perpustakaan daerah. Dia bilang dia suka mampir kesana setelah bekerja. "Aku part time..."
KAMU SEDANG MEMBACA
BETA'S RULE
RomanceKiat-kiat memacari Beta yang baik dan benar, tanpa ditampar dan dimaki karena salah ngomong- Menurut Bastion, Alpha Dominant yang sekarang Enigma.