BAB 3 : THE TEST

6 1 0
                                    

"Loh, tumben kau disini pagi sekali?"tanya Sora.

"Oh, kau So, apa kabar?"tanyaku.

"Baik, apa kau ada masalah?"

"Aku mendengar obrolan ayahku dengan ibuku tadi malam. Ayahku diminta untuk menjadi pesan pada suku Barbarian di kerajaan ini."

"Maksudmu?"

"Sang Raja meminta ayahku untuk mengantarkan pesan menyerah Barbarian pada kerajaan. Sedangkan ayahku adalah buronan dari suku nya sendiri."

"Sang Raja minta dia berbicara pada kakekku untuk menghentikan tirani dan kekejaman pada kota-kota di bagian barat Kerajaan Lyonnorth ini."

"Ah, bagaimana jika kau yang berbicara pada mereka?"tanya Sora.

"Berbicara bagaimana? Kita saja belum keluar dari desa ini, kan?"tanyaku.

"Ya, benar sih."

"Tapi apakah kau pernah berpikir dunia luar itu seperti apa?"

"Dunia luar lebih kejam dari yang kita kira kan?"

"Dengar, mungkin kita sudah cukup kuat untuk pergi keluar sana, ayo kita minta izin ke orang tua kita masing-masing."jelas Sora.

"Kau benar, ayo!"

Kami berdua bergegas pulang kembali ke rumah masing-masing.

Kulihat ayah sedang memotong kayu-kayu dibawah sana.

Aku memanggil ayahku "Ayah!"

Ayahku menengok "Hmm?"

Aku menunggu momen yang tepat.

"Kenapa nak?"tanya ayahku.

"Ah, petualang itu seperti apa ayah?"

"Oh, mereka hanya orang-orang yang entah kesana-kemari untuk mencari pekerjaan, menyelesaikan quest dan sebagainya tanpa ada hasil yang stabil. Membahayakan diri mereka sendiri."jelas ayahku.
"Aku tidak mengizinkan mu untuk pergi keluar sana."

Aku meneguk ludah, bertanya kembali "Kenapa?"

"Kau masih belum kuat, stamina, kekuatan mu saja masih jauh dari sempurna."

"Lantas aku hanya akan tumbuh sebagai seorang beban?"

"Apa maksudmu?!"tanya ayahku.

"Aku mendengarkan obrolan kalian semalam. Terkait pesan, hutang, kakek, dan sebagainya, aku dengar semuanya!"

"K-kau! Bukankah ku suruh untuk istirahat? Apa kau--"

"Apa aku hanya akan diam ketika melihat ayahku sendiri berjuang mati-matian demi keluarganya? Demi desa nya? Sedangkan anaknya hanya diam disuapi oleh orang tuanya?!"tanyaku balik.

"Kita masih dapat biaya dari kakakmu yang ada di--"ucapannya terpotong olehku.

"TIDAK! KAKAK HANYA FOKUS PADA KELUARGANYA DILUAR SANA, HIDUP SEBAGAI KSATRIA ITU PASTI MEWAH, MENINGGALKAN KITA YANG HANYA HIDUP SEBATANG KARA DINAUNGI HUTANG-HUTANG YANG ADA!"

"ZERATHAN! BERANINYA KAU BENTAK AYAHMU!"teriak ibuku.

"Mama juga sama saja. Aku, aku berjanji aku akan pergi keluar sana, pegang janjiku!"ucapku.

Aku bergegas meninggalkan mereka. Menuju danau diatas bukit kembali.

"Si-sial.. Ayah macam apa aku ini.."gumam ayahku.

"Sudah, kau istirahat saja dulu, biar ku buatkan teh untukmu ya. Istirahatlah saja dulu"jelas ibu.

"Anak itu sudah berlatih keras selama ini, jujur sebenarnya aku juga tidak rela, tapi lihat dia serius seperti itu."

Warriors : Survivor of Krome (Book 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang