CHAPTER 08

42 11 1
                                    

"Setelah apa yang terjadi, apakah kamu akhirnya bisa mempercayai apa yang kutulis?"

•°•°•°

________________________________________

BAGIAN 8 :  A Letter From Future?
________________________________________

Mereka diberi latihan malam, lebih keras dari pada biasanya, dan dengan mental down, latihannya menjadi berkali-kali lipat melelahkannya.

Hanya ada kelas mereka yang masih berada di lapangan. Seolah-olah mereka tengah dihukum.

Hana terus menangis selama melewati rintangan-rintangan latihan. Dia bahkan masih belum sembuh dari rasa lelah dari kejadian di kota, tapi dia harus dibebankan oleh pekerjaan fisik lain.

Letnan Lee terus berteriak, memerintah mereka, memacu mereka dengan kalimat-kalimat sarkas.

Ketika Yoojung jatuh dan memohon pada Letnan Lee, latihan itu akhirnya selesai. Hana jatuh terduduk. Pikirannya kacau dan kalap. Dia harus keluar dari sini, bagaimana pun caranya, tapi Hana tidak ingin sendirian.

Sebelum jam malam berakhir. Anak-anak 3-2 berencana berkumpul di asrama laki-laki untuk mendiskusikan bagaimana mereka akan kabur.

"Hana-ya. Ayo," ajak Soonyi. Gadis itu berhenti di ambang pintu saat melihat Hana masih belum beranjak dari tempat tidurnya.

Hana berlari kecil menghampiri Soonyi. Dia melonggokan kepala keluar pintu, melihat para anak perempuan sudah masuk ke asrama laki-laki. "Ada sesuatu yang harus kuambil di kelas. Ayo temani aku." Hana langsung meraih sebelah tangan Soonyi dan mengajaknya pergi ke arah koridor yang berlawanan.

"Tunggu," cegat Soonyi, dengan khawatir berkata, "apa yang ingin kau ambil?" tanya Soonyi.

"Akan kuberitahu nanti. Ayo."

Kelas 3-2 berada di lantai tiga, sementara asrama ada di lantai dua. Mereka perlu naik satu tangga lagi untuk tiba di sana. Tidak banyak tentara yang berjaga di lantai itu, karena lantai tiga digunakan sebagai kelas yang dipakai saat siang hari pada jam sekolah. Jadi Hana dan Soonyi dengan mudah menyelinap.

Hana segera pergi ke lokernya dan mengambil setumpuk surat yang tersimpan di sana. Soonyi yang tidak menyangka mengerutkan alisnya heran.

"Hanya surat?"

"Ini bukan surat biasa. Ayo segera temui yang lain. Akan kujelaskan semuanya di sana."

Kembali lebih mudah dari saat mereka pergi. Hana dan Soonyi segera masuk ke dalam asrama laki-laki dan menemukan teman-teman mereka menatap mereka dengan berbagai macam ekspresi. Ada yang kesal, ada pula yang kelihatnya tidak peduli.

"Hei, Yoo Hana, Lee Soonyi. Dari mana kalian?" Soyoon langusung mengeluarkan pertanyaan menuntut.

"Jangan kabur begitu saja dan membiarkan kami yang mencari solusi," tambah Joonhee kelihatannya kesal.

Hana berdecak dan mencibir pelan. "Siapa yang kabur? Aku justru pergi untuk mencarikan solusi untuk kita semua," kata Hana berbangga diri.

"Jadi apa solusimu?" tanya Heerak, seraya bersedekap dada.

"Ini." Hana meletakan setumpuk surat di atas meja. "Aku menemukan surat ini..."

"Surat itu lagi," kata Bora dengan ekspresi lelah dan tak habis pikir.

"Apa rencanamu juga sama ingin mengirimkan surat? Itu bagus, kau bisa pakai merpati Taeman," kata Wootaek, mengejek.

"Apa kau bodoh?" celetuk Ilha. Hana langsung cemberut, merasa sakit hati.

ʟᴇᴛᴛᴇʀ ➼ ʏᴏᴏ ʜᴀɴᴀ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang