Di hamparan langit yang biru, awan putih berarak mengelilingi. Dalam senja yang merona, angin pun berbisik membawa kabar. Perlahan namun pasti, awan gelap menggumpal, mendekatkan diri di ufuk timur.
Hawa terasa berubah, dingin mulai merasuki udara. Dan dari kejauhan terdengar suara gemuruh, merayap perlahan di antara dengung angin. Kemudian, di sudut langit yang luas, titik-titik bening mulai jatuh dengan gemuruh.
Hujan datang, dengan gemanya memenuhi ruang dan waktu. Setiap tetesnya, seakan menjadi nyanyian alam yang mengalir, menari di atas tanah yang dahaga akan sentuhan. Daun-daun pun menyambutnya, meraih kehadiran yang dinanti-nantikan.
Di antara guyuran hujan, ada kesunyian yang meresap. Hanya suara rintihan angin yang memecah keheningan, mengiringi perjalanan setiap tetes yang turun. Dan dalam keheningan itu, terdapat kedamaian yang mengalir, menyentuh hati yang tenang dalam pelukan alam.
Namun, tak hanya kedamaian yang dibawa oleh hujan. Ada juga kenangan-kenangan yang tersembunyi di setiap tetesnya. Kenangan akan senyum yang pernah tersungging di bawah guyuran hujan, atau pelukan hangat yang menyatukan dua hati di tengah badai.
Hujan, bagai seorang penyair yang menuliskan kisah-kisah lama dan baru. Ia melukis dengan setiap jatuhnya tetes, menyampaikan pesan-pesan yang tersembunyi di balik gemuruhnya. Dan di balik segala kenangan dan pesan yang dibawanya, hujan selalu menyisakan keajaiban yang membuat hati terpesona.
Hingga akhirnya, hujan pun mereda. Tetesan demi tetesan berhenti menari, meninggalkan bumi yang kini segar dan subur. Namun, jejaknya tetap terpatri di hati dan jiwa, mengingatkan akan kebesaran alam dan keindahan yang tersembunyi di setiap titik-titiknya.
Demikianlah, hujan bukan hanya tentang guyuran air dari langit. Ia adalah kisah tentang kehidupan, tentang kenangan dan pesan yang membentuk kita menjadi seperti yang saat ini.
✍🏻 tifah
Aceh Utara
Sabtu, 04 mei 2024
