Agen - 13

442 49 2
                                    

Pukul setengah 2 pagi di kediaman Oma Wida.

"Hoaaam, duh, aku aus banget." Oma bangkit dari tidurannya dan akan pergi ke dapur.

Saat menuju dapur, Oma sempat-sempatnya berhenti di depan kamar Gia. Soalnya beliau mendengar suara Gia sedang berbicara dengan seseorang.

"Gia belum tidur?" Oma bermonolog. Selang beberapa detik, beliau kembali melangkah ke dapur untuk mengambil air minum

Sementara di waktu yang bersamaan di kamarnya Gia,

"Eh, suara apa, ya, itu? Aku cek dulu, ya, Gan. Takut ada kucing masuk pecahin piring," ijin Gia pada Agan yang sedang ditelpon olehnya untuk mengecek suara yang muncul di rumah Oma.

Gadis itu bangkit dan keluar dari kamar. Awalnya, Gia hanya melongokkan kepala sebab dia juga takut-takut. Di rumah cuma ada Oma dan dia, sedang Narti dan Tirna izin pulang malam ini ke rumah mereka.

Meski sebenarnya takut, Gia memberanikan diri keluar menuju ruang tamu. Ruang tersebut kalau malam hari biasanya dibiarkan gelap. Gia celingak-celingukan untuk mencari saklar.

"Gia,"

"AAA, OMA!" Gia kaget setengah mati saat Oma tiba-tiba muncul dari belakang. "Oma, kaget, ih!"

"Kamu lagi apa di sini?"

"Cari saklar, aku denger ada suara pecahan kaca..."

"Tuh, di sana." Oma maju untuk meraih saklar yang berada di bawah AC.

Saat lampu menyala, seseorang berpakaian serba hitam dengan slampe merah yang ada di wajahnya sebagai penutup mulut berdiri di belakang Oma. Gia melotot karena orang itu memegang vas bunga milik Oma dan akan mengarahkan benda itu ke Oma.

Oma tidak menyadarinya, tapi Gia sadar dan reflek menarik Oma seraya berteriak. Gadis itu menghadang tubuh Oma dan membiarkan punggungnya dihantam benda tersebut karena orang itu menghempaskannya.

Oma terjatuh karena dorongan Gia. Sementara Gia, dia berdiri untuk melawan orang itu. Tangannya reflek juga mengambil pajangan yang ada di ruang tamu Oma.

"Jangan celakain Oma saya!" pekik Gia.

Oma sudah berurai air mata karena ketakutan. Takut kalau cucunya kenapa-napa. Wanita tua itu berdiri dan bersembunyi di belakang Gia, "Giaaa, Oma takut," ucap Oma dengan lirih.

"Oma pergi ke kamar! Lari Oma cepetan!"

"Nggak! Nanti kamu kenapa-napa!"

"Berikan harta benda kalian!" Orang itu berteriak dan memalak Gia dan Oma.

"Ambil! Ambil semua yang ada di sini. Tapi jangan macam-macam ke Oma saya!" Sebenarnya Gia sangat takut, tapi dia lebih takut kalau orang jahat ini macam-macamin Omanya.

"Di mana kamarnya?"

Gua menunjuk kamarnya sendiri. Yang jelas-jelas tidak ada apa-apanya.

Orang itu tentu waspada karena untuk mencapai kamar Gia, dia perlu melewati Gia dan Oma. Gia masih memegang pajangannya Oma untuk waspada juga.

Entah kekuatan dari mana, Gia memukul kepala orang itu saat dia berusaha melewati Gia dan Oma. Gia menghantamnya dengan keras tepat di bagian kepala.

"Mati lo! Mati lo!" seru Gia masih membabi buta orang itu.

"Anjing!"

"Giaaa, cucuku..." Tangis Oma makin histeris.

Gia tidak berpikir panjang kalau orang jahat akan datang dengan tangan kosong. Dia salah mengira. Sebab sekarang Gia bisa melihat kalau orang itu mengeluarkan pisau kecil yang dibawanya dan mengarahkan pisaunya ke perut Gia.

Agen Agan ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang