Y/n menyentuh lututnya yang sudah diobati, tapi baru terasa sakitnya.
"Kekasihku tidak apa-apa 'kan?"
Dia melongo menengok pria asing yang bahkan namanya saja tidak Y/n ketahuinya.
Dokter yang mengobati luka Y/n menggeleng, menjelaskan Y/n baik-baik saja.
Mereka keluar dari ruangan tersebut, dengan Mark yang menuntun Y/n. Karena wanita itu meringis kesakitan, Mark pun mendudukan Y/n di kursi ruang tunggu.
"Kau bisa meninggalkan aku di sini," ujar Y/n, dia mengambil tas jinjingnya yang dibawa Mark
"Aku akan mengantarmu, katanya kau mau interview kerja."
"Interview kerja kau bilang?" Y/n menunjuk kemeja dan roknya yang kotor akibat jatuh dikubangan air, "HRD tempatku melamar pasti langsung menolakku begitu melihat penampilanku."
Kepalanya mengadah, dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya. "Padahal aku menunggu lama sekali untuk dipanggil interview kerja. Aku sudah menghapal jawaban untuk beberapa pertanyaan yang sekiranya akan ditanyakan HRD nanti..."
Mark mengangguk saja, mendengarkan keluh kesah Y/n. Paham betul tentang pasal di mana jika wanita marah jangan sekali-sekalinya menjawab.
Sampai telinganya menangkap nama perusahaan yang akan Y/n datangi untuk interview kerja yang ternyata adalah perusahaan tempatnya bekerja juga.
Menunggu Y/n selesai mengeluhkan masalah hidupnya yang bertambah berat karena Mark. Mark memakai kesempatan itu untuk menghubungi Jeno selaku divisi HR.
Mark : Hei, nanti akan ada pelamar bernama Song Y/n. Kau terima dia ya
Jeno : Temanmu? Keluargamu?
Mark : Calon istriku
Mark menaruh kembali ponselnya. Dia kembali mengalihkan pandangan ke Y/n yang tengah menangisi harinya yang baru dimulai dengan kesialan.
"Andai saja hari ini aku tidak menolak tawaran orang untuk diantar interview. Pasti sekarang aku tidak berada di sini, tertabrak olehmu dan bertemu denganmu. Pasti-"
"Kau lanjutkan interviewnya saja," potong Mark.
Y/n menurunkan tangan dari wajahnya. Dia menatap tajam Mark. "Kau bodoh ya? Sudah kubilang aku tidak akan diterima dengan penampilan seperti ini. Datang dengan pakaian ini, aku hanya akan ditertawakan oleh calon karyawan lain!" kesal Y/n.
Mark mengulurkan tangan, mengusap jejak air mata di pipi Y/n dengan ibu jarinya, meskipun setelahnya Y/n menepis tangan Mark.
"Percaya saja padaku."
Y/n menyipitkan matanya, dia meragukan Mark. "Terakhir kali aku percaya padamu, itu membuatku menyesal."
Mark terkekeh geli. "Bagaimana kalau kita taruhan?"
Y/n menaikan sebelah alisnya. "Taruhan apa? Bisa-bisanya kau mengajak taruhan orang yang sudah kau tabrak."
"Kan aku sudah bertanggung jawab dengan membawamu ke rumah sakit," timpal Mark.
Y/n mengibaskan tangannya setengah hati. "Iya, iya."
"Ikuti omonganku saja. Kau datang ke kantor tempat kau akan interview, biar aku yang akan mengantarmu. Aku yakin kau akan di terima dengan baik di sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Magenta Cartridge » Mark X You
FanficPart of Fantasy Series. WARNING! Rating 22+ Mature Content🔞 Not Children *** Istilah menatap masa depan. Mungkin kalimat itu cocok untuk Mark yang bisa melihat masa depan orang lain dengan hanya bertatapan lebih dari 5 detik dengan orang tersebut. ...