07. Jealous.

6.5K 689 71
                                    










Bastion hampir gila rasanya. Saat dia menerobos kerumunan dan berlari keatas sana demi mencari Dito, lelaki itu sudah hilang sepenuhnya. Ini semua karena kerumunan sialan itu susah sekali disingkirkan. Dan Dito tidak akan suka jika Bastion memakai kekerasan.

Dasar Beta!

Kenapa juga Bastion menolong omega itu? Meskipun dia tersandung dengan wajah nendarat duluan harusnya Bastion biarkan saja. Tapi dia tersandung pada kakinya Bastion, dan jika sampai dia terluka, Dito akan menghabiskan waktu kencan mereka yang sedikit itu untuk merawat orang lain!

Dasar Beta! Kenapa Dito itu baik kepada semua orang tapi kejam kalau dengannya?

Dengan masih memakai jersey basketnya, dia berlari mengelilingi lapangan olahraga dan bahkan memeriksa lorong. Tidak ada, Dito pergi.

Bagaimana tatapan Dito saat melihat pemandangan itu? Bagaimanapun, sulit untuk menjelaskan kalau itu bukan dirinya sedang memeluk, tapi Bastion hanya ingin mencegah omega itu menghabiskan waktu Dito demi merawatnya. Kalau dipikir-pikir, kenapa omega itu meletakkan tangan Kotornya pada lengan Bastion?

Menyebalkan.

Bastion hampir mati rasanya, jika saja dia tidak segera menemukan Dito yang sedang berjalan di lorong.

Dia dengan panik menggenggam kedua bahu Beta itu dan berkata dengan suara dan nafas tidak karuan. "Aku tidak memeluknya!"

"Apa?"

"Aku.. omega itu, omega itu yang memelukku. Dito, aku tidak..."

Dito memegang wajah tampan yang tampak berkeringat hebat itu. Dito tidak tahu apa yang terjadi sampai membuatnya sepanik ini. Tapi dia hanya diam saja membiarkan Bastion meremas bahunya. Remasannya sedikit kuat hingga rasanya menyakitkan. Tetapi Dito diam saja senbari mengelus lengan dan leher Bastion.

"Kenapa? Tenanglah." Dito berkata dengan lemah lembut.

Dokter Adam bilang kalau Enigma itu hanya bisa punya satu pasangan seumur hidupnya. Sebagai ganti dari kekuatan yang besar dan dominansi yang dimilikinya, Enigma sangat bergantung pada pasangannya. Bastion akhir-akhir ini sangat gundah. Dia tidak membiarkan Dito mengetahuinya, tetapi dokter Adam memberitahu Dito kalau Bastion akan memiliki separation anxiety.

Semuanya sejak Bastion mengetahui bahwa dia bisa hidup selama lebih 200 tahun tetapi Dito bahkan mungkin tidak mampu hidup selama 80 tahun. Mungkin inilah sebabnya Bastion mengembangkan penyakit dimana dia menjadi takut berlebihan pada perpisahan.

Dito menghela nafas, "Aku hanya keluar untuk membeli minuman."

"Be-benarkah?" Tampaknya gemetar diwajah Bastion semakin berkurang. Untungnya gejalanya tidak separah sebelumnya.

"Iya. Pasti lelah, kan?" Kata Dito sembari mengeluarkankan kresek yang tadi dia bawa dan mengeluarkan minuman isotonik yang dibawanya.

Bastion dan Dito kemudian duduk di bangku penonton berduaan. Untungnya stadion sudah lama kosong dan hanya berisi satu dua orang.

Bastion menghela nafas lega. Dia tidak tahu kenapa dia sangat panik tadi. Rasanya jantungnya akan meledak dan dunia menjadi sangat berisik sampai tidak tertahankan. Dia melirik Dito yang sedang membaca buku lagi, entah apa.

Dito selalu terlihat tenang hingga susah ditebak pikirannya.

Apa yang dipikirkannya tentang situasi Bastion tadi?

"Kau tidak bertanya?" Tanya Bastion. Harusnya kalau Dito benar-benar menghawatirkannya, Dito akan bertanya banyak hal padanya. Tetapi mengapa Dito tidak banyak bertanya?

"Kau ingin aku bertanya?"

"Jangan lakukan itu padaku." Suara Bastion kini terdengar nyalang dan dingin, hampir seperti mengancam.

"Apa maksudmu?" Dito mengalihkan pandangannya kepada Bastion dengan bingung.

"Membalas pertanyaanku dengan pertanyaan. Setiap aku menanyakan padamu nengenai alasanmu tidak menanyaiku, kau selalu saja bertanya tentang pendapatku. Aku tidak suka kau melakukannya." Suara berat itu terdengar dingin dan sedikit frustasi. "Tidak bisakah kau menjawabku dengan benar?"

Dito terdiam lagi. "Kau penasaran kenapa aku tidak bertanya mengenai kondisimu, baiklah..." Dito mengangguk. "Aku masih berusaha memahamimu."

"Apa?"

"Ini mungkin terdengar bodoh tapi..." Dito menghela nafas. "Apa yang harus aku katakan agar kau senang? Kalimat yang harus aku ungkap agar kau tidak sedih? Aku masih belum paham. Cara berpikir kita berbeda. Sama seperti kau yang tidak mengerti kenapa kau harus bersikap baik pada orang yang tidak kau kenal, aku juga tidak mengerti cara menunjukkannya."

"Menunjukkan apa?"

Dito hanya diam sebentar sebelum menghela nafas, mengingat pemandangan dimana Kaleen... Omega itu, meneriakkan nama kekasihnya didepan matanya.

Bajingan sialan, siapa yang dia panggil itu?

Itu pacarku...

Itu pikiran Dito.

Pikiran yang terus berkecamuk dalam pikirannya saat Kaleen meneriakkan nama Bastion dengan riang gembiranya dan malu-malu saat Bastion melirik kearahnya-yang sebenarnya, Bastion sedang menatap Dito. Bukan Kaleen.

"Bagaimana aku harus mengungkapkan rasa kesal dan sial didadaku saat seseorang meneriakkan namamu didepan mataku?"

Bastion bisa merasakan jantungnya hampir berhenti. Pupilnya melebar sedikit. Dia tidak henti-hentinya terkejut saat Dito yang selalu memasang wajah datar seperti tidak punya darah dan air mata sama sekali mengerutkan kening dan alisnya seperti sedang kesal. Beta itu menggenggam pakaian dibagian dadanya dengan sebal sembari berkata.

"Kau tahu kalau rasanya sangat menyebalkan? Kau tahu seperti apa rasanya?"

"T-tidak..."

"Aku ingin menjambak rambutnya dan memukulinya... Sial, menyebalkan, aku hampir mengumpat." Dito bersandar dikursinya dengan helaan nafas kasar dan berat. "Jadi... Tidak mungkin juga aku menjambak orang yang diam saja, kan? Jadi aku pergi keluar dan beli minuman untukmu."

"Oh." Bastion bisa merasakan jantungnya berdegup kencang. Dia senang sekali! Rasanya dia ingin mencium Dito dan... Dan apa? Apa Dito akan suka jika Bastion mengukir nama dirinya disekujur tubuh Bastion?

Misalnya, didada, dipaha, dikaki, dan di... Di penisnya mungkin akan sakit, tapi sepertinya tidak masalah! Agar Dito tidak merasa cemburu lagi.

Bagaimana ini, ternyata Dito bisa cemburu. Aku senang sekali... Jika bumi ini bisa dilipat, sudah dari lama aku lipat jadi dua. Bastion tersenyum seperti orang gila.

Tunggu, apa dia harus menato nama Dito di wajahnya juga? Benar, akan lebih gampang begitu...

"Hey, jangan diam saja. Aku khawatir kalau kau diam terlalu lama." Kata Dito. Wajah Bastion saat sedang diam begitu, terlihat seperti bencana...

Oh ya, Dito tidak tahu ya tentang Kaleen yang menjatuhkan dirinya secara sengaja pada Bastion?

BETA'S RULETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang