"Hmm? Dia pasti kutu buku. Rambut dikepang, pakai kacamata, baca buku di taman lagi. Tapi memang cara dia memakai kedua sihirnya sangat bagus. Tak ada celah, ia juga tau cara mempermainkan mental lawan. Terlebih sihir cahaya cukup langka, bahkan di angkatan ini hanya dirinya yang mempunyai sihir cahaya."
Orang yang sedari tadi mengamati keberadaan Leuna tersebut tersenyum miring setelah menyelesaikan gumamannya. "Yah, karena itu aku sudah tak sabar menanti pertarungan melawannya." Manik jingga itu berkilat penuh antusias.
"Apa anda tak takut terus duduk di dahan pohon yang rawan untuk patah itu?" Perkataan yang merujuk ke pertanyaan itu hadir dari Leuna yang masih memfokuskan matanya untuk membaca buku.
Hal itu sedikit mengejutkan sang pemuda yang duduk di dahan pohon tersebut. Senyum miring terulas singkat. Tanpa ragu pemuda tersebut melompat turun dari dahan pohon dan tentu mendarat dengan sempurna.
"Ku kira kau tak tau jika ada orang lain. Ternyata kau tak sebodoh itu. Ah, benar juga. Seorang kutu buku sepertimu pasti pintar," ujar pemuda bermanik jingga tersebut. Kedua bola mata Leuna berputar malas.
'Bagaimana orang ini dapat dengan mudahnya menilaiku sebagai seorang kutu buku?'
"Ah, terimakasih atas pujiannya. Tapi sayangnya saya bukanlah seorang kutu buku. Walau saya memang suka membaca buku." Satu kalimat terakhir itu tersampaikan pelan. Leuna kembali fokus untuk membaca bukunya.
Tanpa rasa malu, sang pemuda dengan santainya duduk di sebelah kiri Leuna yang kosong. Kepalanya sedikit ia majukan untuk melihat hal apa yang dibaca oleh gadis di sampingnya. Sehingga, secara tak sengaja kepala kedua orang ini begitu dekat. Bahkan Leuna dapat mendengar hembusan nafas pemuda bermanik jingga tersebut.
"Saya tak tau jika Tuan Muda Lerwick tidak memiliki sopan santun," ujar Leuna, ia dapat melihat dengan jelas reaksi dari Tuan Muda Lerwick yang tak lain dan tak bukan adalah Ervin Lerwick.
Pemuda yang kemarin menantangnya untuk berduel. Ervin terkekeh kecil mendengar ujaran Leuna. Kepalanya dimundurkan sedikit, tetapi manik matanya tetap tertuju pada wajah manis Leuna. "Hey, kenapa pagi-pagi sekali kau sudah di sini? Apalagi sendirian, bagaimana jika ada orang jahat yang menyakitimu?"
Kernyitan hadir di dahi Leuna, sungguh niatnya datang kemari untuk menikmati waktu tenangnya dengan satu buah buku. Tetapi kini ia tak bisa menikmatinya lagi karena kehadiran lelaki di sampingnya. Buku yang ia baca, ditutupnya.
Wajahnya berpaling menghadap tepat ke arah Ervin. Hembusan nafas dari Leuna terdengar berat entah bagaimana. "Pertama, bagaimana kalau anda tanyakan pada diri anda sendiri kenapa di pagi-pagi yang begitu tenang ini anda bisa berada di sini?"
"Kedua, saya tak sendirian. Daritadi saya sudah tau jika anda mengamati saya. Dan yang terakhir, jika ada orang jahat yang mau menyakiti saya tinggal mengeluarkan sihir saya dan memenggal kepalanya. Untuk itu, anda beruntung saya tidak langsung memenggal kepala anda tadi."
Leuna mengakhiri kalimatnya. Leuna berdiri dari duduknya dan bersiap untuk melangkah pergi. Merasa sudah cukup waktunya berada di taman ini, lebih baik ia pergi ke kelasnya. Kekehan dari pemuda tadi membuat niat Leuna hilang begitu saja. Leuna mengernyitkan dahinya melihat pemuda itu terkekeh dengan senyuman penuh arti.
"Apa yang lucu?" Tanya Leuna spontanitas. Ia bisa tau saat pemuda tersebut mulai mengontrol tawaan kecilnya agar berhenti. "Kau. Kau yang lucu." Dan itulah jawaban dari Ervin membuat Leuna semakin bingung.
"Baru pertama kali ini aku menemui orang seunik kau, bahkan perempuan. Aku benar-benar tidak sabar menanti pertarungan kita berdua, Leuna." Lanjut Ervin menyeringai ke arah Leuna. Gadis manis itu mengernyitkan dahinya dan ikut tersenyum miring.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leuna {On Going}
FantasiaVenarsland, benua dunia sihir yang sangat terkenal karena para penyihir-penyihir ternama berasal dari Akademi Sihir di sana. Venaars Academie, adalah akademi sihir yang hanya menerima 500 murid-murid berprestasi selama satu tahunnya dari berbagai pe...