Agen - 16

432 51 7
                                    

Hari selanjutnya, Gia masih tetap di rumah saja. Oma benaran melarangnya untuk kembali ke toko karena kondisi kesehatan Gia. Padahal Gia baik-baik aja. Luka tusuknya juga sudah mengering. Walaupun kadang masih terasa nyeri di suatu waktu.

Selama dirumahkan oleh Oma, gadis itu hanya sibuk berkutat dengan Ipad-nya. Mengobrol bersama Mbak Narti, main Ipad, menjawab pesan dari Agan, main Ipad, sleepcall sama Agan, main Ipad, dan seterusnya.

Di dalam Ipad-nya pun bukan menampilkan permainan mobile legends atau free fire. Isinya pekerjaan semua yang berhubungan dengan bisnis Oma.

Sedangkan Oma malah yang lebih sering berpergian, meet up bersama teman-temannya yang masih tersisa. Biasalah, persahabatan jika sudah tua begini akan selalu kurang di setiap waktunya. Apalagi kalau bukan dipanggil Tuhan?

"Permisi! Agen!"

Gia yang saat itu sedang rebahan di sofa sambil mengerjakan laporan Account Receiveable sontak bangkit saat suara Agan terdengar nyaring.

Gadis itu sedikit berlari keluar rumah. Membuka gerbang dan nampaklah Agan dengan Loli—VIAR putih kesayangannya. Akan tetapi, tamu kecil datang pagi ini ke rumah Oma. Ada Kia dengan bando kelincinya, berada di gendongannya Agan.

"Kiaaa," seru Gia riang dan langsung mengambil alih Kia tanpa izin kakaknya dulu.

"Mbak, bisa nggak? Katanya perutnya masih suka nyeri?" sahut Agan yang baru turun dari VIAR.

Gia tidak menggubris dan sibuk mengendus leher bayi perempuan itu. Hmm, wangi sekali.

"Gitu, ya, ada Kia, Abangnya dilupain." komentar Agan cemburu melihat Kia diendus-endus oleh Gia. Dia 'kan juga mau diendus-endus. Cowok itu menurunkan dua dus teh botol dan satu dus teh kotak dari VIAR.

Gia terbahak-bahak melihat wajah lesu Agan yang merasa keberadaannya tidak dinotis Gia. "Biarin! Kia ama Mbak aja, yuk, di sini."

Perempuan itu membawa masuk Kia dengan Agan yang mengekorinya sambil mengangkat 3 dus minuman.

"Oma kemana, Mbak?" Agan bertanya seraya meletakkan sebungkus plastik jajanan untuk Gia yang ia bawa dari agen.

"Lagi main sama temen-temennya." jawab Gia. Dia mengunyeng-unyeng pipi Kia yang gembil dan menggemaskan.

Agan duduk di sofa tunggal dan memerhatikan adiknya itu tengah dibercandai oleh pacarnya.

"Walah! Bayi siapa ini?" seru Narti heboh saat melewati ruang tamu, ada bayi asing yang tengah digendong oleh Gia.

"Bayi gua!" jawab Agan.

"Walah!" beo Narti berisik sekali. Lalu, Narti meminta Kia dari Gia, "Mbak, sini Mbak aku bawa ke kamarku. Ada jajanan." pintanya begitu dan langsung diambil alih oleh Narti.

"Ti, jangan dikasih es." tegas Agan.

"Iye! Tau gua."

"Tante Tiara ke mana emangnya, Gan?" tanya Gia pada Agan yang tengah menyenderkan punggungnya itu ke sofa.

"Ada pengajian, jadi nitip sebentar." ungkap Agan.

"Taro sini aja."

"Jangan, lah, Mbak, ngerepotin. Mbak Gia juga masih sakit." Agan mengedikkan dagunya.

"Sakit apa, sih, Gan. Orang udah sembuh juga." tandas Gia menghalau ucapan Agan.

Agan melipat tangannya ke depan dadanya. Lalu, menguap lebar karena merasa ngantuk. Matanya kelihatan sayu dan nampak lingkaran hitam di area matanya.

Agen Agan ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang