"Gila. Ini benar-benar gila. Hp gue error njir, sejak penyebaran poster GENITY buka pendaftaran anggota baru" Arkana mendesah malas dan meletakkan handphone miliknya di meja kantin.
"Salah lo sendiri sih. Kan lo yang sok-sokan cantumkan nomor handphone milik lo" balas Dhea dengan santai.
"By The Way, Hazel kemana?" Tanya Kavindra yang baru menghabiskan makan siangnya.
"Ke markas lama. Katanya mau buat persiapan" lagi-lagi Dhea membalas pertanyaan Kavindra.
"Gue gugup banget nonton seleksi nanti" ujar Arkana mendudukkan dirinya di meja kantin yang sudah sepi.
"Ngapain gugup? Lo kayak mau UTBK aja"
"Tahun lalu aja waktu seleksi gak ada seorang pun yang lolos kualifikasi. Padahal tahun lalu target kita menambah 10 orang anggota"
"Ya setidaknya mereka nggak patah semangat. Lihat aja di notif hp lo pasti beberapa orang yang gagal tahun lalu mencoba lagi"
Arkana hanya menganggukkan kepalanya mendengar pernyataan Dhea sembari kembali melihat-lihat nama pendaftar di smartphone miliknya.
"Cabut yuk, Hazel kayaknya udah nungguin di markas" ujar Kavindra yang ditanggapi baik oleh Arkana dan Dhea.
###
"Berapa orang yang mendaftar?" Tanya Hazel pada Arkana.
"Yang menghubungi gue udah ada kira-kira 77 orang dan yang hadir masih 53 orang" ujar Arkana pada Hazel yang sedang duduk di depan markas mereka.
"Suruh yang 53 orang itu masuk dan yang lainnya di diskualifikasi" ujar Hazel dengan enteng dan kemudian melangkah memasuki markas.
"Ck, ck, ck. Sayang banget belum berjuang udah gagal" ujar Dhea kemudian memakan permen lolipop nya.
"Takdir" balas Kavindra santai. Sudah biasa bagi mereka mendengar pernyataan diskualifikasi dari Hazel bahkan sebelum berjuang. Karena gadis itu sangat disiplin terhadap waktu.
Tak terasa waktu berlalu dengan cepat. Setelah 3 jam lebih, akhirnya perekrutan anggota baru mereka telah selesai. Ada 3 orang di hadapan mereka sekarang. 2 pria dan 1 gadis berdiri tegap di hadapan mereka. Hazel menatap ketiga orang itu dengan sangat lekat dan serius.
Gadis berbaju hitam polos itu menutup setengah wajahnya dengan badana merah. Hazel merasa tatapan gadis itu mirip dengan seseorang. Dua pria lainnya juga menutup setengah wajahnya dengan badana hitam. Hazel tidak tahu apakah mereka bertiga sudah saling mengenal sehingga dengan kompak menutup setengah wajah mereka.
"Kalian boleh membuka masker itu untuk menunjukkan identitas kalian" ujar Hazel menegakkan badannya.
Ketiga orang itu serempak membuka masker mereka membuat Hazel, Dhea, Arkana, dan Kavindra terkejut melihat wajah mereka.
"SHENNA??" Teriak Dhea menunjuk gadis dengan gaya rambut kucir kuda yang ada di hadapannya.
"Lo tahu nama gue dari mana?" Tanya gadis itu dengan datar.
"Bukannya lo udah meninggal karena bunuh diri?" Dhea balik bertanya.
"Gue nggak pernah bunuh diri dan gue baru pindah ke sini" balas Shenna. Dahinya mengernyit heran.
"Berarti... Lo punya kembaran?" Tanya Hazel yang di balas gelengan kepala oleh Shenna. Kali ini Hazel yang mengernyitkan dahi keheranan. Mata Hazel, Dhea,Kavindra, dan Arkana tertuju pada Derga yang ada di kanan Shenna. Mereka menatapnya dengan pandangan yang biasa saja.
"SETHA?" Nada bicara Hazel meninggi melihat pria yang ada di sebelah kiri Shenna. Ekspresi terkejut sangat tampak jelas di wajahnya ketika melihat pria bernama Setha.
"I'm back bro" ujar pria bernama Setha itu kemudian memeluk Hazel.
Namun tak berlangsung lama karena Hazel dengan cepat mendorong Setha agar pelukan itu terlepas. Setha dapat melihat tatapan benci yang di berikan Hazel padanya. Pria itu kemudian berusaha memeluk Hazel lagi.
Plak
Setha seketika terdiam memegang pipinya. Bukannya di sambut hangat, Setha malah mendapat tamparan keras dari Hazel. Tampak mata berair Hazel menatap penuh benci dan dendam padanya.
"NGAPAIN LO KEMBALI??" Teriakan itu terdengar di markas mereka.
"BUAT APA LO KEMBALI BRENGSEKK??"
Dhea segera memegang tangan gadis itu dan menggoyangkan nya kecil berusaha menenangkan Hazel. Kavindra dan Arkana hanya terdiam menatap dua orang itu.
"Lo gak rindu sa-"
"GAK ADA YANG RINDU SAMA LO! PERGI LO DARI SINI!!" Hazel segera memotong perkataan Setha membuat pria itu kembali terdiam.
"Gue pergi karena gue sakit kak. Gue gak kuat hidup setelah mama nin-"
Prang
Hazel melemparkan gelas yang ada di sampingnya tepat ke kaki Setha. Hazel kembali memotong perkataan lelaki itu.
"GAK CUMAN LO YANG SAKIT WAKTU MAMA MENINGGAL!! GUE JUGA SAKIT BANGSAT! JANGAN MERASA KALAU DIRI LO YANG PALING TERSAKITI DISINI! MAMA ITU MENINGGAL KARENA LO!"
"HAZEL!" Kavindra tiba-tiba membentak Hazel membuat gadis itu menghentikan perkataannya.
Kavindra segera memeluk Hazel dengan erat. Seketika tangisan gadis itu luruh di dada pria itu. Pria yang telah menjadi saksi hidupnya selama belasan tahun. Pria yang teman bertumbuh nya. Hazel membalas pelukan Kavindra dengan erat. Kavindra mengelus lembut surai hitam gadis itu.
Arkana memberi isyarat pada Shenna, Setha, dan Dirga agar segera pergi dari sana. Ketiga orang itu berjalan menjauh dari mereka berempat.
"Ikhlas kan" bisik Kavindra tepat pada telinga Hazel.
Kavindra dapat merasakan gelengan kepala Hazel di dadanya. Gadis itu masih menangis di dekapan nya. Kavindra melonggarkan pelukan nya dan menatap wajah Hazel yang basah karena masih menangis.
"Shh..." telunjuk tangan kanan Kavindra berada di bibir Hazel membuat gadis itu ikut menatapnya.
Tangisan Hazel perlahan tak terdengar, hanya sesegukan kecil yang terdengar sekarang. Kedua tangan Kavindra kemudian bergerak menghapus air mata Hazel yang masih mengalir di pipinya. Saat ini Hazel dapat merasakan bahwa jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Mata Hazel yang sayu masih menatap lekat pada Kavindra.
Gadis itu dapat menyimpulkan bahwa dia jatuh cinta lagi dengan orang yang sama.
TBC
Tinggalkan jejakmu!
![](https://img.wattpad.com/cover/362575481-288-k26507.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
VÉRITÉ (ON GOING)
Mystère / ThrillerHazel Calypso adalah seorang gadis berumur 17 tahun yang hidup seperti anak SMA pada umumnya. Walau latar belakang keluarganya tidak sempurna, dia tidak pernah mempermasalahkan hal itu. Sampai kejadian-kejadian yang tidak masuk akal harus di hadapin...