³Hutan

30 13 54
                                    

THREE

~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~
Kerusuhan akibat meteor serta gempa yang cukup keras itu masih berlangsung, banyak Mayat yang bersimbah darah karna tertimpa reruntuhan bangunan, jalanan retak sudah semakin parah, meteor-meteor besar juga semakin banyak menghantam bumi.

Mereka yang masih memiliki nyawa berlari dengan kencang sambil mencari perlindungan, tentunya mereka berlari sambil menumpahkan air mata karna memikirkan anggota keluarganya, serta darah yang berceceran disekujur tubuh mereka.

"Kak, kita harus kemana..." Tanya Theo dengan pasrah, tangan Theo dan karaa masih berpegangan erat karna tidak mau berpisah satu sama lain.

Mata Theo sudah bengkak karna sedari dia berlari air matanya sudah cukup banyak yang keluar, bahkan air mata itu sudah kering.

"Hutan... Iya kita ke hutan Arcagard, disana banyak pohon gede yang bisa ngelindungin kita!" Tanpa basa basi mereka berlari kearah hutan Arcagard.

Melewati gang sempit untuk menuju ke persawahan, tetapi saat mereka akan memasuki gang itu meteor dari atas muncul kembali dan menghalangi jalan gang itu, hampir saja Theo tertimpa meteor itu, tapi untungnya tangan dia langsung ditarik oleh karaa.

"Jangan gegabah bego, kalo Lo mati siapa yang akan sama gw, gw cuman punya Lo!" Ujarnya dengan berteriak, Theo yang masih tidak bergeming hanya terdiam, karaa yang tau kalo sepupunya itu syok langsung memeluknya.

"Tetep sama gw ya, apapun yang terjadi" Theo mengangguk, mereka berdua kembali mencari jalan lain untuk menuju hutan Arcagard.

"Setau gw buat menuju hutan itu ada dua gang, dan satu gang lagi ada disebelah sana" Theo menunjuk ke arah kiri yang dimana ada gang kecil disana.

"Kita kesana, tapi hati hati disana banyak mayat, jangan sampai nginjak mereka" mereka pergi kesana, berbelok ke arah kiri dan benar saja di daerah sana banyak sekali mayat serta anggota tubuh yang sudah terpisah.

"Sekarang ngeliat orang mati jadi kebiasaan kita" lirih Theo sambil mengusap matanya yang kembali mengeluarkan air.

Mereka akan kembali melangkah tapi mereka mendengar suara tangisan perempuan yang kemungkinan berada di sekitar mereka.

"Suara siapa itu kak" bukannya menjawab karaa langsung mengikuti suara tangisan itu untuk mencari sumbernya.

Saat sampai mereka menemukan perempuan dengan rambut terurai sambil mengenakan bando putih, dia sedang berjongkok sambil menangisi mayat perempuan yang sudah bersimbah darah.

Karaa dan Theo menghampiri perempuan tersebut "Hei Lo gapapa kan? Ayok kita kabur dari sini sama sama" ajak karaa, Theo menuntun perempuan tersebut untuk berdiri.

"T-tapi ashell gimana" tanya perempuan itu dengan air mata yang kembali keluar dan Isak tangis yang kembali terdengar.

"Ashell siapa" mendengar pertanyaan Theo lantas perempuan itu menunjuk ke arah mayat yang berada didepan Mereka.

"Dia sahabat aku, saat kita melarikan diri ada reruntuhan bangunan yang jatuh, kita berpegang tangan, saat aku merasa pegangan kita terlepas dan melihat kebelakang, aku udah melihat ashell mati..." Karaa langsung memeluk perempuan itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The FATE MAGIC Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang