Lima

105 43 505
                                        

Hana

Kayaknya si Saka Saka ini kesel deh sama gue karena tadi gue nolak dia lagi. Kenapa juga dia harus kesel padahal emang dasarnya cuman main main. Sejak masuk area kolam dia nggak bicara apa pun. Dia cuman ganti pakai celana renang, pakai topi renang lengkap dengan kacamatanya lalu mulai pemanasan. Gue dibiarin aja bengong di pinggir kolam.

Apa gue beli mie goreng ya? Gue lihat di samping area kolam renang ada area futsal. Ramai anak sekolah pergi ke sana sambil bawa jajan dari kantin depan. Sementara itu di sisi kolam hanya ada gue dan Saka. Sayang banget gue nggak bisa jajan sembarangan.

Lalu tiba-tiba Saka mendekat, nyerahin alat semacam stopwatch ke gue. "Tolong bantu gue ngukur lama waktu ya."

Gue mengangguk saja. Bener kata Saka, kolam disini kelihatan dalem juga luas. Gue takut tiba-tiba ada buaya muncul di tengah kolam. Gue mau nanya ada buaya atau nggak ke Saka tapi gengsi, nanti dia bilang gue aneh. Tapi gue serius, gue sering mikirin tiba tiba ada buaya atau hiu gede yang bakal memangsa gue kalau gue berenang di tempat luas dan dalam kayak gini. Tapi nanti kalau Saka dimakan buaya gue nggak akan nyelamatin dia, gue akan kabur aja.

"Mikirin apa lo?"

"Nggak mungkin ada buaya kan ya?" ceplos gue yang sukses membuat Saka tergelak.

"Buaya nggak ada, setan ada!"

"Ih gila lo!"

"Lo takut nyebur ya?"

"Nggak!" bohong, gue emang takut. Gue juga nggak bisa berenang, tapi gue bisa ngambang kok!

Terakhir kali gue renang kapan ya? Oh, ujian praktik SMP, itupun dimarah Mamah karena gue habis itu langsung drop parah. Beneran remaja jompo, kena air dikit meriang.

Saka mulai berenang dan gue mulai menghitung kecepatannya dengan stopwatch. Gue nggak mengerti tapi target Saka kayaknya nggak kunjung bisa dipenuhi deh makanya dia mulai lagi dan lagi. Padahal bagi gue dia udah cepet banget? Tapi katanya masih kurang cepet.

"Lo beneran nggak mau renang?"

"Nggak, nanti sakit. Senin ada ulangan bahasa inggris. Gue nggak bawa ganti juga."

"Ulangan mulu kelas lo."

Ya gitu deh, gue juga heran.

"Ayo turun nanti gue ajarin!"

"Nggak ah, lo latihan lagi aja."

"Oke!"

Saka mulai berenang kembali, tapi lagi lagi dia belum bisa memenuhi target. Lagian harus gue akui targetnya gila sih, masa harus 10 detik dengan kolam yang panjang begini. Daritadi Saka hanya mampu menyentuh detik 13.

Saka memulai lagi, tapi entah kenapa kali ini cowok itu semakin pelan. Sampai di tengah kolam dia terlihat berhenti. Gue mulai resah saat kepalanya tak kunjung muncul ke permukaan. Masalahnya kolam ini memang dalam. Jadi konsepnya sebuah kolam panjang dari barat ke timur, paling barat adalah wilayah dalam, dan semakin ke timur kolam akan semakin rendah. Di bagian barat dalamnya bisa sampai 3 meter, lalu semakin dekat ke wilayah gue dalamnya hanya sampai 100 cm. Jadi Saka kemungkinan berhenti di kedalaman 2 meter.

"Sak! Saka!"

Gue berlari ke tepian dimana terlihat Saka yang tak bisa naik ke atas. Gue menekuk lutut, lalu berinisiatif menaruh tangan gue di air supaya bisa dijangkau Saka. Gue nggak mungkin nyebur buat nyelametin dia, gue aja nggak bisa renang. Gue menoleh ke sekeliling yang sepi, lalu mulai berteriak meminta tolong.

Lalu begitu saja, tangan gue ditarik dan yang gue lihat cuman air. Saka menarik gue dengan sengaja, dan gue yakin!

Gue nggak tahu berapa banyak air yang nggak sengaja gue telan dan hirup. Kaki dan tangan gue bergerak semaunya berusaha naik ke permukaan. Sepuluh detik, gue yakin sepuluh detik gue berusaha naik ke permukaan tapi tak kunjung bisa. Sampai Saka meraih tubuh gue, membawa gue ke bagian kolam yang lebih rendah.

Seribu Harapan Hana [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang