1.

3 1 0
                                    

Pagi dihari ini langit menampakan awan ke abu abu an pertanda mungkin nanti akan turun hujan.

Namun, cuaca mendung tidaklah menyurutkan niat seorang gadis dengan balutan baju khas anak SMA yaitu putih abu untuk berangkat ke sekolah menimba ilmu.

Cesi Kirani yang kerap disapa Cesi, rambut hitam separuhnya diikat yang menyisakan rambut kepala belakang, tinggi badannya 160cm dengan tubuh ramping mendekati kurus.

Cesi termasuk dalam jajaran perempuan pendek disekolahnya walaupun masih ada yang lebih pendek darinya.

Rata rata tinggi siswi perempuan disekolahnya adalah 165cm dan bahkan ada yang sampai 180cm.

Kaki dengan balutan kaus kaki putih panjang sampai lutut itu terus melangkah dengan sedikit tergesa-gesa.

Tidak ada nafas memburu saat cesi menaiki tangga sekolah.

Terlihat sekali bahwa pernafasan milik gadis sudah terlatih.

Setelah 10 menit berlari dari gerbang depan sekolah kini terlihat pintu ber cat Biru muda dengan papan nama kelas XI MIPA 2.

Tangan kurus itu mengetuk pelan pintu sebanyak 3 kali lalu terdengar suara cempreng khas ibu ibu dibalik pintu tersebut.

Ceklek

Pintu itu terbuka menampilkan wanita paruh baya dengan balutan baju khas guru.

"Assalamualaikum bu Wina, maaf saya telat 40 menit karena saat perjalanan ada sedikit kendala." Ucap Cesi dengan segera menyalimi tangan sang guru.

Wajah guru bernama Wina itu sedikit menekuk yang menandakan bahwa Ia sedikit kesal dengan murid didepanya.

"Kendala apa yang membuatmu sampai telat 40 menit?! Kesiangan?! Macet?! Atau karena mules?!." Hardik guru itu dengan tangan berkacak pinggang.

Wajah garang yang didukung dengan lipstik merah pekat dan alis tebal itu membuat Cesi bergidik ngeri.

Bukan merasa takut dengan kegalakan gurunya, tapi tampang dia yang membuat bulu kuduknya merinding karena jijik.

Bu Wina adalah guru mata pelajaran Sejarah yang terkenal karena riasan menor dan sikap centilnya.

Nggk heran jika ada guru laki laki pasti akan dia goda dengan suara mendayu dayu.

Umur yang sudah hampir memasuki kepala empat namun ibu guru satu ini belum juga menikah entah apa penyebabnya.

"Maaf bu." Ucap cesi dengan malas meladeni guru aneh satu ini.

"TOREQ!! URUS HUKUMAN CESI!" Teriak cempreng itu membuat semua murid menutup telinganya.

"Baik bu!" Teriak balik toriq, dia adalah salah satu pengurus osis yang ada disekolah SMA Pelajar 2.

Sudah kewajiban para osis untuk mengurus para murid bermasalah kecil dan cesi baru kali ini menjadi salah satu dari sekian banyaknya murid bermasalah.

Toriq memimpin Cesi pergi dari depan kelas yang langsung di ikuti cesi dari belakang.

Lorong yang mereka berdua lewati kosong dan hanya ada beberapa guru yang sesekali berpapasan dengannya.

Setelah berjalan sedikit jauh Cesi mengamati gedung tinggi itu dengan tulisan besar Perpustakaan pelajar 2.

Cesi sudah bisa menebak jika hukumannya kali ini membersihkan perpustakaan besar sendirian.

"Ayo masuk." Ajak Toriq yang lebih dulu masuk kedalam gedung tersebut.

Cesi masih saja membuntuti toriq dengan sesekali matanya mengedar melihat rak-rak tinggi berisi buku yang tertata rapi.

Saat melewati salah satu rak, tidak sengaja Cesi melihat seseorang yang sedang menatap jendela dengan kosong.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hair tie mateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang