Mimpi

51 2 2
                                        

Mimin's POV

Deza dan Joan kembali dekat, seperti pagi ini mereka memilih untuk jalan menuju halte bus ke sekolah. Mengenang kembali masa kecil mereka berdua.

Tangan Joan melingkar di leher milik Deza, Joan merasakan kehangatan saat melakukannya, walaupun semalam ia mengorbankan harga dirinya dengan bersujud memohon di depan Deza tapi demi bisa dimaafkan oleh Deza dan kembali bersamanya ia tidak memusingkan hal tersebut. Baginya ia merasa lega dan senang sekarang.

Begitupun Deza, ia tidak menyangka hal yang ia dambakan terjadi, ia dan Joan kembali dekat. Ia menganggamenganggap tangan Joan yang melingkar di lehernya biasa seperti teman, lagi pula ia sudah membuang rasa sukanya kepada Joan, sepertinya dan berharap tidak akan muncul lagi.

.

.

.

Terjadi berbagai kehebohan di sekolah, di mana Deza dan Joan berada di situ murid berkerumun membicarakan apa yang mereka lihat.

Mulai dari tadi pagi, Joan yang datang jalan berdua dengan Deza, melingkarkan tangannya di badan pendek itu.

Walaupun mereka berpisah di lorong karena Lily menghampiri Joan untuk pergi bersamanya.

Lalu di kelas, Joan yang duduk berhadapan menyantap bekal makan siang Deza. Membuat orang yang menyaksikan kaget.

"Bagi" Suara Joan menghampiri Deza yang sedang asik makan, menatapnya dengan bingung. Kemudian ia duduk dan mengambil sendok di tangan Deza dan mulai menikmati bekal tersebut, ia merasa sudah biasa mereka berbagi sendok waktu kecil.

"Jangan aya-" Ucapnya Deza tapi potongan ayam tersebut sudah masuk ke dalam mulut Joan. Ia mengunyah dan pedas ia rasakan di mulutnya. Namun ia memaksa untuk menelannya.

"Tenang, gue ud-hahh bisa makan pedas" Ucapnya menahan ekspresi kepedasannya.

"Ta-tapi lo bakal sakit nanti" Ucap Deza cemas. Ia tahu kalau Joan tidak bisa makan makanan pedas.

Kedekatan mereka mulai terjalin lagi, seperti sekarang mereka hendak pulang bersama, ia dan Joan berjalan dari kelas.

"Lo masuk kerja habis ini?"

"Iya, seperti biasa"

"Gue ik-"

Deza mengecek handphonenya karena merasa sebuah pesan masuk.

Junta: still waiting for you

Kemudian Deza bergegas melupakan Joan.

Ia lalu berhenti dan menoleh ke belakang. Melihat ekspresi Joan yang kecewa. Kemudian ia balik mendekat.

"Jo, gue pergi kerja dulu ya, jangan kasih tahu mama" Ucapnya mendongak menatap wajah Joan.

Sedangkan orang yang lebih tinggi berusaha mengendalikan perasaannya.
Ia tahu Junta di depan sana sudah menunggu Deza, ia ingin melarangnya tapi tidak bisa lagi.

"Gue ikut"

"Jo, gue takut lo bakal, maksud gue, kalian bakal berbuat ulah di sana. Please? " Ucap Deza memohon kepadanya.

Joan hanya tersenyum kecut, kemudian ia membiarkan Deza pergi. Melihat dari lorong, Junta meraih tas Deza dan berjalan berdua membahasa sesuatu yang tidak ia ketahui. Sesak di dada dan tidak nyaman kembali ia rasakan.

Memikirkan apakah mereka benar-benar sudah berpacaran? Apakah dia yang sudah berbaikan kini sebagai temannya bakal dibuang?

.

.

.

Di Cafe, Deza dan Junta terlihat dekat seperti biasa, namun Deza merasa canggung akibat kejadian semalam.

(BL/BxB) Kita Ini Apa? What Are We?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang