Espresso

51 2 0
                                        

Mimin's POV

"Za, please jangan pergi sama dia" Junta meraih tangan Deza.

"Maaf Jun, Gue nggak bisa membayangkan jika Joan terus memukul. Akan seperti apa wajah cakep lo ini?" Ucap Deza menghibur Junta.

"Ta-"

"Gue bakal kabarin lo kalau nyampe rumah dan lo juga jangan lupa kabarin gue, gue pergi. Jangan lupa obati memar di wajah lo karena besok pagi kita masuk kerja" Deza meninggalkan Junta dan segera menyusul Joan yang berjalan di depan.

.

.

.

Pagi-pagi, Joan berangkat ke alamat yang dibagikan Junta. Ia merasa tidak enak karena junta tadi pagi ijin tidak masuk kerja, ia berpikir sepertinya karena memar di wajahnya semalam.

Junta sempat menolak tapi Deza memaksa sampai Junta luluh.

Kini ia berada di depan pintu gerbang sebuah rumah bertingkat 2 yang terlihat cukup mewah, Deza kembali memastikan. Apakah benar rumah ini milik Junta? Dan ternyata benar sesuai.

Ia menekan bell dan seseorang wanita paruh baya datang membukakan ia pintu.

"Teman Den Junta? "

"Den? " Tanya Deza heran, ia menduga itu mamanya Junta ternyata seorang pembantu.

"Saya Bi Irna, pembantu di rumah ini. Mari saya bawakan tentetengannya" Ucap wanita tersebut, Deza menyerahkannya dan mengikuti dari belakang"

Rumah yang begitu nyaman, semua barang tertata rapi dan ditempatkan sebaik mungkin.

Ia memikirkan bahwa Junta adalah orang kaya, namun mengapa ia bekerja.

Ia masuk ke dalam kamar, bertemu pandang dengan orang yang berada di atas kasur dengan wajah memarnya yang sudah diobati.

"Lo bohongin gue ya?" Tanya Deza menyerang.

"Kapan?" Pertanyaan dari Junta membuat ia terdiam. Ya junta tidak pernah mengatakan ia kaya, berkecukupan atau miskin. Namun seingat Deza ia pernah mengeluh soal ia meminjam motor teman SMKnya.

"Saat itu lo ngeluh soal motor"

"Emang teman SMK tidak boleh saling meminjam motor?" Ucapnya enteng.

"Ah, lupakan. Bagaimana keadaan lo?"

"Baik, tapi kayaknya butuh perawatan dari lo"

"Jangan becanda, gue tahu itu sakit. Gue jadi nggak enak sama lo"

"Ya udah, sini enakin aja" Kembali Junta bercanda.

"Gue lempar juga pake kaleng susu ini lo" Deza terlihat kesal.

"Ululu, anak mama ngambek. Sini duduk, lihat dulu kek orang sakit begini. Nih salep, olesin di wajah gue" Bujuk Junta gemas melihat tingkah Deza.

Deza mendekat dan memperhatikan memar di wajah Junta. Wajah cakep milik rekan kerjanya tersebut dipenuhi 3 memar, tapi masih terlihat tampan. Dengan hati-hati Deza mengoleskannya. Tidak sengaja mata mereka beradu pandang sangat dekat, Junta semakin mendekatkan wajahnya berusaha mencium bibir Deza kemudian ia tertawa pelan.

"Ngarep lo ya?" Ucap Junta, Deza yang tersadar mendorong tubuh Junta dan segera bangun.

"Nggak lucu, gue pergi kerja dulu" Ucap Deza salah tingkah, perasaan dan situasi apa barusan? Kenapa ia merasa canggung?

"Salep gue" Ucap Junta sadar akan salepnya masih di Deza, kemudian Deza melemparkan ke arahnya.

Sementara Junta menatap kepergiannya dengan senyum senang.

(BL/BxB) Kita Ini Apa? What Are We?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang