0.0

14 3 9
                                    

GADIS berambut ikal jahe itu menatap kosong ke arah barisan para suku barbar yang dengan senang hati menyambut kedatangannya. Dengan langkah yang perlahan namun pasti, ia berjalan ke arah barisan. Meninggalkan sekumpulan orang yang menatapnya iba dari belakang punggungnya.

"Gadis itu adalah seorang pahlawan," kata seorang wanita yang tengah membawa bayi kecil di gendongannya.

"Kematiannya layak dikenang," sahut seorang petani tua.

Pemimpin dari barisan itu menyeringai ke arah gadis itu. "Malang sekali. Gadis secantik ini harus dikorbankan demi keegoisan orang-orang."

"I...-ini adalah keinginanku sendiri!" sergah gadis itu, lantas menundukkan kepalanya. "Aku akan melakukan apapun. Supaya bisa hidup damai..."

Pemimpin suku terkekeh. Meremehkan tekad gadis itu. "Kau," ia menunjuk salah satu anggota suku yang berdiri disebelahnya. "Segera mulai ritualnya."

Anggota suku itu mengangguk patuh. "Baik, Yang Mulia...."

Anggota suku itu memberi isyarat kepada beberapa orang lainnya, meminta mereka untuk membantunya mempersiapkan ritual.

Segera, mereka melingkari gadis itu dengan garis lingkaran yang mereka buat dengan bantuan ranting pohon. Salah seorang diantaranya memakaikan gadis itu kalung yang terbuat dari tulang dan gigi taring manusia, dan mengolesi gadis itu dengan darah ibu kandungnya yang terbunuh dua jam yang lalu. Sebelum mereka melaksanakan tahap terakhir, orang yang mengolesi darah bertanya dengan nada ramah yang dibuat-buat.

"Ada permintaan terakhir, Nona?"

"Tolong... Letakkan bunga bakung pemberian ibuku di dekat patungku, kalau seandainya mereka membuatkanku patung. Bunga itu ada diatas meja makan di kediamanku..." jawabnya lirih. "Itu saja. Tidak ada yang lainnya."

"Permintaan diterima," kata orang itu. Lantas menyalakan api, tepat di ubun-ubun gadis itu.

"Wahai Elypton Yang Agung! Berikanlah kami berkat ke abadianmu yang berkah. Terimalah gadis jahe ini sebagai balasannya!" serunya.

Gadis itu berteriak kesakitan ketika nyala api perlahan-lahan mulai melahap habis tubuhnya. Menyisakan kenangan yang kelam.

"Elypton... Kumohon..." lirihnya sebelum sang api merengut habis kehidupannya.

*

**

Jadiii... Ini adalah novel terbaruku. Semua cocok sama genre dan bahasanya. Kalau ada kesalahan penulisan atau kiasan yang kurang bagus, maafin Author. Masih pemula soalnya :)

-Kal-

Esmeralda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang